Ini yang disebut oleh para ulama
sebagai Islam parsial. Mengambil Islam hanya di sisi-sisi yang disukai, tetapi
menolak yang tidak sesuai hawa nafsu. Padahal, Allah sudah beri peringatan
keras:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ
Wahai orang-orang yang
beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu
ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, dia musuh yang nyata bagimu. (QS
Al-Baqarah [2]: 208)
Catat baik-baik! Allah menyebut
siapa yang tidak masuk ke dalam Islam secara kaffah sebagai pengikut
langkah-langkah setan. Ini bukan kalimat biasa. Ini peringatan serius. Ini
sindiran keras yang mestinya membuat umat Islam sadar dan bangkit.
Islam Bukan Tambalan Sistem
Gagal
Apakah adil Islam hanya dipakai
saat pernikahan, kematian, atau ibadah ritual? Apakah adil pada soal-soal
ekonomi yang digunakan kapitalisme? Soal politik pakai demokrasi? Soal hukum
pakai KUHP warisan Belanda?
Kalau itu yang kita lakukan, sama
saja kita bilang ke Allah, “Ya Allah, Engkau kami akui Tuhan. Tetapi aturan-Mu
belum layak menggantikan aturan buatan manusia!”
Astagfirullah… Ini bukan cuma
bodoh. Ini juga kufur secara praktis!
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
menegaskan, bahwa orang yang menerapkan hukum selain dari yang Allah turunkan
berarti telah menjadikan tandingan bagi Allah dalam kekuasaan dan hukum. Ini
syirik dalam aspek pengambilan hukum (tasyri’).
Islam Sistem Hidup Menyeluruh
Islam tidak hanya mengajarkan
bagaimana cara salat atau puasa. Islam juga membimbing bagaimana mengelola
negara. Islam bicara bagaimana sistem ekonomi yang adil, bagaimana kebijakan
luar negeri, bagaimana mengelola kekayaan alam. Bahkan Islam sampai mengatur
cara memecat pemimpin zalim!
Ibnu Taimiyah rahimahullah
pernah berkata, “Sesungguhnya agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar.
Agama adalah pondasi, dan kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak
memiliki pondasi akan runtuh, dan sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan
hilang.”
Artinya, tanpa kekuasaan yang
tunduk pada Islam, agama bisa habis diinjak-injak. Maka kalau kita hanya bicara
Islam sebagai akhlak, moral, etika — tetapi tidak bicara kekuasaan, sistem, dan
negara — kita sedang menyiapkan Islam untuk ditinggalkan.
Contoh Nyata Kegagalan Islam
Parsial
Mau contoh? Lihat Mesir. Lihat
Tunisia. Lihat Turki. Semuanya pernah punya gelombang islamisasi. Tetapi apa
yang terjadi? Ketika Islam hanya jadi tempelan moral, dan tidak jadi sistem
negara, maka semua bisa dihancurkan dalam satu malam kudeta!
Indonesia juga begitu. Banyak
ormas Islam besar, tetapi apa daya? UU tetap sekuler. Sistem tetap
kapitalistik. Kekayaan alam dikuasai oligarki. Pajak mencekik rakyat. Dan umat
dibiarkan sibuk berkelahi soal-soal furuk fikih; seperti wudu, usholi, kunut.
Pada saat yang sama negara dijarah habis-habisan.
Ini bukan saatnya kita puas
dengan Islam yang dipreteli. Ini waktunya kembali pada Islam kaffah!
Tegas! Islam Bukan Tambalan
Demokrasi
Demokrasi bukan tempat untuk
menerapkan Islam. Demokrasi justru sistem yang menyingkirkan hukum Allah. Dalam
demokrasi, manusia berhak membuat hukum. Dalam Islam, hukum hanya milik Allah:
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Keputusan itu hanyalah milik
Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain-Nya. Itulah
agama yang lurus... (QS Yusuf [12]: 40)
Maka saat ada orang bilang,
“Perjuangan Islam harus lewat jalur demokrasi”, tanyakan balik: Apakah Allah
pernah perintahkan itu? Atau itu hanya strategi kompromi yang justru menjauhkan
umat dari penerapan Islam yang sejati?
Islam Kaffah adalah Kewajiban,
Bukan Pilihan
Kita tidak bisa memilih-milih
dalam berislam. Karena Islam bukan menu prasmanan. Hobi gudeg yogya, ambil.
Tidak tahan pedas rendang padang, tinggalkan. Tidak boleh! Islam adalah satu
paket utuh. Satu sistem sempurna.
Rand Corporation dalam
laporannya, "The Civil Democratic Islam" bahkan dengan jelas
menyebutkan strategi memecah belah Islam. Caranya, dorong Islam moderat.
Jauhkan umat dari Islam kaffah. Jadikan Islam hanya sebagai nilai-nilai privat.
Ini peringatan buat kita semua. Jika kita tidak mengambil Islam secara total,
musuh akan terus mengacak-ngacak dari dalam.
Saatnya umat bangun. Kembali pada
Islam secara utuh. Terapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Akidah,
ibadah, ekonomi, politik, pendidikan, hukum, bahkan pertahanan. Dan itu hanya
bisa terwujud jika kita perjuangkan tegaknya institusi pelaksana Islam secara
kaffah: Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah.
(Habis)
Jakarta, 13 Mei 2025
Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior