TintaSiyasi.id -- Di tengah zaman yang semakin kompleks dan penuh tantangan, umat Islam memerlukan sosok teladan yang paripurna, yang mampu menjadi panduan dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Sosok itu adalah Rasulullah Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..."
(QS. Al-Ahzab: 21).
Ayat ini menegaskan kewajiban itibak, yaitu mengikuti, meneladani, dan meniru Rasulullah Saw. dalam seluruh aspek kehidupan. Itibak' bukan sekadar meniru bentuk luar atau ritual, tetapi meliputi cara berpikir, visi hidup, adab, kepemimpinan, relasi sosial, hingga strategi membangun peradaban.
1. Itibak’ dalam Tauhid dan Tujuan Hidup
Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa tujuan utama hidup adalah beribadah kepada Allah (QS. Az-Zariyat: 56). Tauhid menjadi fondasi semua tindakan. Setiap langkah Rasulullah Saw. bermula dari kesadaran bahwa hidup ini bukan untuk dunia, tetapi untuk menggapai ridha Allah.
Itibak’ dalam aspek ini mengubah mindset: hidup bukan untuk mengejar pujian manusia, kekayaan, atau kekuasaan, tetapi sebagai bentuk penghambaan sejati.
2. Itibak’ dalam Akhlak dan Kepribadian
Rasulullah Saw. adalah teladan dalam akhlak: lemah lembut, jujur, sabar, pemaaf, adil, dan penuh kasih sayang. Bahkan Allah menegaskan:
"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung."
(QS. Al-Qalam: 4).
Itibak’ berarti meniru akhlak ini dalam kehidupan harian: dalam keluarga, di tempat kerja, dalam bersosial media, dan dalam menghadapi perbedaan.
3. Itibak’ dalam Keluarga dan Masyarakat
Rasulullah adalah ayah, suami, dan pemimpin yang mencintai, memuliakan, dan mengayomi. Beliau mendidik keluarganya dengan kasih sayang dan keteladanan. Dalam masyarakat, beliau hadir sebagai pelayan umat, bukan pencari keuntungan pribadi.
Itibak’ di sini mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang membawa maslahat, bukan sekadar menuntut hak, tetapi berkontribusi dan menyebarkan nilai rahmat.
4. Itibak’ dalam Kepemimpinan dan Sosial-Politik
Rasulullah Saw. bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga kepala negara yang adil dan bijaksana. Beliau membangun negara Madinah dengan asas ukhuwah, keadilan, dan syura. Beliau menyatukan suku-suku, membangun sistem ekonomi, dan menghadapi musuh dengan strategi yang matang.
Itibak’ dalam hal ini menuntut kita untuk tidak memisahkan Islam dari urusan politik, hukum, dan tata sosial. Islam bukan hanya agama, tetapi sistem kehidupan yang lengkap.
5. Itibak’ dalam Perjuangan dan Dakwah
Hidup Rasulullah Saw. adalah perjuangan tiada henti menghadapi celaan, tekanan, hingga perang, demi menyampaikan kebenaran. Beliau tidak menyerah, tidak tawar menawar dalam prinsip, tetapi tetap penuh hikmah dan kasih sayang.
Itibak’ artinya: berani menyuarakan kebenaran, sabar dalam dakwah, serta istiqamah dalam menyampaikan nilai-nilai Islam di tengah gelombang tantangan zaman.
Penutup: Itibak’ adalah Jalan Keselamatan dan Keberkahan
Mengikuti Rasulullah Saw. secara total adalah jalan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah:
"Katakanlah: Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu..."
(QS. Ali Imran: 31).
Itibak’ adalah bukti cinta, bukan sekadar klaim. Ia adalah aksi nyata dalam meneladani seluruh langkah, misi, dan visi Rasulullah SAW dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, hingga dunia.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo