Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Awas! Papua Terancam Deforestasi Terbesar di Dunia

Sabtu, 31 Mei 2025 | 22:04 WIB Last Updated 2025-05-31T15:29:37Z

Tintasiyasi.ID -- Analis Senior Pusat Kajian Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan, M.M., C.S.R.A. menyampaikan pernyataan peringatan tentang bahaya deforestasi Papua. “Awas! Papua terancam deforestasi terbesar di dunia,” lontarnya di platform TikTok pribadinya bertema Bahaya!! Papua Terancam Deforestasi Terbesar.

 

“Deforestasi papua butuh kebijakan pemerintah yang berakar,” cetusnya, Ahad (25/05/2025).

 

“Jadi begini, Papua saat ini lagi disorot dunia. Bukan karena prestasi, tetapi karena proyek strategi nasional food estate di Merauke yang diprediksi menyebabkan deforestasi terbesar di planet ini dalam dekade terakhir,” sebutnya.

 

Fajar menyebut, sebab enggak tanggung-tanggung, proyek tersebut akan membuka 2,6 juta lahan atau hampir 3 juta hektar untuk dijadikan kawasan pertanian dan bioenergi. “Luas itu kurang lebih setara dengan 40 kali luas DKI Jakarta, dan sebagian besar daerah adalah hutan hujan tropis yang belum terjamah,” ulasnya.

 

“Proyek ini adalah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Ini menyangkut perkembangan lahan pertanian, pembangunan pabrik gula, dan bioetanol,” jelasnya.

 

Kemudian Fajar menyebut, lembaga internasional Mighty Earth bareng The Three Maps yang memberi analisis serius soal penebangan hutan besar-besaran yang lagi terjadi di Papua. “Hutan dataran rendah, lahan gambut, hutan rawa alami, bahkan hutan bakau semua mulai hilang. “Ini bukan sekadar akibat pembiaran, tetapi karena memang negara yang langsung bilang, ‘Kami akan tebang sebagai hutan terakhir yang tersisa’ ya langsung dari negara.’,” ungkapnya.

 

“Proyek ini diklaim pemerintah demi ketahanan pangan dan energi, tetapi banyak pakar bilang ini cara pikir yang salah kaprah. Pemerintah menganggap bahwa lahan-lahan itu terdegradasi dan hanya rawa, padahal faktanya itu semua adalah ekosistem yang sangat penting, yaitu tempat tidurnya spesies langka dan penyimpanan karbon alami yang besar banget,” bebernya.

 

Menurut laporan dari Kementerian Hehutanan sendiri, imbuhnya, angka deforestasi neto Indonesia pada tahu 2024 mencapai 175,4 ribu hektar.  “Yang lebih parah, menurut statistika, Indonesia itu negara ke-4 dunia yang paling banyak kehilangan hutan hujan tropisnya,” ucapnya.

 

“Kan kita sudah deforestasi lebih dari 74 juta hektar sejak tahun 1950. Mau nambah lagi? Dan kata Glenn Horowit, CEO-nya Might Eath ini tragis kenapa? Karena Indonesia selama ini sudah banyak dapat pujian. Mulai berhasil memisahkan antara pertanian dan deportasi tetapi proyek tunggal ini bisa merusak semua kemajuan yang sudah capek-capek dibangun sebelumnya,” sesalnya.

 

Ia menyebutkan, bukan anti pembangunan dan kemajuan, tetapi yang dikritik adalah cara pikir yang pendek, yang masih berpikir tebang dulu tanam nanti. “Papua bukan tanah kosong, itu rumah bagi banyak komunitas adat, satwa langka, dan ekosistem yang enggak bisa diganti. Kalau kita membiarkan proyek ini jalan tanpa kontrol, yang rugi bukan cuma orang Papua, tetapi kita semua rakyat Indonesia karena krisis iklim itu tidak kenal batas wilayah.

 

“Jangan biarkan hutan kita habis dibungkus janji pangan nasional, karena kita enggak butuh nasi yang tumbuh dari tanah yang terbakar. Kita hanya butuh kebijakan yang cerdas dan berakar,” tandasnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update