"Khilafah jadi sangat penting untuk memperkuat
kesatuan politik umat Islam dan mobilisasi militer membebaskan tanah Palestina
dan membebaskan tanah Kashmir yang dijajah," ujarnya di kanal YouTube
Khilafah News; Asap Perang Pakistan-India, Senin (19/05/2025).
Lanjutnya, ia menilai bahwasanya konflik yang terjadi
di Kashmir sama dengan konflik yang kini terjadi di Palestina, yakni
penjajahan. “Kashmir awalnya tanah kaum Muslim yang kemudian dijajah oleh India,”
sebutnya.
"Seharusnya sebagaimana Palestina, demikian juga
Kashmir harus diposisikan sebagai negara yang terjajah, maka solusinya
membebaskannya dengan militer, yaitu dengan jihad fi sabilillah," jelas
Direktur FIWS tersebut.
Ia menjelaskan, apabila konflik yang terjadi di
negeri-negeri Islam saat ini merupakan kelanjutan dari penjajahan. “Meskipun
secara umum negeri-negeri Islam sudah tampak merdeka,” urainya.
"Tetapi kemerdekaan itu bukan kemerdekaan sejati
karena penjajahan sebenarnya masih berlangsung dalam dua pilar,"
ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dua pilar itu, “Pertama,
yakni melalui penguasa-penguasa negeri Islam yang masih dikendalikan oleh
negara imperialis; kedua, melalui sistem politik dan sistem ekonomi yang
menguntungkan negara imperialis.
"Jadi kalau kita lihat persoalan-persoalan yang
terjadi di negeri-negeri Muslim tidak bisa dilepaskan dari warisan atau
lanjutan penjajahan ini, melalui apa? Melalui penguasa-penguasa mereka yang
dalam posisi melayani penguasa imperialis dan kedua melalui sistem ekonomi
politik kapitalis yang dipaksakan diadopsi di negeri-negeri Islam,"
terangnya.
Adapun, ia menegaskan, apabila berbicara pembebasan
penjajahan yang sejati harus mencakup dua hal, yakni membebaskan negeri-negeri
Islam dari penguasa penghianat dan mengubah sistem ekonomi politik kapitalis
yang selama ini menjadi jalan tangan-tangan penjajahan dengan sistem anti
penjajahan.
"Sistem apa anti penjajahan? Tidak lain adalah
sistem Islam, inilah yang harus diperjuangkan di negeri-negeri Islam sekarang
ini," tutupnya.[] Taufan