Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kelanjutan Program Unggulan Makan Bergizi Gratis

Senin, 05 Mei 2025 | 16:46 WIB Last Updated 2025-05-05T09:46:16Z

Tintasiyasi.id.com -- Dilansir dari Tempo.co, 29/04/2025. Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkapkan pelaksanaan proyek Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah di Jakarta berjalan buruk. Organisasi independen yang kerap menyuarakan anti-korupsi ini membuat penelitian mengenai program MBG.

Staf Divisi Riset ICW Eva Nurcahyani menjelaskan bahwa lembaganya melakukan observasi langsung di 36 tempat di Jakarta pada 12 Maret hingga 24 April 2025. Lokasi yang ditinjau oleh ICW termasuk Sekolah Dasar hingga menengah, Sekolah Luar Biasa Negeri, hingga Satuan Pelayanan Pemulihan Gizi (SPPG). 

ICW mewawancarai langsung pihak pelaksana dan penerima manfaat MBG.“Jadi kami melakukannya secara acak, karena kami juga beberapa kali ada masuk di sekolah-sekolah di wilayah Jakarta dan belum mengimplementasikan MBG ini,” kata Eva dalam diskusi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Selasa, 29 April 2025.

Seperti fakta di lapangan, bahwasanya program makan bergizi gratis ini telah menjadi polemik sejak awal dicetuskan ditengah masyarakat. Banyak masyarakat Indonesia menentang dan menanyakan efektivitas dari program rancangan pasangan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029. 

Setelah berjalan beberapa waktu program ini berjalan. Produksi dan distribusi MBG memiliki hambatan dan kendala. Sehingga tidak terjadi pemerataan dalam menyalurkan program MBG ini. Program yang menjadi titik unggulan pasangan terpilih ini bahkan sempat berhenti karena biaya produksi yang ternyata belum terbayarkan.
 
Penyedia jasa katering program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk area Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, mengaku merugi hampir Rp 1 miliar. Kerugian terjadi karena yayasan pengelola MBG belum membayar katering selama dua bulan.

Dampaknya, pengoperasian dapur MBG untuk distribusi di sekitar wilayah Kalibata, Pancoran, terhenti sementara. Danna Harly dari Harly Law selaku kuasa hukum penyedia jasa katering menyesalkan tindakan Yayasan MBN yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola MBG belum membayar hak kliennya. Padahal, kliennya selama dua bulan sudah memasak 65.025 porsi MBG.

”Perselisihan terjadi pada Maret 2025. Ini dimulai saat klien kami mengetahui ada perbedaan anggaran untuk siswa-siswa PAUD, TK, atau SD,” kata Danna, saat konferensi pers di Dapur MBG Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).

Fakta ini menunjukkan bahwa program yang diusung tidak efisiensi. Selain dapur produksi beberapa berhenti dan kekurangan subsidi. Pendistribusian yang sangat tidak merata membuat sasaran program MBG kurang tepat. Penerima MBG justru didapatkan oleh mereka yang pada asalnya memiliki kemampuan untuk memenuhi gizi harian.

Bahkan tersebar fakta di saat anak mereka mendapat bantuan makan siang di sekolah. Fakta miris ternyata bapak dan ibu mereka bertepatan terkena PHK. Ini merupakan kejelasan bahwa program MBG hanya dusta berkedok derma.

Perlukah MBG bagi Masyarakat?

Program MBG ini merupakan salah satu bantuan sosial berupa perbaikan gizi yang diberi kepada anak sekolah di Indonesia. Objek yang dituju adalah anak sekolah setingkat SD/SMP/SMA. 

Penduduk Indonesia berjumlah sekitar 280 juga dengan berbagai kalangan. Jika dilihat program ini tidak menyentuh dari setengah proporsi penduduk Indonesia. Terlebih dengan tingkat kemiskinan Indonesia yang lumayan tinggi. 
Kebutuhan gizi tidak hanya diperlukan bagi anak sekolah. 
 
Pemberian MBG di sekolah dan mem-PHK orang tua dilapangan kerja justru ibarat melakukan sambung rantai stunting dari akar. Karena terpenting bagi masyarakat bukanlah anak mereka dapat makan siang gratis. Tapi bagaimana ayah dapat menyambung hidup untuk hari esok.

Di sisi lain MBG, jumlah anak Indonesia yang tidak dapat mengeyam pendidikan pun jumlahnya sangat banyak. Selain mereka, fasilitas yang didapatkan di beberapa daerah di Indonesia pun tidak mencukupi bahkan bisa dibilang tidak layak untuk dikatakan fasilitas negara.

Sehingga dapat dikatakan bahwa program unggulan MBG semu jika dijadikan solusi sebagai program unggulan bagi level setara pemerintah. Karena ada hak yang lebih penting bagi masyarakat selain hanya makan siang yaitu terbebas dari krisis kemiskinan.

Bagaimana Dalam Islam?
 
Dalam Islam penyuluhan makanan bagi kelompok terkhusus atau golongan tertentu bukanlah fokus utama. Jikalau memang dibutuhkan perbaikan gizi makan akan dilihat kepada akar masalah tersebut.

Jika diperhatikan, kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh urgensinya lebih besar daripada dengan mengadakan program MBG yang dapat menghabiskan biaya tanpa tau batas waktu yang jelas. 

Maka dari itu, Khalifah sebagai pemimpin negara Islam akan menjamin lapangan kerja bagi para lelaki dewasa yang sudah layak untuk bekerja agar memiliki pendapatan dan menanggung nafkah bagi keluarganya. 

Solusi yang ditawarkan Islam tidaklah bersifat semu. Meski nanti akan terdapat program MBG sekalipun, bukan menjadikan program tersebut sebagai program satu-satunya dan paling penting. 
Sehingga dengan solusi yang Islam tawarkan kesejahteraan masyarakat akan terjamin diberbagai lapisan. Entah masyarakat remaja, sekolah, pekerja atau lainnya.

Karena Islam hadir sebagai rahmatan Lil 'alamim menyeluruh bagi masyarakat di muka bumi ini. Sebagaimana dalam ayat Alquran yang artinya;

”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (rahmatan liralamin)."
Wallahu'alam bishshawwab.[]

Oleh: Hilwa Imadiar
(Aktivis Muslimah)


Opini

×
Berita Terbaru Update