“Terburu-buru, tergesa-gesa bukan berarti bersegera.
Boleh jadi justru terburu-buru itu terjadi karena kita memperlambat sesuatu,
menunda-nunda, sehingga ketika waktunya sudah pendek, kita melakukannya dengan
terburu-buru. Tetapi bersegera itu berbed, ia adalah sikap seorang mukmin dalam
merespons panggilan Allah. Ketika diseru untuk menunaikan kewajiban atau amal sunah,
maka ia tidak menunda, tetapi segera melakukannya,” ujarnya dalam kanal YouTube
Muslimah Media Hub bertajuk Gaya Hidup Mukmin?, Selasa (20/05/2025).
Ia menyentuh konsep kehidupan yang dikenal dengan slow
living, yaitu tren hidup yang mementingkan kebahagiaan dengan menjalani
hidup tanpa tekanan, tidak tergesa-gesa, dan tanpa ambisi serta persaingan. “Slow
living menghadapi hidup itu tidak dengan tekanan, tidak mesti tergesa-gesa,
tidak ada ambisi, dan mereka tidak mau bersaing,” bebernya.
“Sebagai seorang Muslim tentu saja kita tidak boleh
terpengaruh dengan tren atau gaya hidup tertentu, karena Islam telah
menyediakan konsep hidup yang khas yaitu untuk beribadah kepada Allah,”
tuturnya.
Sebaliknya, menurutnya, seorang Muslim juga tidak
seharusnya bersikap tergesa-gesa karena ketergesaan merupakan sikap yang
dilarang dalam Islam. “Ini karena sikap tergesa-gesa biasanya muncul akibat
menunda-nunda suatu kewajiban, hingga akhirnya dilakukan dalam keadaan
terburu-buru. Dampaknya hasil amal menjadi tidak optimal,” ucapnya.
“Ketika melakukan sesuatu dengan ketergesaan banyak
dampak negatifnya. Di antaranya ketika kita melakukan pekerjaan itu merasa ada
tekanan, kemudian dari sisi kualitasnya bisa jadi tidak optimal,” katanya.
Ia menyatakan bahwa ketika sikap ketergesaan dilarang,
Islam malah telah memerintahkan umatnya untuk bersegera dalam kebaikan. “Dalam surah
Ali Imran ayat 133, kaum mukmin telah diseru untuk bersegera menuju ampunan dan
surga. Itulah pentingnya membedakan antara tergesa-gesa yang lahir dari
kelalaian, dan bersegera yang lahir dari kesadaran iman,” ulasnya.
“Tetapi kalau bersegera, bersegera itu bukan
terburu-buru. Bersegera adalah sikap kita meresponss panggilan Allah, respons
taklif kepada Allah terutama yang wajib dan sunah untuk kita lakukan dan kita
melakukannya dengan sesegera mungkin ketika kita mampu, punya kesempatan untuk
melakukannya,” tuturnya.
Ia menyampaikan bahwa seorang mukmin akan segera merespons
setiap panggilan Allah, baik dalam kewajiban maupun kebaikan, tanpa menunda.
“Seorang mukmin tidak akan menunda-nunda ketika ada
panggilan untuk suatu kewajiban. Apakah itu panggilan untuk salat, panggilan
untuk berdakwah, panggilan untuk berjuang, panggilan untuk berinfak. Seorang
istri; panggilan untuk melayani suami, seorang ibu; panggilan untuk mendidik
anak, untuk meriayah anak,” sebutnya.
Lanjut dikatakan, seorang mukmin ada panggilan untuk
peduli kepada sesama mukmin, yakni panggilan untuk berjihad ke Palestina,
panggilan untuk memperjuangkan berbagai kebenaran yang sekarang sedang
dilecehkan,” ungkapnya.
Ia membeberkan bahwa seorang mukmin tidak akan menunda
panggilan Allah karena mengharap balasan dan ampunan-Nya. “Ia juga akan segera
bertaubat saat menyadari kesalahan, yakin bahwa bersegera dalam ketaatan akan
membawa balasan surga,” tuturnya.
“Itu adalah panggilan-panggilan dari Allah maka sikap
seorang mukmin tidak akan menunda. Dia akan bersegera karena dia ingin mendapat
balasan dari Allah. Ketika dia yakin dia melakukan kesalahan atau kurang
optimal, maka dia akan segera memohon ampun dari Allah sehingga dia tidak
terus-menerus dalam kesalahan itu dan dia yakin ketika dia bersegera memenuhi
panggilan dari Allah, maka di situ akan ada balasan surga,” pungkasnya.[] Rahmah