Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Haji Makin Sulit, Aktivis Dakwah: Ibadah Haji Sudah Menjadi Bisnis

Kamis, 29 Mei 2025 | 14:12 WIB Last Updated 2025-05-29T07:13:03Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis dakwah Malaysia Ustazah Hayati menyatakan bahwa ibadah haji kini semakin sulit untuk dilaksanakan karena biayanya yang terus meningkat dan pelaksanaannya telah berubah menjadi sebuah bentuk bisnis.

 

“Dalam kondisi kita sekarang, ibadah haji itu sudah menjadi bisnis. Di Arab Saudi, harga visa naik. Jadi kalau naik di sana, otomatis naik juga di sini. Dipersulit di sana, dipersulit pula di sini,” ujarnya dalam Program Muslimah Talks & Doa Kesyukuran dengan tema Kewajiban Haji Tanggung Jawab Semua, Ahad (18/05/2025).

 

Menyinggung soal fasilitas yang seharusnya disediakan untuk pelaksanaan ibadah haji, ia menekankan bahwa kemudahan tersebut sangat penting agar ibadah dapat berjalan lancar.

 

“Bukan berarti pemerintah harus menanggung semua biaya. Tetap dikenakan bayaran, tetapi dipermudah, dan kita bisa mendapatkan fasilitas tambahan. Perjalanan kita akan jadi lebih lancar,” tambahnya.

 

Ia juga mempertanyakan penggunaan dana yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bagi para jemaah, seperti toilet dan penginapan yang layak. “Mengingat pemerintah mampu membangun pusat hiburan mewah,” ujarnya membandingkan..

 

“Kenapa tidak dibangun fasilitas-fasilitas lain? Padahal pemerintah Arab Saudi bisa membangun pusat hiburan yang luar biasa, sedangkan fasilitas di area haji itu digunakan setiap tahun, bukan hanya sekali. Jadi, kenapa tidak dibangun gedung-gedung yang bagus? Ke mana hilangnya dana yang umat berikan untuk kemudahan haji?” tanyanya.

 

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa kuota haji sekarang seolah lebih memihak pada paket haji yang mahal, karena lebih menguntungkan secara ekonomi dibandingkan dengan paket murah.

 

“Sekarang kita dipersulit. Coba lihat, kuota haji untuk yang murah sangat terbatas. Kenapa yang mahal dan yang murah berangkat bareng, tapi kuotanya beda? Karena paket mahal itu memberikan keuntungan, sedangkan yang murah tidak menguntungkan,” katanya.

 

Kembali ia menegaskan bahwa menyulitkan pelaksanaan ibadah dalam Islam adalah bentuk kemaksiatan.

 

“Dalam Islam, jika kita menghalangi atau mempersulit ibadah, maka itu hukumnya adalah maksiat kepada Allah. Tidak boleh kita menyulitkan urusan ibadah,” jelasnya.

 

Ia juga menekankan bahwa tanggung jawab untuk mempermudah pelaksanaan ibadah tidak hanya terletak pada individu, tetapi juga pada pemerintah dan para pemegang kekuasaan di seluruh dunia.

 

“Ibadah itu harus dimudahkan, dan itu adalah tanggung jawab para penguasa. Bukan hanya penguasa kita, tetapi penguasa di seluruh dunia,” ujarnya lagi.

 

Menurutnya, permasalahan seperti kurangnya fasilitas bukan lagi isu kecil, melainkan beban bagi umat Islam sedunia. “Para jemaah haji berhak mendapatkan fasilitas yang nyaman,” ujarnya.

 

“Kita selama ini bersabar terhadap kesulitan yang sebenarnya bisa kita atasi jika ada pihak yang mau bertanggung jawab,” katanya.

 

Ia juga mengingatkan bahwa dalam Islam jika tidak ada pihak yang menunaikan kewajiban fardu kifayah seperti pengelolaan ibadah haji, maka itu bisa berubah menjadi fardu ain — kewajiban individu. “Namun jika sudah ada yang menjalankan tugas tersebut dengan baik, maka yang lain tidak berdosa,” tegasnya.

 

“Kalau tidak ada yang mau menghilangkan kesulitan dalam melaksanakan haji, maka itu akan menjadi fardu ain. Sekarang kita masih terbelenggu dalam kesulitan itu. Jadi itu menjadi tanggung jawab kita untuk menghapuskan belenggu tersebut. Kalau pemerintah tidak mau melakukannya, lalu siapa?” tanyanya.

 

Ia mengajak pihak-pihak yang berwenang untuk menjalankan tanggung jawab mereka dalam pengelolaan ibadah haji.

 

“Haji itu bukan hanya masalah pribadi, ini masalah umat. Kita meminta negara untuk menyempurnakan tanggung jawabnya,” pungkasnya.[] Rahmah



Opini

×
Berita Terbaru Update