TintaSiyasi.id -- Pengamat Sosial dan Politik Ustaz Iwan Januar, memaparkan dampak yang akan ditimbulkan dengan munculnya generasi Not in Employment, Education or Training (NEET).
"Pertama, akan makin banyak penduduk Indonesia yan tingkat pendidikannya tidak tinggi, tadi saya katakan banyak pekerja kita itu mereka hanya lulusan SMP, SMA ada tapi juga enggak banyak apalagi yang sarjana lebih sedikit, kita khawatir kalau ternyata jumlah warga Indonesia ini banyak yang tidak mengecap, tidak duduk di bangku perguruan tinggi berarti kualitas SDM rendah," ungkapnya di kanal YouTube Guru Muslim Inspiratif, Gen Z Nganggur Bukan Karena Malas?! Ini Akar Masalahnya, Rabu (14/5/2025).
Ia menambahkan, fakta bahwa kondisi pendidikan seperti ini, banyak enggak bisa sampai lulus SMA, sehingga kualitas rendah.
"Kalau bicara persaingan dunia kerja di tingkat global, berat, karena nanti banyak serbuan ternaga kerja, buktinya banyak tenaga kerja yang ngisi TKA dengan alasan mereka sudah bersertifikat, sementara kita belum dibuat secara masal kan, orang punya keterampilan dibidang las bangunan yang bersertifikat, belum memulai dan enggak di support oleh pemerintah, harusnya dibuat sertifikasi buat tenaga kerja sehingga enggak ada alasan kita kekurangan tenaga kerja yang mampu, ahli dalam bidangnya, bahaya nanti terjadi SDM bangsa kita rendah," paparnya.
Kedua, jadi bom waktu dalam masalah sosial. "Banyak pengangguran, kalau pengangguran banyak kemudian tidak ada pendidikan dan pembinaan, stress orang nganggur, stress ujungnya bisa meningkatnya angka kriminalitas, karena mereka butuh pekerjaan, atau mereka bekerja di sektor informal gajinya tidak cukup, kriminal nanti bisa muncul, jadi pencuri, rampok, garong atau jadi anggota ormas malak, pembegal, bom waktu untuk bangsa Indonesia kalau persoalan gen Z hari ini enggak diselesaikan, belum lagi muncul generasi adek-adeknya, gimana kalau gen Z tidak selesai, adik-adiknya kemudian mereka tumbuh jadi dewasa, sementara kondisi masih sama, maka jadi bom waktu kalau enggak diselesaikan," jelasnya.
Ia menyampaikan solusi dari fenomena generasi NEET.
Pertama dari keluarga. "Artinya orang tua harus mendidik anak-anak itu dengan betul, jangan sampai anak-anak generasi yang malas, pengen santai, rebahan, yang senangnya joget-joget enggak manfaat, keluarga harus dibentuk, anak-anak kita harus didik jadi generasi hard worker pekerja keras, lalu mereka senang belajar, senang mengembangkan diri," terangnya.
Kedua ada perbaikan dari kurikulum pendidikan, supaya link and match sesuai antara ketersediaan lulusan sekolah ataupun kampus dengan dunia kerja.
"Jadi enggak sia-sia mau ketika udah kuliah, ketika lulus, lapangan pekerjaan ternyata enggak ada. Saya pernah ketemu lulusan beken kampus di Jawa Barat jurusan teknik pesawat, tetapi ketika dia lulus kerjanya digital marketing, saya tanya kenapa enggak dibidang yang dulu anda kuliah? Lapangan kerjanya enggak ada, terbatas banget. Coba udah kuliah capek-capek, kampus elit, jurusan susah, 4 tahun mungkin 5 tahun kuliah, begitu lulus lapangan kerja enggak ada," contohnya.
"Pr buat pemerintah, negara harus mendesain bangsa bisa membuka lapangan kerja yang bisa memajukan bangsa, enggak cuma lapangan kerja sekadar dibidang konveksi, kita bangsa besar, memiliki SDA yang luar biasa, harusnya berpikir memiliki industri, butuh nanti para tenaga kerja di bidang otomotif yang merakit, buat mesin segala macam, kemudian teknologi IT, handphone, laptop, harusnya ada dong termasuk juga nanti dirgantara, pesawat, kapal laut, pelayaran seperti itu karena ini kebutuhan bangsa," pungkasnya. [] Alfia Purwanti