Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pemerhati Generasi: Banyak Dampak Buruk Kecanduan Gadget pada Anak

Minggu, 23 Februari 2025 | 06:03 WIB Last Updated 2025-02-22T23:04:06Z

Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad mengatakan bahwa fenomena kecanduan gadget, bagaimana orang lebih tertarik untuk berinteraksi dengan layar gepeng baik itu ponsel maupun layar laptop ternyata disinyalir banyak dampak buruknya terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

 

“Orang lebih tertarik untuk berinteraksi dengan layar gepeng, baik itu ponsel maupun layar laptop. Ternyata hal ini disinyalir banyak dampak buruknya terutama di kalangan anak-anak dan remaja,” ungkap Ustazah Dedeh.

 

"Menurut penelitian kecanduan game, scrolling layar tentu saja akan berkonsekuensi kepada pengaruh buruk. Istilah yang sekarang sedang banyak diperbincangkan ialah brain rot, bahkan menurut seorang ahli dari India Dr. Navendra, perbandingan kasus ini pada tahun 2023 sampai 2024 naiknya 230 persen. Luar biasa!" imbuhnya dalam kanal YouTube Supremacy, berjudul Solusi Islam atas Fenomena Brain Rot, Senin (13/01/2025).

 

Ia menjelaskan, brain rot digambarkan dengan fungsi otaknya melemah sehingga semakin kurang perhatiannya, kurang merespons, dan kurang fokus.

 

"Biasanya anak kurang perhatian ketika disuruh ibunya melakukan sesuatu, dia tidak memperhatikan, mungkin dia tetap dengan kegiatannya kalau dia sedang main. Kemudian kurang fokus ketika melakukan sesuatu mungkin sering salah, sering mengulang dan tidak tuntas dalam melakukan tugasan," jelasnya

 

Ia menambahkan, dampak dari emosi akan kurang stabil dan akan melempiaskan sesuatu dengan kekerasan.

 

"Ketika brain rot tadi fungsi otak menurun terjadi maka itu yang terjadi lebih kepada melempiaskan emosi dengan kekerasan," tambahnya.

 

Penyebab utama yang paling dominan, lanjutnya, tidak ada pengaturan dalam mengonsumsi atau memanfaatkan gadget.

 

"Kita tahu di era teknologi sekarang kebutuhan terhadap gadget memang tidak bisa dielakkan, apalagi kemarin-kemarin ketika dalam kondisi Covid belajar jarak jauh dan lain sebagainya. Tentu saja kita sangat membutuhkan bantuan dari gadget,” ujarnya.

 

“Nah, ketika tidak ada batasnya, kapan dilakukannya, berapa lama menggunakan, konten apa yang boleh dikonsumsi oleh anak, maka bukan kebaikan dari penggunaaan gadget tetapi berujung kepada kecanduan,” sebutnya.

 

Ia menambahkan, bahkan anak-anak terpapar dengan pornografi, kekerasan, dan konten-konten yang tidak layak untuk dilihat.

 

Kedua, kurangnya stimulasi aktivitas fisik. "Ketika anak lebih tertarik kepada gadget dia duduk nonton, tidak ada stimulasi lain berupa aktivitas fisik, apakah bercerita, menggambar atau mungkin berolah raga itu yang akan memalingkan perhatiannya dari ketergantungan pada kepada gadget. Maka yang terjadi semakin terpuruk, semakin menikmati gadget tersebut,"ujarnya.

 

Ketiga, tidak memiliki pemahaman yang benar tentang bagaimana mengelola hidup dan menjalani aktivitas hidup.

 

"Jadi melakukan sesuatu hanya karena saya suka, karena senang, dan mengikut tren. Ini kesalahan yang paling mendasar," tegasnya.

 

Penyelesaian Islam

 

Pertama, paling mendasar tentang paradigma kehidupan dalam Islam. “Firman Allah Swt. dalam surah adz-Dzariyat, "Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah," kutipnya.

 

"Siapa pun harus memiliki pemahaman bahwa hidup ini bukan sekadar untuk menikmati, untuk menghabiskan waktu bersenang-senang. Seorang Muslim harus tahu bahwa kita hidup untuk beribadah, artinya setiap detik yang kita lewati, waktu yang kita miliki tidak boleh dihabiskan kecuali punya nilai ibadah,” tuturnya.

 

Lanjut dikatakan, “Sehingga akan terkendali, terkontrol ketika ada dorongan-dorongan untuk melakukan kesia-siaan. Apalagi kalau sampai menjerumuskan kepada kemaksiatan. Inilah yang penting ditanamkan oleh orang tua dalam keluarga bagaimana mendidik anak tentang konsep kehidupan."

 

Kedua, beri rangsangan kepada anak untuk melakukan aktivitas fisik. Umar al-Khattab ra. berkata untuk mengajari anak-anak berenang dan memanah.

 

"Intinya dari perkataan Umar tadi supaya memperbanyak aktivitas fisik. Jadi penting anak-anak kita itu disibukkan dengan aktivitas fisik.  Supaya bukan hanya kuat konsep kehidupannya tapi secara fisik dan secara motivasi. Inilah yang menjadi kendali untuk dia tidak kecanduan gadget, karena energinya sudah disalurkan kepada aktivitas fisik," tuturnya.

 

Ketiga, lingkungan sosial dan peran masyarakat juga berpengaruh. "Kita sudah punya aturannya tentang gadget, tetapi bila kita abai pada lingkungan di sekitar, tidak melakukan amar makruf nahi mungkar, tidak melakukan pencerdasan di tengah masyarakt tentang ketentuan-ketentuan Islam, maka ini akan berpengaruh kepada pendidikan yang sudah kita berikan kepada keluarga kita,” tuturnya.

 

“Nah, karena itu setelah memperhatikan keluarga, kita juga perlu memperhatikan bagaimana paradigma hidup di tengah Masyarakat. Apa aturan yang diterapkan karena akan memberikan pengaruh baik maupun buruk kepada anak dan keluarga kita," ungkapnya.

 

Ia menekankan bahwa yang paling penting ketika hidup bermasyarakat dan bernegara adalah terikat oleh aturan yang diterapkan oleh negara.

 

"Ketika negara membolehkan konten-konten pornografi, membiarkan konten-konten yang berbahaya seperti game kekerasan, tidak ada aturan dalam sosial media, tidak membentuk paradigma konsep kehidupan yang benar, ini pun menjadi kendala bagi kita karena yang paling utama itu bagaimana negara menerapkan aturan yang benar dan memberikan sanksi ketika aturan tidak diterapkan,” lugasnya.

 

“Jadi ketika kita ingin aturan Islam terlaksana baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara harusnya sistem Islamlah yang kompatibel. Sistem Islam itulah yang menerapkan secara sempurna, itulah Khilafah Islam,"pungkasnya.[] Hidayah Muhammad

Opini

×
Berita Terbaru Update