TintaSiyasi.id -- Allah SWT. berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, 'Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.'" (QS. Fushshilat [41]: 30)
Pendahuluan: Makna Hidup di Tengah Dunia yang Hiruk-Pikuk
Di tengah kemajuan zaman, derasnya arus informasi, dan kompleksnya persoalan hidup, manusia sering kali kehilangan arah. Mereka hidup dalam kebingungan, terjebak rutinitas, berlomba dalam hal-hal duniawi, namun lupa satu pertanyaan paling penting: Untuk apa kita hidup?
Kehidupan ini hanya sekali. Maka sungguh kerugian besar jika hidup dilewatkan tanpa arah, tanpa makna, dan tanpa meninggalkan jejak amal di bumi. Islam hadir bukan hanya sebagai agama ibadah, tetapi sebagai jalan hidup yang menyinari akal, hati, dan peradaban.
1. Hidup Bukan Sekadar Bertahan, tetapi Bertujuan
Allah menciptakan manusia bukan tanpa tujuan:
"Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main (tanpa tujuan), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu’minun: 115)
Tujuan hidup manusia bukan sekadar makan, bekerja, menikah, dan mati. Manusia diciptakan untuk beribadah secara totalitas kepada Allah (QS. Adz-Dzariyat: 56), yang bermakna mengabdi dalam setiap aspek kehidupan: bekerja dengan amanah, mendidik dengan cinta, berilmu dengan adab, dan memimpin dengan keadilan.
Orang yang tahu tujuan hidupnya akan menyalakan cahaya dalam jiwanya. Ia tidak hidup seperti robot atau budak dunia. Ia bangkit sebagai khalifah, pembawa amanah Ilahi.
2. Bangunlah dengan Iman: Pondasi Peradaban yang Hakiki
Iman adalah cahaya yang menerangi hidup dan menjadi energi perubahan. Tanpa iman, manusia akan lemah, pesimis, dan mudah goyah dalam badai ujian.
Iman bukan sekadar pengakuan, tetapi kekuatan spiritual yang: Mendorong untuk terus belajar dan berbuat baik. Menjadi pelita dalam gelapnya fitnah zaman. Menjadikan hidup selalu optimis karena yakin akan janji Allah.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
Perubahan peradaban dimulai dari perubahan iman di hati. Iman melahirkan tekad. Tekad melahirkan amal. Amal melahirkan perubahan.
3. Umat yang Kuat adalah Umat yang Berilmu
Islam adalah agama ilmu. Wahyu pertama bukan perintah untuk salat atau zakat, tetapi “Iqra!” (Bacalah!). Itu pesan bahwa kemajuan umat Islam tak mungkin dicapai tanpa membangun peradaban ilmu.
Ilmu bukan hanya untuk karier atau gelar, tetapi untuk mencerdaskan akal, menyucikan jiwa, dan memakmurkan bumi. Umat yang berilmu adalah umat yang: Kritis terhadap kebodohan dan kezaliman, Mampu menjawab tantangan zaman dengan solusi Islam. Tidak mudah dibodohi oleh ide-ide sekularisme, liberalisme, atau materialisme.
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
4. Jangan Hanya Menjadi Penonton Sejarah, Jadilah Pelakunya
Setiap zaman mencetak tokoh-tokoh perubahan. Mereka yang melawan arus kemaksiatan, menyalakan cahaya harapan, dan menggerakkan umat menuju kebaikan.
Lihatlah Rasulullah SAW — satu orang yang mengubah dunia dengan cahaya wahyu. Lihatlah para ulama, pejuang, penulis, dan pemikir — mereka menuliskan sejarah dengan tinta pengorbanan.
Pertanyaannya: apakah kita hanya akan menjadi penonton sejarah, atau bagian dari penulisnya?
Jika hari ini kita merasa kecil, tak dikenal, atau lemah, maka ingatlah: setiap orang bisa menjadi besar bila ia mengabdi dengan ikhlas dan istiqamah.
“Jadilah kalian seperti pohon yang rindang, memberi keteduhan meski ia tak dipuji. Atau seperti mata air yang terus mengalir meski tak disanjung.”
5. Kembali pada Jalan Lurus: Kunci Kebangkitan Umat
Umat Islam hari ini mengalami dekadensi dalam banyak aspek: akhlak, politik, ekonomi, bahkan cara berpikir. Kita kehilangan arah karena menjauh dari jalan lurus para nabi dan salafus salih. Kebangkitan hanya akan lahir jika kita kembali kepada: Al-Qur’an dan sunah sebagai sumber hukum, Akhlak Rasulullah SAW sebagai teladan hidup, Kepemimpinan Islam yang adil dan amanah.
Jalan lurus itu bukan semata mengenang kejayaan masa lalu, tetapi membangunnya kembali dengan amal nyata di masa kini.
6. Hidup Sekali, Maka Berbuatlah yang Terbaik
“Mati satu kali, namun nama baik dapat hidup selamanya.” (Imam Syafi’i)
Kehidupan ini seperti perjalanan singkat. Jangan biarkan ia berlalu begitu saja. Bangun cita-cita mulia. Berikan yang terbaik dari dirimu untuk umat, walau kecil.
Satu tulisan bisa membangunkan hati yang tertidur. Satu tindakan bisa menyelamatkan generasi. Muliakan hidupmu dengan:Memberi manfaat, Menjadi contoh yang baik, Meninggalkan jejak kebaikan yang tak lekang oleh waktu.
Penutup: Cahaya Perubahan Ada dalam Dirimu
Umat Islam bukan umat yang lemah, tetapi umat yang belum menyadari kekuatannya. Maka sadarilah: engkau adalah bagian dari umat terbaik yang Allah pilih untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali 'Imran: 110)
Mari bangkit. Mari bergerak. Hidup ini hanya sekali. Gunakan untuk mengabdi, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk Islam dan umat yang kita cintai.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual
Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo