Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Fenomena Inses, Sangat Memprihatinkan

Senin, 26 Mei 2025 | 21:16 WIB Last Updated 2025-05-26T14:16:55Z
TintaSiyasi.id -- Keluarga adalah miniatur terkecil dalam masyarakat yang seharusnya memberikan afeksi dan proteksi pasalnya hari ini justru kehilangan fungsinya bahkan menjadi awal mula petaka.

Geger, di Medan beberapa hari lalu ditemukan jasad bayi dikirim ojek online ternyata hasil hubungan inses kakak beradik.  Kabar mengejutkan terbaru adanya temuan grup facebook bernama fantasi sedarah dengan member puluhan ribu. Dalam grup tersebut berisi foto foto dan percakapan sharing tentang hubungan sedarah (inses). Mulai dari orang tua kandung dengan anak anak, balita hingga remaja, maupun sesama saudara kandung.

Dibalik rumah, benih benih pelaku kejahatan seksual tumbuh subur karena di pupuk sejak kecil dan dirusak oleh orang terdekatnya sendiri.  Mengapa keluarga yang harusnya menjadi tempat lahirnya generasi peradaban, justru menjadi monster yang merusak generasi itu sendiri?

Ada beberapa aspek yang saling keterkaitan antara satu dengan lainnya hingga menyebabkan rusaknya tatanan keluarga yaitu sistem kapitalisme yang melahirkan cara berpikir sekuler. Kehidupan dengan cara pandang sekuler meniscayakan adanya pemisahan agama dari kehidupan juga menuhankan akal membuat manusia diberikan kebebasan berpendapat dan berekspresi termasuk berfantasi tanpa aturan . Nilai kebebasan yang dikandung sistem ini menjadi racun yang mematikan bagi akal dan naluri manusia. 

Tidak dimungkiri juga bahwa keimanan seseorang akan mempengaruhi segala tindakan yang ia perbuat. Pembentukan moral hingga pengontrolan emosi seseorang juga tergantung dari ketakwaan dan keimanan seseorang. Ketika pemahaman agama tidak dijadikan standar perilaku, hawa nafsu pun menjadi penentu .

Ada beberapa pendekatan menurut ahli psikolog, mengapa seseorang bisa memiliki fantasi sedarah. Pertama , menurut teori kognitif behavioral, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan. Sebagai contoh, individu yang dibesarkan dalam kelurga yang disfungsional atau mengalami pelecehan seksual akan menyimpan memori traumatis dalam hidupnya.
 
Kedua, terpapar konten pornografi. Dalam sistem kapitalis sekuler, media sosial membuka akses yang lebih besar terhadap berbagai konten pornografi. Menurut studi literatur, paparan berulang terhadap konten seksual dapat mempengaruhi cara kerja otak  yang menggiring individu untuk mencari fantasi yang lebih ekstrem. Tak pelak, keluarga sendiri pun bisa menjadi mangsa. 

Berbeda dengan Islam, yang memiliki konsep jitu atas segala persoalan. Islam melibatkan seluruh elemen perlindungan, mulai dari tingkat individu, masyarakat, hingga negara, serta menerapkan sistem yang komprehensif berdasarkan syariat Islam.

Pertama, ada upaya preventif untuk mencegah terjadinya tindak asusila. Islam mengatur konsep pergaulan Islam secara terperinci . Adanya batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan baik dalam ruang publik maupun kehidupan khusus. Di ruang publik misalnya, Islam mewajibkan laki-laki dan perempuan wajib untuk menutup aurat dengan ketentuan pakaian yang dijelaskan olehsyariat. Begitupun di kehidupan khusus, ada batasan aurat yang harus dijaga oleh orang tua kepada anak anak. 

Kemudian Islam juga memerintahkan pemisahan tempat tidur anak dan mengedukasi anak untuk mengetahui waktu yang dilarang untuk memasuki kamar orang tua. Islam mewajibkan setiap mukmin untuk menyandarkan seluruh perbuatan hamba dengan hukum syarak, serta menanamkan sikap muraqabah (selalu merasa dalam pengawasan Allah) sehingga menumbuhkan rasa takut untuk bermaksiat.

Kedua, upaya kuratif sebagai tindak penanganan jika telah terjadi pelanggaran syarak, maka sistem sanksi Islam wajib diberlakukan . Terdapat dua fungsi hukum Islam, yakni sebagai zawajir (memberikan efek jera) dan jawabir (penebus dosa) bagi pelaku tindak kejahatan. Islam memberikan hukum yang berkeadilan, memberi ganjaran dan balasan bagi pelaku maksiat. 

Ketiga, upaya edukatif yaitu negara memfasilitasi pendidikan dan pembinaan melalui sistem pendidikan dengan kurikulum berbasis akidah Islam, baik individu atau masyarakat menjadikan syariat Islam sebagai tolak ukur perbuatan dan diimplementasikan dalam kehidupan. bukan hanya dalam ibadah ritual semata . Adanya aktivitas amar makruf nahi mungkar yang dilakukan oleh masyarakat menjadi paket lengkap agar terjaganya kehormatan setiap individu masyarakat dari kerusakan.

Keempat, peran negara. Semua lapisan tersebut mustahil berjalan tanpa peran negara. Negaralah pihak yang paling bertanggung jawab melaksanakan dan mewujudkan perlindungan dan keamanan bagi rakyat. Sistem pendidikan dan tata pergaulan Islam tidak bisa terlaksana tanpa kehadiran negara sebagai pelaksana dari syariat secara kafah.

Negara sebagai pihak yang memiliki power penuh untuk melakukan kontrol dari propaganda barat dan gaya hidup liberalnya . Negara memiliki wewenang untuk memblokir dan membersihkan media dari konten pornografi, kekerasan dan konten lainnya yang merusak moral generasi. Sebab, fungsi negara dalam pandangan Islam menjalankan peran sebagai raa’in (pengatur urusan rakyat) dan junnah (pelindung rakyat).


Oleh: Ahsani Annajma
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update