Apa pun nama dan bungkusnya,
esensinya sama: Islam yang sudah dicampur-campur. Islam yang dipangkas
sana-sini. Islam yang dikemas agar ramah terhadap sistem demokrasi, pluralisme,
liberalisme, dan kapitalisme. Bahasa halusnya: Islam yang bisa kompromi dengan
ideologi buatan manusia. Padahal ini bahaya luar biasa!
Bayangkan, Islam yang semestinya
turun sebagai solusi seluruh kehidupan, malah dipaksa jadi sekadar agama
privat. Urusannya cuma ke masjid, pernikahan, kematian, dan kuburan. Sementara
urusan negara, hukum, ekonomi, politik, dibilang: “Itu bukan ranah agama.”
Allah sudah wanti-wanti sejak 14
abad lalu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةًۖ وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِۚ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Wahai orang-orang yang
beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, ia musuh yang nyata
bagimu. (QS Al-Baqarah [2]: 208)
Perintahnya tegas: Islam kaffah!
Masuk secara total, tidak boleh memilih-milih. Siapa saja yang menyimpang, yang
pilih-pilih Islam yang cocok saja buat dirinya; Itu artinya sedang mengikuti
langkah setan!
Setan Berlabel Penceramah
Setan? Ya, setan! Yang mengajak
kompromi, yang membisikkan, “untuk apa bawa Islam ke politik?”, itu lidah
setan! Yang mengajak supaya Islam diam saja waktu ada kezaliman ekonomi, itu
langkah setan. Yang mempropagandakan Islam hanya urusan spiritual, itu setan
berlabel dan kostum penceramah!
Coba perhatikan bagaimana
realitanya hari ini. Data menyebutkan negara kita mayoritas Muslim. Tetapi
sistem yang diterapkan 100 persen bukan Islam.
Undang-undangnya produk akal
manusia. Ekonominya kapitalis, penuh riba dan monopoli. Politiknya demokrasi,
sistem yang membuat suara ulama sejajar sama suara koruptor. Hukumnya warisan
kolonial. Sosial budayanya liberal. Bahkan LGBT sudah mulai merangsek atas nama
HAM.
Lalu umat disuruh diam. Kalau
menolak apalagi melakukan perlawanan, stempel radikal langsung disematkan. Jika
stigma sudah dilekatkan tetapi terus melawan, kriminalisasi adalah langkah
berikutnya. Bukan mustahil berbagai ancaman dan intimidasi itu berakhir pada
kematian.
Ketika Rasulullah saw. diutus ke
tengah masyarakat Makkah, beliau tidak hanya mengajak manusia salat dan
berzikir. Nabi juga menantang sistem kufur Quraisy. Membongkar ketidakadilan,
dan menawarkan sistem Islam sebagai pengganti. Makanya Rasulullah saw.
dimusuhi, diboikot bahkan hendak dibunuh. Karena memang misi Islam itu
menggantikan sistem batil, bukan berdamai dengannya!
Islam Itu Menyeluruh
Imam Ibnu Katsir rahimahullah
dalam tafsirnya terhadap ayat “ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً” menulis:
“Yakni masuklah kalian ke dalam
ketaatan kepada Allah, dan dalam seluruh syariat-Nya, serta janganlah kalian
tinggalkan satu pun dari perintah-Nya dan larangan-Nya.”
Jadi, kalau ada orang Muslim yang
menerima dalam ibadah tetapi menolak hukum Islam dalam ekonomi dan politik, tetapi
itu bukan Islam kaffah. Itu Islam sisa-sisa, setengah-setengah. Allah tidak rida
kepada Islam yang setengah-setengah!
Imam Asy-Syathibi dalam
Al-Muwafaqat juga menjelaskan bahwa syariat Islam itu diturunkan untuk menjaga
lima hal: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Artinya, Islam bukan cuma
urusan masjid, tetapi mencakup seluruh aspek hidup manusia.
Nasib Umat karena Tolak Islam
Kaffah
Ambil contoh negeri kita. Karena
menolak Islam kaffah, rakyat hidup dalam lingkaran setan: utang negara sudah
tembus lebih dari Rp8.000 triliun. Tiap tahun membayar cicilan pokok dan bunga
sekitar Rp1.000 triliun. Tetapi utang bukannya berkurang. Yang ada justru terus
bertambah.
Harga BBM naik terus. Rakyat
diperas aneka pajak. Tetapi pengusaha diguyur bermacam insentif dan kemudahan
perpajakan. Lalu pejabatnya pamer gaya hidup mewah.
Hukum tebang pilih. Yang kritis
bisa ditangkap. Tetapi yang jelas-jelas merusak negara malah dilindungi. Orang
jujur disingkirkan. Pembohong, penipu, dan penjilat dapat tempat terhormat.
Kenapa bisa begitu? Karena kita
tidak mengambil Islam kaffah. Kita malah memungut demokrasi! Padahal demokrasi
yang memberi panggung untuk para penjahat politik itu.
Bandingkan dengan sejarah Islam
saat diterapkan secara kaffah oleh Khilafah Utsmaniah. Dalam catatan Will
Durant dalam The Story of Civilization, saat itu umat Islam mampu
memberikan keadilan dan kemakmuran. Islam di masa itu bahkan memberi kontribusi
luar biasa pada bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Eropa dibuat ternganga!
Hukum Menolak Islam Kaffah
Menolak Islam secara kaffah
adalah dosa besar. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya Al Qurthubi,
menyebutkan bahwa siapa pun yang menolak satu hukum saja dari hukum Allah
dengan keyakinan bahwa hukum manusia lebih baik, maka ia telah ke luar dari
Islam. Telah murtad!
Ibnu Taimiyah menegaskan dalam
Majmu’ Fatawa: “Barang siapa berpaling dari syariat yang dibawa Rasulullah dan
berpindah kepada hukum selainnya, maka ia kafir.”
Jadi, jangan main-main dengan
Islam kaffah. Ini bukan perdebatan akademik. Ini soal nasib akhirat!
Islam modifikasi itu jebakan!
Siapa yang hanya mengambil Islam sebagian dan menolak sebagian lainnya,
sejatinya dia sedang bermain-main dengan api neraka. Islam itu harus diambil
secara total. Masuki semua. Tak ada tawar-menawar.
Maka dari itu, jangan pernah puas
hanya jadi Muslim yang baik menurut versi pemerintah atau NGO, baik lokal
maupun global. Jadilah Muslim yang baik menurut Allah dan Rasul-Nya. Jangan
bangga jadi “Muslim moderat” yang dibina oleh RAND Corporation atau USAID.
Banggalah jadi Muslim kaffah yang tunduk sepenuhnya kepada Allah!
Islam tidak butuh direformasi. Tetapi
manusialah yang harus diformat ulang agar kembali tunduk kepada Islam. Islam
tidak butuh menyesuaikan diri dengan demokrasi. Demokrasilah yang harus dibuang
agar umat bisa kembali hidup dalam naungan syariat.
Islam kaffah adalah solusi. Islam
modifikasi adalah racun!
(Bersambung ke Bagian 2.5: Islam
Sebagai Solusi Total, Bukan Tempelan Parsial. In sya Allah)
Jakarta, 12 Mei 2025
Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior