TintaSiyasi.id -- Berkah Teknologi
Meskipun hari ini teknologi memungkinkan kita untuk menjangkau banyak orang dengan sekali klik, beberapa orang hanya mencukupkan diri untuk berdakwah lewat media sosial.
Namun karena dilakukan tanpa pertemuan, dampaknya seringkali hanya terbatas pada tampilan permukaan. Padahal dakwah membutuhkan lebih dari sekadar komunikasi permukaan.
Tujuan dakwah adalah merubah pemikiran dan perasaan. Maka sebenarnya tidak cukup hanya mengandalkan 'like' dan 'share' untuk benar-benar bisa mengubah hati dan jiwa manusia secara fundamental.
Pesan Ilahi yang disampaikan melalui layar seringkali kehilangan esensi dan kekuatannya dibandingkan dengan interaksi bertemu langsung. Itulah kenapa, dakwah tidak cukup hanya lewat status, quote, atau broadcast di media sosial saja.
Kontak Adalah Bertemu
Lalu, mengapa kita harus repot-repot menemui orang secara langsung dalam berdakwah? Mengapa harus capek-capek keluar rumah, menghabiskan waktu, dan menghadapi berbagai hambatan, tantangan, gangguan bahkan ancaman?
Jawabannya terletak pada esensi dari dakwah itu sendiri. Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan informasi, tetapi juga tentang membangun hubungan, memperlihatkan kasih sayang, dan memberikan contoh konsep hidup dengan amal yang ahsan bagi objek dakwah kita.
Semua itu tentu lebih mudah jika dilakukan dalam pertemuan langsung, di mana kita bisa berinteraksi secara langsung dan membangun koneksi yang lebih kuat. Karena sisi emosional manusia lebih mudah berkomunikasi dengan kehadiran dan perbincangan, bahkan sekedar bertemu guyonan atau ngopi di pinggir jalan itu cukup menguatkan.
Jiwa Manusia dan Ponsel
Jiwa manusia tidak bisa disentuh hanya lewat layar, karena interaksi digital tidak mampu menggantikan kehangatan dan empati yang hadir dalam setiap interaksi yang dilakukan dengan melakukan tatap muka secara langsung.
Manusia membutuhkan sentuhan nyata dan interaksi antar personal yang dapat membangun jembatan antara hati dan jiwa, pemikiran dan perasaan di antara mereka. Dari situlah kemudian mereka bisa saling percaya dan bergerak untuk menggapai kemaslahatan bersama.
Dalam pertemuan langsung, kita bisa melihat ekspresi wajah, mendengar nada suara, dan merasakan emosi yang tidak bisa ditangkap oleh layar dan diwakili oleh emoji. Karena simbol-simbol tersebut rawan distorsi dan bias informasi yang akan mengganggu kita dalam membuat kesimpulan terhadap respon dari objek dakwah itu sendiri.
Kepahaman terhadap apa yang kita sampaikan juga tidak bisa kita ukur hanya dengan jumlah like dan tingkat share yang tinggi. Reaksi secara tidak langsung bisa sangat manipulatif dan sering kali tidak akurat untuk dijadikan data dalam analisis sosial.
Kontak bertatap muka, sejauh masih terhadap manusia, masih memiliki rating tertinggi dalam hal dampaknya terhadap jiwa. Oleh karenanya, kontak dakwah lewat media akan menjadi lebih efektif dan berdampak lebih panjang apabila kemudian di follow up dengan aktivitas bertatap muka. Wallahu a'lam bishshawab. []
Trisyuono D.
(Aktivis Muslim)