Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Army to Aqsa

Senin, 05 Mei 2025 | 19:42 WIB Last Updated 2025-05-05T13:05:09Z
TintaSiyasi.id -- Beberapa ulama Muslim terkemuka mengeluarkan fatwa keagamaan yang langka terkait Israel. Mereka menyerukan kepada semua Muslim dan negara-negara mayoritas Muslim untuk melancarkan jihad melawan Israel setelah 17 bulan perang yang menghancurkan terhadap warga Palestina yang tinggal di Jalur Gaza, daerah kantong yang terkepung itu.

Namun, sangatlah disayangkan bahwa sekadar fatwa ini tidak akan membawa hasil yang signifikan bagi Palestina. Pemusnahan manusia yang dilakukan secara brutal oleh entitas Yahudi laknatullah terus berlangsung, bahkan meluas.

Solusi yang diharapkan adalah solusi yang benar-benar membawa perubahan nyata, yaitu solusi yang berlandaskan syariat Islam dengan mengerahkan tentara kaum Muslimin yang disebut dengan jihad fi sabilillah. Jihad merupakan puncak keagungan Islam. Perintah jihad fi sabilillah ini merupakan upaya penyelamatan. Mereka yang melakukan aktivitas jihad ini mendapatkan kebaikan, dan mereka yang syahid saat berjihad mendapatkan kemuliaan dengan ditempatkan di surga Allah. Bahkan, syahid juga dapat memberi syafaat bagi keluarganya.

Allah SWT berfirman:
Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan...” (QS. Al-Anfal: 72)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling mengasihi, seperti satu tubuh; jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya...” (HR. Bukhari dan Muslim)

Upaya jihad ini terus digagalkan dan berusaha dihilangkan oleh musuh-musuh Islam dengan menanamkan sekat-sekat nasionalisme di seluruh negara, terutama negara-negara Islam. Nasionalisme merupakan pandangan sempit kebangsaan. Paham ini adalah warisan para penjajah Barat dan Timur untuk memecah belah negara jajahannya, sehingga mereka dengan mudah menguasainya secara sistemik.

Fakta telah membuktikan bahwa solusi internasional tidak membawa hasil. Resolusi PBB hanya menjadi kertas kosong. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab pun gagal mengambil langkah tegas, bahkan sebagian negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel. Palestina terus berdarah, sementara dunia menutup mata.

Sudah saatnya sekat nasionalisme ini kita hancurkan dengan bersatunya seluruh umat Islam di bawah satu komando yang agung dan benar, yaitu kepemimpinan Islam yang akan menggerakkan seluruh tentara kaum Muslimin untuk berjuang melawan Israel laknatullah. Kepemimpinan Islam adalah perkara hidup dan mati umat Islam.

Khilafah adalah pelaksana syariat serta penjaga akidah dan umat Islam. Ia adalah benteng kokoh yang memayungi dan melindungi kaum Muslimin. Karena itu, solusi final bagi Palestina dan seluruh problematika negeri-negeri Islam adalah dengan segeranya umat Islam di seluruh dunia bersatu padu meruntuhkan sekat dinding tebal nasionalisme ke tong sampah peradaban dunia selamanya.

Warga Palestina menantikan aksi nyata kita, umat Islam di seluruh dunia, untuk ikut bersama mereka memperjuangkan tanah suci Palestina—tanah para nabi, dan kiblat pertama bagi umat Islam.

Bayangkan jika kekuatan umat Islam bersatu. Palestina terbebas. Masjid Al-Aqsa kembali dalam pangkuan Islam. Umat kembali memimpin dunia dengan keadilan dan rahmat Islam. Inilah saatnya membuka tembok-tembok raksasa pembatas antara kita dan mereka—terutama negara-negara Arab dan sekitarnya—untuk segera bersatu dan berjuang bersama mereka. Buang ketergantungan pada sistem buatan mereka; hilangkan ketergantungan politik dan ekonomi dengan negara penjajah.

Secara statistik, ada lima negara Muslim yang bisa meratakan Israel. Pakistan menempati posisi ketujuh dari 145 negara; Turki berada di posisi kesebelas dengan 425 ribu pasukan; Indonesia di urutan ketiga belas dengan 400 ribu pasukan; Mesir di posisi keempat belas dengan 440 ribu prajurit; dan Iran berada di urutan ketujuh belas dengan 575 ribu prajurit, menurut data Global Fire Power. Sedangkan Israel pada tahun 2023 berada di posisi kedelapan belas dari 145 negara.

Lantas apa yang bisa kita lakukan?

Pertama: Menyebarkan kesadaran umat: Aktif berdakwah dan mengikuti kajian Islam yang menanamkan pentingnya jihad dan Khilafah. Kedua: Mendukung gerakan boikot global terhadap produk dan perusahaan pro-Israel. Ketiga: Menekan para penguasa Muslim untuk tidak lagi berpihak kepada penjajah, serta menuntut bersatunya umat di bawah satu komando Islam. Dan jangan lupakan mereka yang telah lebih dulu berjuang. Kisah anak kecil di Gaza yang merelakan roti terakhir untuk ibunya yang luka, atau seorang ayah yang menggali liang lahat untuk anak dan istrinya sekaligus. Mereka menunggu kita, menunggu tentara kita. Bukan doa dan air mata saja—tapi pergerakan nyata.

Untuk itu, segeralah menuju sebuah kepemimpinan global yang menyerukan Armi To Aqsa, dengan penyatuan umat Muslim di seluruh dunia. Inilah saatnya membuktikan bahwa darah mereka tidak mengalir sia-sia.[]

Oleh: Putri Rahmi DE, SST 

Opini

×
Berita Terbaru Update