Tintasiyasi.id.com -- Jutaan remaja Indonesia mengalami masalah mental yang serius. Menurut data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey 2024, bahwa ada sekitar 15,5 juta atau sekitar 34,9 persen remaja yang mengalami gangguan mental.
Wakil menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Ratu Isyana Bagoes Oka, mengatakan bahwa generasi muda saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Salah satunya adalah masalah kesehatan mental yang mempengaruhi kehidupan generasi muda.
Ia juga menekankan pentingnya penguatan karakter generasi muda yang berkualitas, sehingga bisa berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Mengingat Indonesia mendapat bonus demografi yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik (Disway.id, 16-02-2025).
Selain masalah mental, Isyana juga menyoroti fenomena yang berkembang dikalangan anak muda yaitu childfree. Banyak anak muda yang merasa takut untuk menikah atau lebih memilih untuk tidak memiliki anak. Data baru dari BPS (Susenas) 2022 menunjukkan ada sekitar 8,2 persen atau sekitar 72.000 perempuan yang lebih memilih untuk tidak memiliki anak.
Tingginya angka remaja yang terkena penyakit mental hingga childfree ini menunjukkan bahwa negara ini gagal dalam membina generasi dalam membentuk mental generasi yang tangguh. Maka sebuah kemustahilan bisa mewujudkan generasi emas pada tahun 2045 mendatang. Justru Indonesia cemas yang akan terwujud jika kondisi ini terus dibiarkan.
Penyebab tingginya gangguan kesehatan mental pada generasi muda sangat beragam. Selain faktor keturunan, gangguan mental pada generasi juga disebabkan oleh salahnya pola asuh orang tua, keluarga yang tidak harmonis, faktor ekonomi dan faktor fisik.
Kekerasan fisik maupun seksual juga dapat memicu munculnya gangguan mental pada generasi. Selain itu, faktor sosial, seperti lingkungan sosial yang buruk, termasuk tayangan di media sosial yang merusak.
Beragam solusi telah diberikan, namun tetap saja solusi pragmatis yang menjadi pilihan. Artinya, pemerintah hanya melihat permasalahan itu dari permukaan saja tanpa menyentuh akar permasalahannya.
Jika kita berpikir secara mendalam, akan tampak bahwa segala sisi kehidupan hari ini berperan dalam menciptakan tekanan mental pada generasi. Hancurnya mental generasi saat ini bukan hanya karena faktor individu yang lemah, melainkan karena sistem yang diterapkan saat ini adalah batil.
Kapitalisme Sumber Masalah
Negara ini secara sadar menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Sehingga, berdampak dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai contoh dalam masalah pendidikan, pendidikan hari ini adalah pendidikan sekuler.
Yang membentuk remaja berperilaku liberal karena agama dipisahkan dari kehidupan. Akhirnya, remaja menjadi sosok yang gagal memahami jati dirinya. Remaja pun gagal memahami penyelesaian shahih atas segala persoalan kehidupannya, akhirnya penyakit mental pun tak terhindarkan.
Dari sistem ekonomi, negara kapitalisme sekuler, menjadikan kekayaan alam milik umum seperti barang tambang, laut dll dikuasai oleh korporasi kapitalis. Sehingga, rakyat tidak merasakan kesejahteraan. Akibatnya, ketimpangan ekonomi antar si miskin dan si kaya begitu nyata tampak pada sistem hari ini.
Ditambah lagi, negara abai dalam membuka lapangan pekerjaan. Sehingga, banyak masyarakat yang menjadi pengangguran, Bahkan untuk generasi Z ada sekitar 10 juta pengangguran. Tingginya angka pengangguran saat ini mengakibatkan rakyat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatannya. Tentu ini menciptakan tekanan bagi mental generasi muda.
Selain itu, tayangan di media sosial yang merusak. Tontonan hari ini yang dijadikan tuntunan hidup pada generasi. Media sosial mempromosikan gaya hidup yang hedonistik membuat para generasi bersikap konsumtif demi memenuhi tuntutan gaya hidup. Sehingga, ketika tuntutan itu tidak bisa dipenuhi mereka menjadikan pinjol dan judol sebagai solusi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ketika tidak terwujud, sementara pinjol semakin membengkak banyak dari mereka yang berputus asa dan melakukan bunuh diri.
Ditambah lagi, penerapan sistem kapitalisme sekuler melahirkan generasi yang 'menuhankankan' materi. Pandangan kebahagiaan mereka adalah teraihnya capaian materi sebanyak-banyaknya. Harus punya Hp mahal, tampil cantik dan modis, mobil mewah, rumah mewah dan lain-lain. Generasi hari ini tidak memiliki tujuan yang shahih terkait kehidupan.
Sistem Islam adalah Solusi Masalah Mental Generasi
Berbeda dengan Islam. Kepemimpinan Islam akan melahirkan generasi yang bertakwa, berkualitas dan memiliki pemikiran cemerlang (mustanir). Melalui penerapan sistem Islam dalam berbagai aspek kehidupan menjadikan pandangan manusia terkait kehidupan termasuk para generasi berubah.
Mereka memahami bahwa tujuan hidup di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Mereka menyadari bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah, dan Allah adalah penciptanya sehingga konsekuensinya sebagai seorang hamba adalah taat.
Ketika benar dalam memaknai tujuan hidupnya, menjadikan mereka mampu mengenali dan memahami berbagai peristiwa hidup. Baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri mereka. Serta menyikapinya sebagaimana perintah syariat.
Mereka menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi berbagai masalah. Mereka memiliki keyakinan bahwa semua itu adalah ujian. Jika mereka sabar dalam menghadapi ujian tersebut ada ganjaran pahala yang Allah berikan yaitu surga abadi bagi orang-orang yang bersabar.
Sistem pendidikan Islam akan membentuk generasi muda saat ini terbiasa berinteraksi dengan al-Qur’an. Mereka menjadikan al-Qur'an sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Kedekatan dengan al-Qur'an akan membawa pada ketenangan jiwa generasi. Pendidikan Islam juga akan membentuk generasi yang taat kepada syariat Allah. Mereka akan memahami akan kewajiban diri sebagai hamba Allah.
Karena negara Islam yakni khilafah, akan menjadikan akidah Islam sebagai asas dalam kurikulum pendidikan. Tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam.
Pendidikan Islam akan membekali anak didik dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan tersebut.
Jika ada metode yang bertentangan dengan Islam maka akan dilarang, demi tercapainya tujuan dari pendidikan. Sehingga generasi akan tumbuh menjadi sosok yang mulia, tidak mudah terganggu mentalnya sebagaimana generasi pada sistem kapitalisme sekuler.
Selain menerapkan sistem pendidikan Islam, negara khilafah juga akan menyiapkan para orang tua dan masyarakat untuk mendukung proses pembentukan generasi pembangun peradaban Islam yang mulia dan bermental kuat.
Sehingga, orang tua akan menjalankan tugasnya, mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Mereka juga menyadari bahwa mereka akan memertanggungjawabkan apa yang mereka pimpin.
Negara melakukan pembinaan kepada para orang tua dan masyarakat, seperti mengadakan majelis ilmu di berbagai media secara gratis dan mudah diakses oleh siapa saja. Para ulama digaji untuk menyampaikan ilmu.
Selain itu, negara juga akan memenuhi media sosial dengan konten dakwah dan menutup situs-situs yang melanggar syariat Islam. Sehingga, terwujud masyarakat yang Islami. Yakni kumpulan individu yang memiliki satu perasaan, satu pemikiran dan satu aturan yg sama yakni Islam.
Selain itu, negara khilafah juga akan menjaga pemikiran generasi untuk tidak teracuni dengan pemahaman-pemahaman Barat yang bertentangan dengan Islam.
Negara khilafah akan membuka lapangan kerja sebesar-besarnya bagi para laki-laki yang menjadi pejuang nafkah bagi keluarga. Sehingga, para ayah dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan layak. Hal ini tentu akan menjaga kondisi mental masyarakat termasuk para generasi.
Ditambah lagi negara juga akan memfasilitasi rakyat untuk mendapatkan layanan kesehatan gratis dan berkualitas mulai dari tingkat desa sampai kota. Hal ini bisa terwujud karena sumber pemasukan negara Islam sangat besar.
Salah satu pos pemasukannya adalah dari harta kepemilikan umum yang dikelola oleh negara dan dikembalikan pemanfaatannya untuk kepentingan rakyat.
Begitulah cara Islam dalam menyelesaikan persoalan masalah mental pada generasi. Penerapan syariat Islam secara kaffah dalam institusi khilafah, akan mewujudkan generasi terbaik. Generasi inilah yang akan membawa Islam kepada peradaban yang lebih tinggi.
Seperti yang sudah pernah di contohkan oleh Rasulullah, para sahabat dan generasi setelahnya ketika Islam menjadi mercusuar peradaban pada saat itu.
Wallahu'alam bishshawwab.[]
Oleh: Aqila Deviana, Amd.keb
(Aktivis Muslimah)