"Mereka ingin tetap berbuat
semaunya dan rakyat disuruh nurut aja. Namun rakyat tidak boleh diam dan tetap
harus muhasabah
lilhukkam (mengoreksi penguasa [kejam])," tambahnya.
Dipersekusi, dikriminalisasi,
bahkan dibunuh menurutnya, merupakan risiko yang umumnya terjadi.
"Allah Swt. dan Nabi
Muhammad saw. sudah tahu persis akan risiko itu tetapi tetap saja kaum Muslim
diwajibkan untuk melakukannya. Artinya, semua risiko itu sama sekali tidak bisa
dijadikan dalih untuk tidak melakukan muhasabah lilhukkam,” ujarnya
meyakinkan.
Imbuhnya lebih lanjut, apalagi
baru sekadar rasa takut dipersekusi, rasa takut dikriminalisasi, dan rasa takut
dibunuh, tentu saja tidak menggugurkan kewajiban tersebut sama sekali.
Ia menyerukan, tidak ada pilihan
lain bagi Muslimin yang beriman dan bertakwa untuk tetap lantang suarakan
kebenaran.
Om Joy menegaskan, jadikan Islam
sebagai basis kritiknya, jangan melenceng sedikit pun, seraya tanamkan
kuat-kuat dalam hati hadis Nabi Muhammad saw.:
Pemimpin para
syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang melawan penguasa
kejam. Ia melarang (kemungkaran) dan memerintah (kebaikan). Namun akhirnya ia
mati terbunuh. (HR Ath-Thabarani)
"Pastikan kita meraih
minimal dari dua kebaikan ini: tetap hidup mulia dengan tetap lantang suarakan
kebenaran dan atau jadi para penghulu syuhada. Allahu Akbar!" pungkasnya.[]
Lanhy Hafa