"Berkenaan di manuskrip-manuskrip lama maka kita
akan mengetahui catatan tertulis khususnya di kitab Charita Parahyangan yang
itu mengungkap ada salah seorang bangsawan di tanah air yang pertama kali di
wilayah Tanah Jawi di Tataran Sunda sebagai kesatria pertama yang menunaikan
ibadah haji," ucapnya di kanal YouTube Ngaji Subuh; Haji di Era
Kesultanan-Kesultanan Islam Nusantara, Jumat (23/05/2025).
Lanjutnya, ia menjelaskan sosok tersebut dikenal
sebagai Pangeran Bratalegawa, putra kedua dari Prabu Bunisora penguasa dari
Galuh Pakuwon yang ada di wilayah Kawali, Ciamis, Jawa Barat. “Adapun Pangeran
Bratalegawa menunaikan haji sekitar tahun 1340,” kutipnya.
"Sosok yang dikenal sebagai Pangeran Bratalegawa
dikenal sebagai saudagar kaya raya dan kerap kali menempuh perjalanan samudra
untuk berniaga ke wilayah-wilayah Barat. Dari mulai wilayah Hindia di wilayah
yang kita ketahui sebagai kota pelabuhan di Hujarat dan Mumbai, Malabar, Delhi,
dan Bangladesh," jelasnya.
Ia mengisahkan, Pangeran Bratalegawa mulai mengenal
Islam ketika melakukan perjalanan ke Delhi, di sana banyak berinteraksi dengan
pedagang Arab yang juga berdagang disana. “Ia lalu masuk Islam dan menikahi
Siti Farhana binti Muhammad, salah satu putri dari kerajaan Muslim yang ada di
wilayah Gujarat,” kisahnya.
"Bersama istrinya, mereka kemudian menunaikan
ibadah haji ke Baitullah dan tercatat di Carita Parahyangan bahwa mereka
menunaikan ibadah haji. Pada saat itu beliau mendapat predikat sosok haji
pertama," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengisahkan, kala itu Pangeran
Bratalegawa menamai dirinya sebagai Haji Baharuddin, yakni sosok yang terbiasa
mengarungi samudra sambil menebar rahmat, menebar agama, atau mendakwahkan
Islam.
"Baharuddin maknanya samudra agama, samudra
aturan, samudra ajaran hidup, lautan ilmu, lautan agama yang kemudian ini
melekat pada diri Pangeran Bratalegawa dan terbukti bahwasanya beliau dengan
Siti Farhana kemudian datang ke ibu kota Galuh di Kawali, Ciamis, dan kemudian
mendakwahkan islam," terangnya.
Kemudian, ia menerangkan, kesatria Sunda ini pun
meluaskan cakupan amaliah dakwahnya hingga wilayah Caruban Larang atau saat ini
dikenal dengan nama Cirebon. “Di Caruban Larang, Pangeran Bratalegawa bertemu
dengan susuhunan Jati yang pertama,” ujarnya.
"Kemudian kita ketahui sebagai Maulana Idhafil
Mahdi Al-Baghdadi (Syekh Datuk Kahfi) salah seorang di antara lulusan terbaik
dari Madrasah Nizhamiyah yang ada di kota Baghdad," pungkasnya.[] Taufan