Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Refleksi Hari Perempuan Internasional

Sabtu, 15 Maret 2025 | 06:34 WIB Last Updated 2025-03-14T23:35:06Z

TintaSiyasi.id -- Merefleksikan Hari Perempuan Internasional, Aktivis Muslimah Inggris Dr. Nazreen Nawaz mengatakan, Hari Perempuan Internasional adalah pengingat perjuangan perempuan melawan sistem sekuler dan demokratis untuk mendapatkan hak-hak dasar.

"Hari Perempuan Internasional adalah pengingat tentang bagaimana perempuan harus berjuang dan terus berjuang melawan sistem sekuler dan demokratis di Barat serta di tempat lain untuk mendapatkan hak-hak dasar—karena sistem tersebut tidak memberikannya secara alami kepada mereka)," tulisnya di akun Instagram pribadinya @dr.nazreennawaz, Sabtu (08/03/2025).

Ia juga mengatakan, Hari Perempuan Internasional menjadi pengingat bagaimana sistem sekuler, demokratis, dan semua sistem buatan manusia di seluruh dunia telah gagal secara menyedihkan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi perempuan, termasuk kekerasan, kemiskinan, eksploitasi, seksualisasi, serta akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan yang berkualitas.

Ia menegaskan, Hari Perempuan Internasional adalah pengingat tentang kemunafikan total dari seruan hak-hak perempuan dalam tatanan dunia yang didominasi sekularisme ini, di mana perempuan Muslim di Palestina, Sudan, Yaman, Myanmar, dan di tempat lain mengalami kelaparan, pembantaian, pemerkosaan, pembersihan etnis, serta segala bentuk kejahatan, sementara pemerintah Barat, organisasi feminis, dan kelompok hak-hak perempuan hanya menyaksikan tanpa melakukan apa pun untuk menghentikan kekejaman ini karena hal tersebut tidak sesuai dengan agenda politik kapitalis sekuler mereka.

Menurutnya, jika ada pelajaran yang bisa diambil dari Hari Perempuan Internasional, itu adalah sebagai bahan refleksi bahwa kesejahteraan, martabat, dan hak-hak perempuan tidak akan pernah dilindungi atau dijamin di bawah sistem sekuler atau sistem buatan manusia lainnya termasuk semua sistem yang saat ini menindas negeri-negeri Muslim.

Ia menawarkan solusi alternatif bagi permasalahan perempuan. "Sebagai seorang perempuan Muslim, saya menawarkan alternatif berupa sistem Islam, yang menghapus kekerasan terhadap perempuan, mewajibkan laki-laki untuk menghormati mereka, menggambarkan mereka sebagai belahan jiwa laki-laki dalam hal status dan nilai mereka sebagai manusia, melarang segala bentuk eksploitasi atau seksualisasi terhadap perempuan, memberikan mereka hak untuk mengajukan perceraian, melindungi serta mengangkat peran vital mereka sebagai istri dan ibu ke status yang tinggi," tulisnya.

Ia menjelaskan, bahwa sistem Islam juga menjamin agar perempuan selalu mendapatkan nafkah dari kerabat laki-laki atau negara, memberikan perempuan hak untuk memilih pemimpin, serta hak politik, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang sama dengan laki-laki.

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa Islam mendukung perempuan dalam mencari keadilan secara independen jika hak-hak mereka dilanggar—sejak berdirinya negara Islam pertama di Madinah—tanpa perlu berjuang melawan sistem untuk mendapatkan hak-hak tersebut.

"Inilah perbedaan antara sistem yang ditetapkan oleh Tuhan—Yang Maha Mengetahui, Maha Menyadari, Maha Bijaksana—dengan sistem yang diatur oleh pemikiran manusia yang berubah-ubah, bias, dan terbatas, baik laki-laki maupun perempuan," tulisnya.

Menurutnya, sistem Islam menjadi pelopor dalam memberikan hak dan perlindungan bagi perempuan, hanya dapat diterapkan secara penuh dan benar di bawah Sistem Allah yaitu Khilafah ala minhajin nubuwwah.

"Saya tahu sistem mana yang pasti ingin saya jalani sebagai seorang perempuan, dan sistem mana yang layak diperjuangkan serta dirayakan!" pungkasnya. [] Dewi Srimurtiningsih

Opini

×
Berita Terbaru Update