Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jadikan Setiap Tempat sebagai Sajadah (Refleksi Perjalanan Hamba di Bumi Allah)

Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:26 WIB Last Updated 2025-05-03T01:27:08Z
TintaSiyasi.id -- Dalam perjalanan panjang kita di dunia ini, sesungguhnya tidak pernah lepas dari misi suci, yakni menjadi hamba Allah yang bersujud, beribadah, dan menebarkan kebaikan di setiap sudut kehidupan. Hidup ini bukan sekadar perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, bukan sekadar pergantian pemandangan, melainkan perjalanan rohani untuk meninggalkan jejak amal di setiap jengkal bumi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan bumi ini sebagai masjid yang luas. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Dijadikan bumi bagiku sebagai tempat sujud dan suci." (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini mengajarkan kita untuk memandang seluruh bumi sebagai ladang ibadah. Setiap tanah yang kita pijak adalah sajadah. Setiap langkah adalah kesempatan untuk mendekat kepada-Nya. 

Setiap Kota, Ladang Amal dan Dakwah

Saat kita memasuki sebuah kota, jangan hanya melihatnya sebagai tempat singgah atau bisnis semata. Lihatlah setiap kota sebagai ladang amal dan ladang dakwah. Tebarkan kebaikan kepada siapa saja yang kita jumpai. Jika tidak mampu berbicara, maka pancarkanlah senyuman yang tulus. Apabila tidak mampu memberi nasihat, maka berikan teladan dengan akhlak mulia.

Satu kata yang santun, satu senyum yang ikhlas, satu doa yang lirih bisa menjadi benih shodaqah yang tumbuh menjadi pohon-pohon kebaikan yang kelak akan menaungi kita di Hari Kiamat. Setiap kota yang Anda kunjungi adalah peluang untuk menorehkan tanda di alam semesta. Tanda bahwa Anda pernah hadir di situ sebagai pembawa cahaya, bukan penebar kegelapan.

Setiap Desa, Tempat Khalwat dan Tafakur

Tatkala Anda menapakkan kaki di desa-desa yang sunyi, yang jauh dari hiruk-pikuk dunia, jadikanlah itu sebagai tempat khalwat. Ambillah waktu untuk berdiam di masjid-masjid kecil yang sederhana. Rasakan ketenangan yang jarang ditemukan di kota-kota besar. Di sana, dalam keheningan, biarkan hati Anda bercakap-cakap dengan Sang Pencipta. Bertafakurlah tentang perjalanan hidup. Renungkanlah betapa kecilnya diri ini dibandingkan luasnya ciptaan Allah. 

Khalwat bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi menyucikan niat di tengah dunia. Menguatkan kembali tujuan hidup, memperbaharui semangat amal, serta memperhalus hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Setiap Langkah, Setiap Napas: Sebuah Amanah

Setiap langkah yang Anda ambil, setiap napas yang Anda hembuskan, sesungguhnya adalah amanah. Setiap detik adalah ujian: apakah kita menjadi penyebar rahmat ataukah penambah kerusakan?

Allah berfirman:
"Dan Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.'"
(QS. Al-An’am: 11).

Berjalanlah di bumi ini bukan hanya dengan kaki, tetapi juga dengan hati yang penuh hikmah. Jangan biarkan tempat-tempat yang kita lalui menjadi saksi atas kesombongan atau kelalaian kita. Jadikanlah mereka saksi atas sujud, atas dzikir, atas amal saleh yang mengalir dari diri kita.

Meninggalkan Tanda di Alam Semesta

Bukan harta, bukan tahta, bukan popularitas yang menjadi tanda keabadian seseorang. Tapi jejak amal lah yang abadi. Sebuah kebaikan kecil yang Anda lakukan di tempat asing, mungkin saja menjadi sebab hidayah bagi seseorang. Sebuah shodaqah sederhana di sudut jalanan mungkin saja membukakan pintu surga untuk Anda.

Ketika tubuh kita kelak berbaring dalam tanah, dan dunia ini terus berputar tanpa kita, maka amal kebaikan itulah yang akan tetap hidup. Itulah tanda yang kita tinggalkan di alam semesta ini.

Maka, jadikanlah bumi ini sebagai sajadah. Jadikanlah kota-kota sebagai ladang amal dan desa-desa sebagai tempat khalwat. Jadilah hamba Allah yang di mana pun ia singgah, bumi menjadi saksi sujudnya, manusia menjadi saksi akhlaknya, dan langit menjadi saksi keikhlasannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
"Sesungguhnya dunia ini hijau dan manis, dan Allah menjadikan kamu khalifah di dalamnya untuk melihat bagaimana kamu berbuat."
(HR. Muslim).

Mari, kita isi perjalanan ini dengan amal-amal yang indah. Mari kita ukir tanda-tanda kebaikan di setiap hamparan bumi, sebagai bekal pulang menuju kampung abadi, karena hidup ini bukan sekadar untuk berjalan, tetapi untuk meninggalkan jejak yang bercahaya.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update