Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Selawat: Cahaya Cinta yang Menghubungkan Langit dan Bumi

Selasa, 29 April 2025 | 08:23 WIB Last Updated 2025-04-29T02:06:31Z

Tintasiyasi.ID -- Refleksi Rohani dalam Sorotan Kitab Kifayatul Atqiya

 

Di tengah kesibukan dunia yang gemuroh, ada satu lantunan lembut yang membawa ketenangan hakiki—selawat kepada Nabi Muhammad . Ia bukan hanya doa, tetetapi getaran cinta dari hati yang rindu, dari jiwa yang haus akan cahaya kenabian. Dalam karya agung Kifayatul Atqiya karya Sayyid Abu Bakar bin Syatha ad-Dimyathi, selawat bukan sekadar ibadah lisan, melainkan tali penghubung rohani antara hamba dan Rasul, antara bumi dan langit.

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا 

 

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS Al-Ahzab (33): 56)

 

Sobat. Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada Nabi Muhammad, dan para malaikat memohonkan ampunan untuknya. Oleh karena itu, Allah menganjurkan kepada seluroh umat Islam supaya berselawat pula untuk Nabi saw. dan mengucapkan salam dengan penuh penghormatan kepadanya.

 

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa ia bertanya, "Wahai Rasulullah, adapun pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya, bagaimana kami harus membaca selawat?" Nabi menjawab, ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid majid. (Riwayat al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa'i, Ibnu Majah, dan lainnya)

 

Diriwayatkan juga oleh 'Abdullah bin Abu Thalhah dari ayahnya:

 

Bahwa Rasulullah datang pada suatu hari dan terlihat tanda-tanda kegembiraan di wajahnya. Lalu kami bertanya, "Kami telah melihat tanda-tanda kegembiraan di wajahmu." Nabi menjawab, "Memang, Jibril telah datang kepadaku dan berkata, 'Wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu telah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman, 'Tidakkah kamu merasa puas bahwa tidak ada seorang pun dari umatmu yang membaca selawat untukmu melainkan Aku membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Dan tidak seorang pun yang menyampaikan salam kepadamu dari umatmu melainkan Aku membalas dengan salam sepuluh kali lipat."

 

Makna Selawat: Ungkapan Cinta yang Menghidupkan Jiwa

 

Menurut Sayyid Abu Bakar Syatha, selawat memiliki makna mendalam. Dari Allah, ia adalah rahmat dan kemuliaan; dari malaikat, ia adalah permohonan ampun; dan dari manusia, ia adalah doa serta penghormatan. Tetapi lebih dari itu, selawat adalah saksi cinta. Ia mengajarkan kita untuk mengingat, meneladani, dan mencintai Rasulullah , bukan hanya di lisan, tetetapi dalam setiap langkah kehidupan.

 

Lima Fadilat Agung Membaca Selawat

 

Dalam Kifayatul Atqiya, Sayyid Abu Bakar menyebutkan sejumlah fadilat atau keutamaan luar biasa dari selawat. Di antaranya, terdapat lima keutamaan utama yang menjadi cahaya bagi hati dan penenang bagi jiwa:

 

1. Menghilangkan Kegelapan Hati

Selawat adalah pelita rohani. Ia menerangi batin yang gelap karena dosa, kelalaian, dan cinta dunia. Setiap ucapan selawat laksana cahaya yang menyapu debu-debu di hati. Hati yang gelap menjadi terang, yang keras menjadi lembut.

 

2. Memperpanjang Umur

Di antara rahasia yang tersimpan dalam selawat adalah keberkahan umur. Tidak hanya dalam hitungan tahun, tetetapi dalam kebermaknaan hidup. Umur yang berkah adalah yang dipenuhi amal, ilmu, dan cinta kepada Rasulullah .

 

3. Mempermudah Mencapai Makam Wushul

Selawat membuka jalan rohani menuju makam tertinggi, yaitu wushul ilallah—sampainya hati kepada Allah. Karena siapa mencintai Rasul, maka ia mencintai Allah. Dan siapa mengikuti Rasul, maka Allah akan mencintainya.

 

4. Memperbanyak Rezeki

Rezeki bukan hanya harta, tetetapi juga ketenangan, ilmu, dan cinta. Selawat adalah magnet keberkahan yang menarik limpahan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Sebagaimana langit menurunkan hujan, begitu pula selawat menurunkan rezeki dari langit rahmat.

 

5. Allah Mengharamkan Jasadnya dari Api Neraka

Ini adalah keutamaan yang agung. Selawat menjadi perisai dari siksa neraka. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat, orang yang banyak berselawat akan dijauhkan dari azab dan diselamatkan oleh syafaat Nabi .

 

Selawat: Jalan Cinta dan Makrifat

 

Selawat bukan hanya zikir, tetapi adalah jalan untuk mengenal Rasulullah , yang dengannya kita akan mengenal Allah. Ia adalah jembatan menuju mahabah dan makrifat. Maka siapa yang menjaga selawatnya, sejatinya ia sedang menjaga hubungannya dengan langit.

 

“Selawat kepada Nabi adalah kunci segala kebaikan dan sebab tercapainya segala harapan. Siapa yang ingin hatinya hidup, hendaklah ia banyak berselawat.”

— Sayyid Abu Bakar Syatha, Kifayatul Atqiya

 

Hiasi Harimu dengan Selawat

 

Wahai jiwa-jiwa yang rindu ketenangan, jadikanlah selawat sebagai teman setia dalam kesendirian, penyejuk dalam kesulitan, dan cahaya dalam kegelapan. Bacalah selawat dengan hati yang mencinta, niscaya hidupmu akan dipenuhi keberkahan, dan matimu akan dipenuhi cahaya.

 

“Sesungguhnya dalam selawat, terdapat kehidupan bagi hati, kebahagiaan bagi jiwa, dan jalan pulang menuju Allah.”

 

Siapa pun yang menuliskan namaku dalam bukunya, para malaikat takkan berhenti memintakan ampun untuknya selama namaku tetap berada di sana. (HR Thabrani)

 

Masya Allah, hadis yang begitu menyentuh dan mendalam ini sangat layak menjadi permata dalam tulisan-tulisan rohani. Berikut ini adalah pengintegrasian hadis tersebut ke dalam artikel sebelumnya, dengan nuansa yang tetap reflektif dan lembut:

 

Keajaiban Menyebut dan Menuliskan Nama Rasulullah

 

Di antara lautan keutamaan berselawat dan menyebut nama Nabi, terdapat satu hadis mulia yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani:

 

Siapa pun yang menuliskan namaku dalam bukunya, para malaikat takkan berhenti memintakan ampun untuknya selama namaku tetap berada di sana. (HR Thabrani)

 

Betapa agung karunia ini. Hanya dengan menuliskan nama Nabi Muhammad , kita telah membuka pintu-pintu keberkahan dan pengampunan. Nama beliau adalah nama yang membawa rahmat, nama yang apabila disebut, maka langit tersenyum dan bumi menjadi tenang.

 

Sayyid Abu Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya menegaskan bahwa mengingat Nabi dengan selawat adalah sebab hidupnya hati dan tenangnya jiwa. Maka menuliskan namanya—dengan adab dan cinta—adalah bentuk nyata dari mahabah yang bersemi dalam dada.

 

Menggores Nama Beliau, Mengalirkan Ampunan Ilahi

 

Menuliskan nama Nabi bukan hanya perkara tinta dan kertas. Ia adalah amal saleh yang terus mengalir, yang dicatat oleh para malaikat, dan yang membawa keberkahan dalam setiap huruf yang tertulis. Dalam dunia kepenulisan, ini menjadi pesan lembut: bahwa menulis dengan cinta kepada Rasulullah adalah ladang pahala yang tak putus.

 

Maka mari kita niatkan, setiap karya yang kita tulis, setiap buku yang kita rangkai, dan setiap artikel yang kita sebar, tak luput dari nama mulia Nabi Muhammad —dengan penuh takzim dan cinta.

 

Agar para malaikat terus memintakan ampun untuk kita, dan agar setiap tulisan kita menjadi saksi cinta di hadapan Allah kelak.

 

Siapa pun yang memperbanyak bacaan Selawat kepadaku semasa hidupnya, Allah akan menjadikan seluroh makhluk-Nya memintakan ampun untuknya setelah ia wafat. (Hadis disebut dalam kitab I'anah at-Thalibin)

 

Masya Allah, hadis ini begitu lembut dan menggetarkan hati—mengajarkan kepada kita bahwa selawat bukan hanya cahaya di dunia, tetapi juga penjaga kita di alam akhirat. Hadis ini bisa menjadi sentuhan spiritual yang dalam untuk melengkapi artikel reflektif sebelumnya. Berikut ini bagian tambahan yang terintegrasi dengan halus dan penuh rohaniyah:

 

Selawat: Warisan Cahaya yang Menjaga Kita Setelah Wafat

 

Diriwayatkan dalam kitab I'anah at-Thalibin:

"Siapa pun yang memperbanyak bacaan selawat kepadaku semasa hidupnya, Allah akan menjadikan seluroh makhluk-Nya memintakan ampun untuknya setelah ia wafat."

 

Betapa lembutnya kasih sayang Allah kepada hamba yang berselawat. Di saat roh telah berpisah dari raga, dan jasad terbaring dalam sunyinya kubur, selawat yang kita ucapkan semasa hidup berubah menjadi barisan makhluk yang mendoakan ampunan untuk kita.

 

Ini bukan sekadar janji, tetapi bentuk cinta yang agung dari Allah untuk mereka yang mencintai Nabi-Nya. Selawat menjadi warisan abadi. Ia tak hanya menjaga hidup kita, tetapi juga mengawal kita di alam barzakh, membungkus kita dengan doa dari para makhluk-Nya—baik yang tampak maupun yang ghaib.

 

Hidup dengan Selawat, Wafat dengan Doa Semesta

 

Selawat bukan hanya amal lisan, tetapi adalah bekal perjalanan panjang. Siapa yang hidup dengan membasahi lisannya dengan selawat, maka ketika rohnya meninggalkan dunia, langit, bumi, para malaikat, bahkan hewan dan tumbuhan—semuanya akan menjadi saksi cinta, dan memintakan ampunan baginya.

 

Inilah rahasia yang diungkap Sayyid Abu Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya:

Bahwa selawat menyambungkan kita dengan Rasulullah di dunia, dan mempertemukan kita dengannya di akhirat.

 

“Berbahagialah mereka yang hidupnya dihiasi selawat, karena setelah wafat pun mereka tetap ditemani doa dan kasih dari makhluk seluruh alam.”

 

 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.

Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo



Opini

×
Berita Terbaru Update