“Dalam kondisi kita sekarang, ibadah haji itu sudah
menjadi bisnis. Di Arab Saudi, harga visa naik. Jadi kalau naik di sana,
otomatis naik juga di sini. Dipersulit di sana, dipersulit pula di sini,”
ujarnya dalam Program Muslimah Talks & Doa Kesyukuran dengan tema Kewajiban
Haji Tanggung Jawab Semua, Ahad (18/05/2025).
Menyinggung soal fasilitas yang seharusnya disediakan
untuk pelaksanaan ibadah haji, ia menekankan bahwa kemudahan tersebut sangat
penting agar ibadah dapat berjalan lancar.
“Bukan berarti pemerintah harus menanggung semua
biaya. Tetap dikenakan bayaran, tetapi dipermudah, dan kita bisa mendapatkan
fasilitas tambahan. Perjalanan kita akan jadi lebih lancar,” tambahnya.
Ia juga mempertanyakan penggunaan dana yang seharusnya
bisa dimanfaatkan untuk membangun fasilitas bagi para jemaah, seperti toilet
dan penginapan yang layak. “Mengingat pemerintah mampu membangun pusat hiburan
mewah,” ujarnya membandingkan..
“Kenapa tidak dibangun fasilitas-fasilitas lain? Padahal
pemerintah Arab Saudi bisa membangun pusat hiburan yang luar biasa, sedangkan
fasilitas di area haji itu digunakan setiap tahun, bukan hanya sekali. Jadi,
kenapa tidak dibangun gedung-gedung yang bagus? Ke mana hilangnya dana yang
umat berikan untuk kemudahan haji?” tanyanya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa kuota haji sekarang
seolah lebih memihak pada paket haji yang mahal, karena lebih menguntungkan
secara ekonomi dibandingkan dengan paket murah.
“Sekarang kita dipersulit. Coba lihat, kuota haji
untuk yang murah sangat terbatas. Kenapa yang mahal dan yang murah berangkat
bareng, tapi kuotanya beda? Karena paket mahal itu memberikan keuntungan, sedangkan
yang murah tidak menguntungkan,” katanya.
Kembali ia menegaskan bahwa menyulitkan pelaksanaan
ibadah dalam Islam adalah bentuk kemaksiatan.
“Dalam Islam, jika kita menghalangi atau mempersulit
ibadah, maka itu hukumnya adalah maksiat kepada Allah. Tidak boleh kita
menyulitkan urusan ibadah,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa tanggung jawab untuk
mempermudah pelaksanaan ibadah tidak hanya terletak pada individu, tetapi juga
pada pemerintah dan para pemegang kekuasaan di seluruh dunia.
“Ibadah itu harus dimudahkan, dan itu adalah tanggung
jawab para penguasa. Bukan hanya penguasa kita, tetapi penguasa di seluruh
dunia,” ujarnya lagi.
Menurutnya, permasalahan seperti kurangnya fasilitas
bukan lagi isu kecil, melainkan beban bagi umat Islam sedunia. “Para jemaah
haji berhak mendapatkan fasilitas yang nyaman,” ujarnya.
“Kita selama ini bersabar terhadap kesulitan yang
sebenarnya bisa kita atasi jika ada pihak yang mau bertanggung jawab,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam Islam jika tidak ada
pihak yang menunaikan kewajiban fardu kifayah seperti pengelolaan ibadah haji,
maka itu bisa berubah menjadi fardu ain — kewajiban individu. “Namun jika sudah
ada yang menjalankan tugas tersebut dengan baik, maka yang lain tidak berdosa,”
tegasnya.
“Kalau tidak ada yang mau menghilangkan kesulitan
dalam melaksanakan haji, maka itu akan menjadi fardu ain. Sekarang kita masih
terbelenggu dalam kesulitan itu. Jadi itu menjadi tanggung jawab kita untuk
menghapuskan belenggu tersebut. Kalau pemerintah tidak mau melakukannya, lalu
siapa?” tanyanya.
Ia mengajak pihak-pihak yang berwenang untuk
menjalankan tanggung jawab mereka dalam pengelolaan ibadah haji.
“Haji itu bukan hanya masalah pribadi, ini masalah
umat. Kita meminta negara untuk menyempurnakan tanggung jawabnya,”
pungkasnya.[] Rahmah