TintaSiyasi.id -- "Ilmu adalah cahaya, dan cahaya tidak akan diberikan kepada hati yang gelap karena maksiat.”
Syeikh Nawawi al-Bantani
Pendahuluan: Menuntut Ilmu Adalah Ibadah Sepanjang Hayat
Di tengah zaman yang penuh distraksi dan hiruk-pikuk duniawi, sering kali manusia lupa, bahwa belajar adalah ibadah yang tak pernah selesai. Menuntut ilmu bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi sarana untuk mendekat kepada Allah, memperbaiki diri, dan mencerahkan umat.
Dalam Kitab Nashoihul 'Ibad, karya fenomenal ulama besar asal Nusantara, Syeikh Nawawi al-Bantani, disebutkan bahwa ada tujuh kemuliaan agung yang diberikan kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh menuntut ilmu. Tujuh kemuliaan ini bukan hanya penghormatan, tetapi juga tanda bahwa penuntut ilmu adalah pilar peradaban dan penerus cahaya kenabian.
1. Didoakan oleh Para Malaikat yang Mulia
"Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya karena ridha terhadap penuntut ilmu."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
Bayangkanlah: malaikat, makhluk suci yang tidak pernah berdosa, merendahkan sayapnya sebagai bentuk penghormatan kepada para pencari ilmu. Ini bukan sekadar simbol. Ia merupakan pengakuan langit atas kemuliaan ilmu, dan sekaligus tanda bahwa penuntut ilmu berjalan di atas jalan para nabi.
Apabila malaikat saja mengagumi penuntut ilmu, mengapa kita masih enggan memuliakan proses belajar? Mengapa kita membiarkan anak-anak kita sibuk dengan hiburan, tetapi lalai dalam ilmu agama?
2. Dimohonkan Ampunan oleh Makhluk di Langit dan Bumi
Dalam Nashoihul ‘Ibad, Syeikh Nawawi menukil bahwa segala makhluk, bahkan ikan di lautan memohon ampun untuk penuntut ilmu. Ini menggambarkan bagaimana kehadiran orang yang berilmu memberikan manfaat luas bagi seluruh ciptaan Allah.
Ikan di laut, burung di udara, dan bahkan semut di sarangnya, semua mendoakan ampunan bagi orang yang belajar. Mengapa? Karena ilmu yang haq akan menuntun manusia pada keadilan, kasih sayang, dan pelestarian semesta.
Menuntut ilmu berarti menghidupkan dunia. Maka, seluruh makhluk menyambut dengan rahmat.
3. Warisan Para Nabi: Ilmu, Bukan Emas
"Para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, ia mengambil bagian yang besar."
(HR. Abu Dawud).
Para nabi tidak mewariskan kekayaan materi, tetapi mewariskan cahaya, yaitu ilmu. Maka, penuntut ilmu bukanlah pengejar gelar, tetapi pewaris nubuwah (kenabian).
Dalam pengertian ini, belajar agama, akhlak, dan ilmu-ilmu syar’i adalah bagian dari upaya meneruskan misi para Nabi. Bukan hal kecil, tetapi urusan besar yang menuntut ketekunan, keikhlasan, dan kesabaran.
4. Dilingkupi oleh Sayap Para Malaikat
Riwayat lain yang juga ditekankan oleh Syekh Nawawi menyebutkan bahwa para malaikat menaungi penuntut ilmu dengan sayap-sayapnya sebagai bentuk penghormatan. Ini adalah simbol bahwa perlindungan dan rahmat senantiasa mengiringi proses belajar.
Kadang kita lupa: menuntut ilmu itu berat, menuntut pengorbanan, tetapi jangan khawatir, langit ikut serta menjagamu.
5. Jalan Ilmu Adalah Jalan Surga
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).
Hadis ini menjadi kekuatan spiritual luar biasa bagi penuntut ilmu. Proses belajar itu tidak mudah: kadang harus begadang, melelahkan, penuh ujian. Namun, setiap langkahmu menuju majelis ilmu, adalah langkah menuju surga.
Maka jangan pernah remehkan:
• Duduk di majelis ilmu
• Membaca buku agama
• Mendengarkan tausiyah
• Menulis catatan keislaman.
Setiap tinta yang kau tumpahkan demi ilmu bisa menjadi air penyejuk di akhirat kelak.
6. Ilmu Menjadi Penentu antara Hak dan Batil
Dalam dunia penuh opini, narasi palsu, dan kebingungan nilai, hanya dengan ilmu kita bisa membedakan mana yang benar dan salah. Syekh Nawawi menekankan bahwa ilmu adalah cahaya yang menembus kegelapan zaman.
Tanpa ilmu, seseorang bisa salah dalam ibadah, tergelincir dalam akidah, dan tersesat dalam hidup. Dengan ilmu, kita bisa menata hati, menjaga lisan, dan mengatur kehidupan sesuai ridha Allah.
7. Derajat Tinggi di Dunia dan Akhirat
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11).
Kehormatan sejati bukan terletak pada pangkat atau jabatan, melainkan pada iman dan ilmu. Orang yang berilmu dijanjikan derajat tinggi oleh Allah, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak.
Syekh Nawawi ingin umat sadar bahwa menuntut ilmu adalah salah satu jalan utama untuk diangkat derajatnya. Bahkan, dalam banyak tafsir, disebutkan bahwa di surga, tingkatannya pun bertingkat sesuai ilmu dan amal seseorang.
Refleksi: Apakah Kita Sudah Menjadi Penuntut Ilmu Sejati?
Menuntut ilmu dalam Islam bukan hanya kewajiban anak muda. Ia adalah ibadah seumur hidup. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal, di usia senjanya, masih tampak membawa tinta dan pena. Ketika ditanya, ia menjawab:
“Aku akan terus belajar dari buaian hingga ke liang lahat.”
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memaknai proses belajar sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah? Ataukah kita hanya mengejarnya untuk nilai, gelar, dan pekerjaan?
Penutup: Jadilah Cahaya di Tengah Kegelapan
Syeikh Nawawi al-Bantani, ulama agung dari tanah Banten yang harum di Hijaz, meninggalkan warisan emas: memuliakan ilmu dan penuntut ilmu. Kitab Nashoihul ‘Ibad bukan hanya kitab nasihat, tetapi juga lentera kehidupan umat.
Jika kita ingin membangun peradaban, mulai dari ilmu, jika kita ingin melihat kebangkitan umat, bangkitkan semangat menuntut ilmu.
Jika kita ingin generasi yang Rabbani, maka didik mereka dalam cahaya ilmu yang terhubung dengan langit.
"Jadilah penuntut ilmu yang dirindukan langit, bukan hanya disanjung dunia."
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo