TintaSiyasi.id -- Israel kembali menghianati gencatan senjata yang diberlakukan pada 19 Januari lalu. Bahkan serangan ini mendapat dukungan penuh dari sekutu utamanya yaitu Amerika. Alasan penghianatan yang dilakukan zionis Israel kali ini adalah belum dibebaskannya seluruh sandera yang ditawan oleh militan Palestina. Dalam serangan kali ini Badan Pertahanan sipil Gaza menyatakan setidaknya 504 orang telah tewas dan 190 diantaranya adalah anak-anak. (Detiknews.com, 21-3-2025)
Setelah sebelumnya, pada Selasa 4 Maret 2025, diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) darurat Liga Arab yang digelar di Kairo, Mesir. KTT ini menjadi momen penting untuk menyatakan posisi negara-negara Arab dalam dukungannya terhadap Palestina di mana dalam KTT tersebut diputuskan bahwa seluruh negara-negara Arab mengawal tahapan implementasi gencatan senjata hingga tercapai gencatan senjata permanen serta dimulainya rekonstruksi untuk memulihkan Gaza.
Termasuk seruan kepada dunia dan PBB untuk menekan Israel agar bertanggung jawab untuk membangun kembali fasilitas umum yang dihancurkannya selama ini Serta menekan untuk mematuhi resolusi legitimasi internasional 4 Juni 1967 yang relevan untuk tidak mengubah komposisi demografi wilayah Palestina berdasarkan garis perbatasan dan menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya. (Metrotv.com, 4-3-2025)
Seperti pertemuan-pertemuan internasional yang membahas terkait isu Palestina sebelumnya, KTT Kairo pun tidak menghasilkan keputusan berarti untuk menyelesaikan konflik Palestina. Pertemuan ini tidak lebih dari sekedar pertemuan basa-basi yang dilakukan para pemimpin Arab yang mengabaikan dan menutup mata atas pembantaian, kelaparan, dan kejahatan kolektif yang masif dilakukan oleh zionis Israel kepada Palestina yang mendapat dukungan penuh dari Amerika.
Nyatanya beberapa minggu setelah KTT darurat Liga Arab digelar, zionis Israel kembali berkhianat atas perjanjian gencatan senjata, bahkan serangan ini menewaskan Najif Saif atau lebih dikenal dengan Abu Hamzah juru bicara militer Saraya beserta keluarganya. Para penguasa Arab ini seolah tidak berkaca pada peristiwa-peristiwa pengkhianatan yang terus dilakukan oleh zionis Israel dengan berbagai dalih.
Palestina adalah kehormatan umat Islam. Tanah yang diperjuangkan dengan darah para syuhada ini wajib untuk dibebaskan dari segala bentuk penjajahan dan kejahatan Zionis Israel. Dan Palestina tidak memerlukan diplomasi rumit dan bertele-tele yang menambah daftar panjang kesengsaraan mereka tindakan nyata diperlukan untuk menyelamatkan Palestina serta mengembalikan kehormatan umat Islam yang selama ini dikebiri oleh zionis Israel dan Amerika.
Kaum muslimin wajib merapatkan barisan, membuang sekat nasionalisme yang selama ini memecah belah. Dan mulai memiliki kesadaran politis untuk mewujudkan gagasan besar dalam rangka menyatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan yaitu Daulah Khilafah Islamiyah seperti yang Rasulullah Saw terapkan dan dilanjutkan oleh para khulafaur rasyidin dan para pemimpin Shalih terdahulu.
Di bawah satu kepemimpinan sudah pasti akan menyingkirkan para pemimpin boneka yang zalim, pengecut, lagi penghianat. Yang terus berlindung di bawah ketiak Amerika serta merta menutup mata terhadap penderitaan kaum muslim Palestina. Dalam satu komando pula Palestina akan dibebaskan dengan jalan jihad fisabilillah, mengirimkan tidak hanya bantuan kemanusiaan tapi juga para tentara militer untuk mengusir zionis Israel dari tanah wakaf kaum muslimin tersebut.
Dan tidak hanya Palestina saja Daulah Khilafah juga memiliki ketegasan nyata kepada negara-negara yang selama ini memusuhi Islam seperti Amerika Serikat dan sekutunya sehingga umat Islam kembali memiliki kehormatan dan kedudukan tinggi di mata dunia. Melindungi umat Islam di seluruh belahan dunia dan memberikan kesejahteraan serta keamanan yang hakiki.
Wallahu’alam bisshawab
Oleh: Ika Nur Wahyuni
Aktivis Muslimah