Dalam beberapa dekade terakhir,
dunia Islam disuguhi istilah yang terdengar sejuk namun sesungguhnya beracun:
"Islam moderat". Ia dikemas dengan narasi toleransi, antikekerasan,
dan demokratis. Namun, di balik kemasan manis itu, tersembunyi agenda besar
yang tak lain adalah desain imperial untuk menjinakkan umat Islam. Tujuan
besarnya, agar tidak kembali kepada Islam yang kaffah.
Islam moderat bukanlah konsep
yang lahir dari rahim keislaman. Ia bukan hasil ijtihad para ulama muktabar.
Juga bukan produk dari musyawarah umat. Justru ia adalah proyek politik global
yang dikembangkan oleh Barat liberal sekuler. Terutamanya melalui lembaga think
tank strategis bernama RAND Corporation.
Laporan RAND Corporation: Roadmap
Menjinakkan Islam
Dalam dokumen bertajuk "Building
Moderate Muslim Networks" (2007), RAND Corporation secara gamblang
mengajukan strategi membangun jaringan Muslim moderat. Laporan ini menyatakan
dengan jelas:
Dukung kaum modernis terlebih
dahulu, lalu kaum sekularis. Dorong mereka untuk menulis, mengajar, dan
menyebarkan pandangan mereka. Beri mereka akses ke media dan pendanaan.
Dokumen tersebut membagi umat
Islam ke dalam kategori: pertama, fundamentalis (yang ingin kembali
kepada syariat dan khilafah); kedua, tradisionalis (yang dianggap bisa
dijinakkan dan diajak kompromi); ketiga, modernis (yang terbuka dengan
nilai Barat); keempat, sekularis (yang total memisahkan agama dari
kehidupan).
Dari sini terlihat bahwa target
utama proyek ini adalah mengeliminasi kebangkitan Islam kaffah. Lebih khusus
yang menyerukan penerapan syariat dan khilafah.
Mengapa Islam Kaffah Dianggap
Ancaman?
Karena Islam kaffah mengusung
sistem politik, ekonomi, dan sosial yang mandiri. Sistem yang tidak bisa
diintervensi oleh kekuatan Barat. Islam kaffah menolak dominasi dolar,
kapitalisme rente, dan sistem demokrasi yang bisa dibeli. Maka wajar bila
mereka memproduksi "alternatif" palsu, berupa Islam moderat yang
sudah dijinakkan. Dan, tentu saja, sesuai dengan kepentingan geopolitik mereka.
Padahal Allah Swt. berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً)
Wahai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah)... (QS
Al-Baqarah [2]: 208).
Islam tidak mengenal versi
moderat, radikal, konservatif, atau liberal. Yang ada hanyalah satu Islam:
Islam yang diturunkan oleh Allah, dibawa oleh Rasulullah saw., dan dipahami
serta diamalkan oleh para sahabat dan ulama salaf saleh.
Program Deradikalisasi: Pintu
Masuk Islam Jinak
Konsep Islam moderat menjadi
fondasi program deradikalisasi yang dijalankan di banyak negeri Muslim,
termasuk Indonesia. Tokoh-tokoh yang menyerukan syariat Islam, khilafah, atau
penegakan hukum Allah, dicap radikal. Bahkan diberi stempel teroris. Sementara
tokoh-tokoh Islam moderat diberi panggung, dana, dan akses ke kekuasaan.
Fenomena ini bukanlah kebetulan.
Ia adalah hasil dari infiltrasi sistematis dalam dunia pendidikan, ormas,
media, hingga kebijakan negara. RAND, USAID, UNDP, dan lembaga donor
internasional lainnya ikut mendanai program-program soft power ini.
Kembali ke Islam yang Murni
Sudah saatnya umat Islam
mencampakkan label-label yang menyesatkan: moderat, radikal, liberal,
tradisional. Kita harus kembali kepada Islam murni. Islam sebagaimana yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. dan para sahabat. Islam yang memerdekakan umat.
Bukan menjinakkannya.
Mereka ingin kita menghadap ke
Barat atau Timur. Padahal Allah menegaskan:
> لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ...
Bukanlah kebaikan itu
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat... (QS Al-Baqarah [2]: 177).
Maka marilah kita arahkan wajah,
hati, dan langkah kita kepada Islam yang kaffah. Bukan Islam buatan RAND. Bukan
Islam yang didesain untuk menyenangkan musuh-musuh Allah. Tetapi Islam yang
memimpin peradaban dan memuliakan umat manusia.
(Bersambung ke Bagian 2.2: Jejak
Operasional Islam Moderat: Dari Indonesia ke Dunia Islam, In sya Allah)
Jakarta, 10 Mei 2025
Oleh: Edy Mulyadi
Wartawan Senior