Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Islam Sebagai Solusi Total, Bukan Tempelan Parsial (Seri Jebakan Islam Moderat Bagian 2.5)

Kamis, 15 Mei 2025 | 05:07 WIB Last Updated 2025-05-14T22:08:02Z

Tintasiyasi.ID -- Hari ini, banyak orang bicara soal Islam. Tetapi sayangnya, yang dibicarakan kebanyakan cuma kulitnya. Islam ditampilkan sekadar bumbu, bukan hidangan utama. Padahal, Islam itu hidangan utama. Menu wajib. Bukan cemilan pelengkap sistem jahiliah modern. Sebut saja seperti demokrasi, kapitalisme, sosialisme, komunisme, atau apa pun nama dan bungkus yang mereka sematkan pada sistem buatan manusia.

 

Ini yang disebut oleh para ulama sebagai Islam parsial. Mengambil Islam hanya di sisi-sisi yang disukai, tetapi menolak yang tidak sesuai hawa nafsu. Padahal, Allah sudah beri peringatan keras:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

 

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, dia musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah [2]: 208)

 

Catat baik-baik! Allah menyebut siapa yang tidak masuk ke dalam Islam secara kaffah sebagai pengikut langkah-langkah setan. Ini bukan kalimat biasa. Ini peringatan serius. Ini sindiran keras yang mestinya membuat umat Islam sadar dan bangkit.

 

Islam Bukan Tambalan Sistem Gagal

 

Apakah adil Islam hanya dipakai saat pernikahan, kematian, atau ibadah ritual? Apakah adil pada soal-soal ekonomi yang digunakan kapitalisme? Soal politik pakai demokrasi? Soal hukum pakai KUHP warisan Belanda?

 

Kalau itu yang kita lakukan, sama saja kita bilang ke Allah, “Ya Allah, Engkau kami akui Tuhan. Tetapi aturan-Mu belum layak menggantikan aturan buatan manusia!”

 

Astagfirullah… Ini bukan cuma bodoh. Ini juga kufur secara praktis!

 

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menegaskan, bahwa orang yang menerapkan hukum selain dari yang Allah turunkan berarti telah menjadikan tandingan bagi Allah dalam kekuasaan dan hukum. Ini syirik dalam aspek pengambilan hukum (tasyri’).

 

Islam Sistem Hidup Menyeluruh

 

Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana cara salat atau puasa. Islam juga membimbing bagaimana mengelola negara. Islam bicara bagaimana sistem ekonomi yang adil, bagaimana kebijakan luar negeri, bagaimana mengelola kekayaan alam. Bahkan Islam sampai mengatur cara memecat pemimpin zalim!

 

Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah berkata, “Sesungguhnya agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak memiliki pondasi akan runtuh, dan sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan hilang.”

 

Artinya, tanpa kekuasaan yang tunduk pada Islam, agama bisa habis diinjak-injak. Maka kalau kita hanya bicara Islam sebagai akhlak, moral, etika — tetapi tidak bicara kekuasaan, sistem, dan negara — kita sedang menyiapkan Islam untuk ditinggalkan.

 

Contoh Nyata Kegagalan Islam Parsial

 

Mau contoh? Lihat Mesir. Lihat Tunisia. Lihat Turki. Semuanya pernah punya gelombang islamisasi. Tetapi apa yang terjadi? Ketika Islam hanya jadi tempelan moral, dan tidak jadi sistem negara, maka semua bisa dihancurkan dalam satu malam kudeta!

 

Indonesia juga begitu. Banyak ormas Islam besar, tetapi apa daya? UU tetap sekuler. Sistem tetap kapitalistik. Kekayaan alam dikuasai oligarki. Pajak mencekik rakyat. Dan umat dibiarkan sibuk berkelahi soal-soal furuk fikih; seperti wudu, usholi, kunut. Pada saat yang sama negara dijarah habis-habisan.

 

Ini bukan saatnya kita puas dengan Islam yang dipreteli. Ini waktunya kembali pada Islam kaffah!

 

Tegas! Islam Bukan Tambalan Demokrasi

 

Demokrasi bukan tempat untuk menerapkan Islam. Demokrasi justru sistem yang menyingkirkan hukum Allah. Dalam demokrasi, manusia berhak membuat hukum. Dalam Islam, hukum hanya milik Allah:

 

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

 

Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain-Nya. Itulah agama yang lurus... (QS Yusuf [12]: 40)

 

Maka saat ada orang bilang, “Perjuangan Islam harus lewat jalur demokrasi”, tanyakan balik: Apakah Allah pernah perintahkan itu? Atau itu hanya strategi kompromi yang justru menjauhkan umat dari penerapan Islam yang sejati?

 

Islam Kaffah adalah Kewajiban, Bukan Pilihan

 

Kita tidak bisa memilih-milih dalam berislam. Karena Islam bukan menu prasmanan. Hobi gudeg yogya, ambil. Tidak tahan pedas rendang padang, tinggalkan. Tidak boleh! Islam adalah satu paket utuh. Satu sistem sempurna.

 

Rand Corporation dalam laporannya, "The Civil Democratic Islam" bahkan dengan jelas menyebutkan strategi memecah belah Islam. Caranya, dorong Islam moderat. Jauhkan umat dari Islam kaffah. Jadikan Islam hanya sebagai nilai-nilai privat. Ini peringatan buat kita semua. Jika kita tidak mengambil Islam secara total, musuh akan terus mengacak-ngacak dari dalam.

 

Saatnya umat bangun. Kembali pada Islam secara utuh. Terapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Akidah, ibadah, ekonomi, politik, pendidikan, hukum, bahkan pertahanan. Dan itu hanya bisa terwujud jika kita perjuangkan tegaknya institusi pelaksana Islam secara kaffah: Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.

 

(Habis)

 

Jakarta, 13 Mei 2025

 

 

Oleh: Edy Mulyadi

Wartawan Senior

 

Opini

×
Berita Terbaru Update