Di tengah
kesibukan dunia yang gemuroh, ada satu lantunan lembut yang membawa ketenangan
hakiki—selawat kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Ia bukan hanya doa, tetetapi getaran cinta dari hati yang rindu, dari jiwa yang
haus akan cahaya kenabian. Dalam karya agung Kifayatul Atqiya karya
Sayyid Abu Bakar bin Syatha ad-Dimyathi, selawat bukan sekadar ibadah lisan,
melainkan tali penghubung rohani antara hamba dan Rasul, antara bumi dan
langit.
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّۚ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ صَلُّواْ عَلَيۡهِ وَسَلِّمُواْ تَسۡلِيمًا
Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya. (QS Al-Ahzab (33): 56)
Sobat.
Sesungguhnya Allah memberi rahmat kepada Nabi Muhammad, dan para malaikat
memohonkan ampunan untuknya. Oleh karena itu, Allah menganjurkan kepada seluroh
umat Islam supaya berselawat pula untuk Nabi saw. dan mengucapkan salam dengan
penuh penghormatan kepadanya.
Diriwayatkan
dari Abu Sa'id al-Khudri bahwa ia bertanya, "Wahai Rasulullah, adapun
pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya, bagaimana kami harus membaca
selawat?" Nabi menjawab, ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa
'ala ali Muhammad kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid
majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala
Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim innaka hamid majid. (Riwayat
al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa'i, Ibnu Majah, dan lainnya)
Diriwayatkan
juga oleh 'Abdullah bin Abu Thalhah dari ayahnya:
Bahwa
Rasulullah datang pada suatu hari dan terlihat tanda-tanda kegembiraan di
wajahnya. Lalu kami bertanya, "Kami telah melihat tanda-tanda kegembiraan
di wajahmu." Nabi menjawab, "Memang, Jibril telah datang kepadaku dan
berkata, 'Wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu telah menyampaikan salam kepadamu
dan berfirman, 'Tidakkah kamu merasa puas bahwa tidak ada seorang pun dari
umatmu yang membaca selawat untukmu melainkan Aku membalasnya dengan sepuluh
kali lipat. Dan tidak seorang pun yang menyampaikan salam kepadamu dari umatmu
melainkan Aku membalas dengan salam sepuluh kali lipat."
Makna Selawat:
Ungkapan Cinta yang Menghidupkan Jiwa
Menurut
Sayyid Abu Bakar Syatha, selawat memiliki makna mendalam. Dari Allah, ia adalah
rahmat dan kemuliaan; dari malaikat, ia adalah permohonan ampun; dan dari
manusia, ia adalah doa serta penghormatan. Tetapi lebih dari itu, selawat
adalah saksi cinta. Ia mengajarkan kita untuk mengingat, meneladani, dan
mencintai Rasulullah ﷺ, bukan
hanya di lisan, tetetapi dalam setiap langkah kehidupan.
Lima Fadilat
Agung Membaca Selawat
Dalam Kifayatul
Atqiya, Sayyid Abu Bakar menyebutkan sejumlah fadilat atau keutamaan luar
biasa dari selawat. Di antaranya, terdapat lima keutamaan utama yang menjadi
cahaya bagi hati dan penenang bagi jiwa:
1.
Menghilangkan Kegelapan Hati
Selawat
adalah pelita rohani. Ia menerangi batin yang gelap karena dosa, kelalaian, dan
cinta dunia. Setiap ucapan selawat laksana cahaya yang menyapu debu-debu di
hati. Hati yang gelap menjadi terang, yang keras menjadi lembut.
2.
Memperpanjang Umur
Di antara
rahasia yang tersimpan dalam selawat adalah keberkahan umur. Tidak hanya dalam
hitungan tahun, tetetapi dalam kebermaknaan hidup. Umur yang berkah adalah yang
dipenuhi amal, ilmu, dan cinta kepada Rasulullah ﷺ.
3.
Mempermudah Mencapai Makam Wushul
Selawat
membuka jalan rohani menuju makam tertinggi, yaitu wushul ilallah—sampainya
hati kepada Allah. Karena siapa mencintai Rasul, maka ia mencintai Allah. Dan
siapa mengikuti Rasul, maka Allah akan mencintainya.
4.
Memperbanyak Rezeki
Rezeki bukan
hanya harta, tetetapi juga ketenangan, ilmu, dan cinta. Selawat adalah magnet
keberkahan yang menarik limpahan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Sebagaimana langit menurunkan hujan, begitu pula selawat menurunkan rezeki dari
langit rahmat.
5. Allah
Mengharamkan Jasadnya dari Api Neraka
Ini adalah
keutamaan yang agung. Selawat menjadi perisai dari siksa neraka. Sebagaimana
disebutkan dalam riwayat, orang yang banyak berselawat akan dijauhkan dari azab
dan diselamatkan oleh syafaat Nabi ﷺ.
Selawat:
Jalan Cinta dan Makrifat
Selawat bukan
hanya zikir, tetapi adalah jalan untuk mengenal Rasulullah ﷺ,
yang dengannya kita akan mengenal Allah. Ia adalah jembatan menuju mahabah dan makrifat.
Maka siapa yang menjaga selawatnya, sejatinya ia sedang menjaga hubungannya
dengan langit.
“Selawat
kepada Nabi adalah kunci segala kebaikan dan sebab tercapainya segala harapan.
Siapa yang ingin hatinya hidup, hendaklah ia banyak berselawat.”
— Sayyid Abu
Bakar Syatha, Kifayatul Atqiya
Hiasi Harimu
dengan Selawat
Wahai
jiwa-jiwa yang rindu ketenangan, jadikanlah selawat sebagai teman setia dalam
kesendirian, penyejuk dalam kesulitan, dan cahaya dalam kegelapan. Bacalah selawat
dengan hati yang mencinta, niscaya hidupmu akan dipenuhi keberkahan, dan matimu
akan dipenuhi cahaya.
“Sesungguhnya
dalam selawat, terdapat kehidupan bagi hati, kebahagiaan bagi jiwa, dan jalan
pulang menuju Allah.”
Siapa pun
yang menuliskan namaku dalam bukunya, para malaikat takkan berhenti memintakan
ampun untuknya selama namaku tetap berada di sana. (HR Thabrani)
Masya Allah, hadis
yang begitu menyentuh dan mendalam ini sangat layak menjadi permata dalam
tulisan-tulisan rohani. Berikut ini adalah pengintegrasian hadis tersebut ke
dalam artikel sebelumnya, dengan nuansa yang tetap reflektif dan lembut:
Keajaiban
Menyebut dan Menuliskan Nama Rasulullah ﷺ
Di antara
lautan keutamaan berselawat dan menyebut nama Nabi, terdapat satu hadis mulia
yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani:
Siapa pun
yang menuliskan namaku dalam bukunya, para malaikat takkan berhenti memintakan
ampun untuknya selama namaku tetap berada di sana. (HR
Thabrani)
Betapa agung
karunia ini. Hanya dengan menuliskan nama Nabi Muhammad ﷺ,
kita telah membuka pintu-pintu keberkahan dan pengampunan. Nama beliau adalah
nama yang membawa rahmat, nama yang apabila disebut, maka langit tersenyum dan
bumi menjadi tenang.
Sayyid Abu
Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya menegaskan bahwa mengingat Nabi
dengan selawat adalah sebab hidupnya hati dan tenangnya jiwa. Maka menuliskan
namanya—dengan adab dan cinta—adalah bentuk nyata dari mahabah yang bersemi
dalam dada.
Menggores
Nama Beliau, Mengalirkan Ampunan Ilahi
Menuliskan
nama Nabi ﷺ bukan hanya perkara tinta dan kertas. Ia
adalah amal saleh yang terus mengalir, yang dicatat oleh para malaikat, dan
yang membawa keberkahan dalam setiap huruf yang tertulis. Dalam dunia
kepenulisan, ini menjadi pesan lembut: bahwa menulis dengan cinta kepada
Rasulullah adalah ladang pahala yang tak putus.
Maka mari
kita niatkan, setiap karya yang kita tulis, setiap buku yang kita rangkai, dan
setiap artikel yang kita sebar, tak luput dari nama mulia Nabi Muhammad ﷺ—dengan
penuh takzim dan cinta.
Agar para
malaikat terus memintakan ampun untuk kita, dan agar setiap tulisan kita
menjadi saksi cinta di hadapan Allah kelak.
Siapa pun
yang memperbanyak bacaan Selawat kepadaku semasa hidupnya, Allah akan
menjadikan seluroh makhluk-Nya memintakan ampun untuknya setelah ia wafat. (Hadis
disebut dalam kitab I'anah at-Thalibin)
Masya Allah, hadis
ini begitu lembut dan menggetarkan hati—mengajarkan kepada kita bahwa selawat
bukan hanya cahaya di dunia, tetapi juga penjaga kita di alam akhirat. Hadis
ini bisa menjadi sentuhan spiritual yang dalam untuk melengkapi artikel
reflektif sebelumnya. Berikut ini bagian tambahan yang terintegrasi dengan
halus dan penuh rohaniyah:
Selawat:
Warisan Cahaya yang Menjaga Kita Setelah Wafat
Diriwayatkan
dalam kitab I'anah at-Thalibin:
"Siapa
pun yang memperbanyak bacaan selawat kepadaku semasa hidupnya, Allah akan
menjadikan seluroh makhluk-Nya memintakan ampun untuknya setelah ia
wafat."
Betapa
lembutnya kasih sayang Allah kepada hamba yang berselawat. Di saat roh telah
berpisah dari raga, dan jasad terbaring dalam sunyinya kubur, selawat yang kita
ucapkan semasa hidup berubah menjadi barisan makhluk yang mendoakan ampunan
untuk kita.
Ini bukan
sekadar janji, tetapi bentuk cinta yang agung dari Allah untuk mereka yang
mencintai Nabi-Nya. Selawat menjadi warisan abadi. Ia tak hanya menjaga hidup
kita, tetapi juga mengawal kita di alam barzakh, membungkus kita dengan doa
dari para makhluk-Nya—baik yang tampak maupun yang ghaib.
Hidup dengan Selawat,
Wafat dengan Doa Semesta
Selawat bukan
hanya amal lisan, tetapi adalah bekal perjalanan panjang. Siapa yang hidup
dengan membasahi lisannya dengan selawat, maka ketika rohnya meninggalkan
dunia, langit, bumi, para malaikat, bahkan hewan dan tumbuhan—semuanya akan
menjadi saksi cinta, dan memintakan ampunan baginya.
Inilah
rahasia yang diungkap Sayyid Abu Bakar Syatha dalam Kifayatul Atqiya:
Bahwa selawat menyambungkan kita dengan Rasulullah ﷺ di dunia, dan mempertemukan kita dengannya di akhirat.
“Berbahagialah
mereka yang hidupnya dihiasi selawat, karena setelah wafat pun mereka tetap
ditemani doa dan kasih dari makhluk seluruh alam.”
Oleh: Dr.
Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku
Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo