"Jadi ya kita hadapi dan
itulah dakwah, itulah perjuangan. Jihad paling utama adalah kalimat yang hak di
hadapan penguasa yang jahat. Kalau udah gitu penguasa akan memusuhi,"
ujarnya di kanal YouTube One Ummah TV bertajuk Al-Qur’an dan
Perubahan Dunia - Memperingati Nuzululqur’an.
UIY menjelaskan, apa pun bentuk risikonya
sesuai sabda Rasulullah saw., “Bahwasanya nanti Al-Qur’an dan penguasa akan
berpisah. Tandanya yakni penguasa akan mengambil keputusan berdasarkan
kepentingan mereka, bukan untuk rakyat.”
"Ketika itu terjadi apa yang
harus dilakukan? Nabi mengatakan, ‘Jangan kau memisahkan diri dari Al-Qur’an.’
Nabi memberikan nasihatnya ini dengan mengatakan mati dalam taat kepada Allah Swt.
lebih baik daripada hidup tetapi maksiat kepada Allah Swt.," terangnya.
Lanjutnya, ia mengingatkan, jika
penguasa memusuhi aktivitas dakwah Islam kaffah menandakan dakwah tersebut
mengganggu kepentingan mereka. “Apabila jalan kebenaran dimusuhi, maka
sejatinya penguasa menginginkan jalan yang salah,” lugasnya.
"Jangan kita menyerah kepada
orang yang sebenarnya punya maksud untuk jalan kesesatan atau jalan kesalahan.
Kalau kita menyerah, yang salah akan semakin salah. Itu hebatnya perjuangan di situ.
Sesungguhnya itu kepentingan masyarakat dan umat," terangnya.
Lebih lanjut, pria kelahiran
Yogyakarta itu menerangkan terkait kejahatan apartheid yakni politik
diskriminasi atas dasar warna kulit yang terjadi di Afrika. “Ketika itu Nelson
Mandela terus menentang diskriminasi tersebut dan berujung dipenjara,”
terangnya.
"Nelson Mandela bukan Muslim
tetapi dia ngerti kalau ini jahat dan dia tidak boleh mengalah kepada
kejahatan, akibatnya dia dipenjara. Usia penjara dia dengan usia pernikahan dia
lebih lama usia penjara dia. Jadi pernikahan 26 tahun, penjara 27 tahun,"
bebernya.
Melihat perjuangan Nelson
Mandela, UIY mengingatkan bahwa mantan Presiden Afrika Selatan itu tidak
menggunakan dasar akidah dan Al-Qur’an. Berbeda dengan umat Muslim yang
langsung diperintah oleh Allah swt.
"Kalau nampak susah di dunia
pasti imbalan akan luar biasa di akhirat sana, mati dalam perjuangan dapat
kemuliaan. Menang bagus, meninggal syahid juga bagus. Yang enggak bagus yang
mengalah terus kepada kejahatan itu," ungkapnya.
"Kita harus mengingat hidup
kita ini sebentar saja, akan mati. Kalau sudah mati harapannya kita kemana?
Maka itu penting sekali kalau ditanya tipsnya apa, selalu gunakan kaca mata
akhirat," tutupnya.[] Taufan