Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Generasi Sandwich Mendamba Rumah Impian, Bisakah?

Kamis, 27 Februari 2025 | 20:55 WIB Last Updated 2025-02-27T13:55:57Z

Tintasiyasi.id.com -- Saat ini, rumah impian menjadi keinginan semua orang, termasuk generasi sandwich. Namun, apakah mungkin mereka bisa memiliki rumah idaman, sementara generasi sandwich hidup dalam keadaan yang terhimpit, sebab tanggung jawab nafkah keluarga ada pada pundak mereka.

Pew Research Center pada tahun 2019 menyatakan melalui penelitiannya, bahwa Generasi Z menghadapi tantangan besar dalam memiliki rumah. Penyebabnya adalah, Generasi Z mengalami realitas ekonomi dalam pertumbuhan upah yang lambat, harga properti yang saat ini begitu mahal, dan beberapa dari mereka juga adalah generasi sandwich. (www.kumparan.com, 10-02-25).

Generasi sandwich merupakan istilah untuk orang yang harus membiayai diri sendiri, orang tua, dan anak-anaknya. Hal ini juga banyak kita temukan di kalangan Gen Z, yang seharusnya di usia mereka adalah waktu untuk meraih cita-citanya, namun mereka dipaksa oleh keadaan untuk rela melepas cita-cita, demi membiayai kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga.

Utang Bukan Solusi

Sebagian besar, generasi sandwich adalah seorang buruh yang hanya mengandalkan gaji UMR (Upah Minimum Kerja). Hal demikian menjadikan mereka harus memupus keinginan mereka untuk dapat memiliki rumah impian. Jangankan untuk membeli rumah, untuk memenuhi kebutuhan hidup yang saat ini serba mahal harus banting tulang.

Sayangnya, dalam keadaan ekonomi yang sulit, negara malah memfasilitasi untuk mempunyai rumah dengan cara mengambil KPR non syariah. Padahal, akad muamalah dalam KPR non syariah adalah akad ribawi. Selain itu, dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk melunasinya hingga durasi pecicilannya bisa sampai 20 tahun.

Selain itu, program sejuta rumah yang disediakan negara juga sangat tidak membantu, karena harga property rumah pastikan tiap tahun akan mengalami kenaikan, sehingga terkesan mustahil generasi saat ini dapat memiliki rumah.

Di satu sisi, dalam ruang lingkup keluarga, sebagian orang tua menganggap bahwa anak adalah investasi yang menghasilkan uang dimasa mendatang. Sehingga dianggap wajar, jika orang tua dibiayai kebutuhan hidupnya, ketika anak sudah mampu bekerja.

Kegagalan Sistem Sekulerisme

Sistem sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan mengakibatkan pemikiran yang dimiliki negara dan masyarakat hanya ber asas pada asas manfaat bukan halal haram. Sehingga, mereka menganggap dengan cara berhutang riba, bisa menjadi solusi tuntas untuk mendapatkan rumah yang didambakan.

Sistem sekularisme juga berhasil meracuni pemikiran generasi, menjadi lebih mementingkan gengsi mereka ketimbang kebutuhan pokok mereka. Mereka rela berhutang hanya demi mengikuti hawa nafsu semata. 

Ditambah dengan arus Sosial media yang sangat mudah diakses turut memperburuk gaya hidup generasi, karena banyak dari kalangan elite dan tokoh figur membuat suatu tren non manfaat dan diikuti oleh mereka.

Islam Solusi Hakiki

Islam memandang bahwa generasi sandwich akan mendapatkan berkah jika mereka melakukan dengan ikhlas mengharap ridho Allah ta'ala dan caranya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw, karena berbakti pada kedua orang tua adalah bagian dari birul walidain. 

Dalam Islam, orang yang berjuang keras untuk memberikan nafkah bagi keluarga akan mendapatkan ganjaran pahala, Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa bekerja untuk anak dan istrinya melalui jalan yang halal, maka bagi mereka pahala seperti orang yang berjihad dijalan Allah" (HR Bukhari).

Islam adalah solusi yang baik untuk segala perkara masalah di dunia. Dalam masalah pengasuhan anak, orang tua berkewajiban untuk mendidik dan manafkahi anak sampai anak baligh jika ia laki-laki, dan sampai anak menikah jika ia perempuan.

Orang juga paham, bahwa mendidik dan menafkahi anak adalah bagian dari kewajiban yang Allah berikan, sehingga orangtua tidak akan mengharapkan timbal balik atas jasa yang diberikan pada anak.

Selain itu, negara harus turut berperan, bukan hanya sebagai fasilitator saja, tapi juga wajib memastikan semua kepala keluarga memiliki pekerjaan yang layak dan penghasilan yang didapat cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarga.

Maka dari itu, negara mesti menyediakan lapangan pekerjaan yang banyak, jikapun didapati ada seorang janda atau anak yatim, maka negara wajib untuk membantu supaya para janda dan anak yatim tidak terlantar.

Sehingga sedikit kemungkinan akan terlahir generasi sandwich, karena keluarga dan negara bekerja sama dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera. Niscaya peran fungsional keluarga pun dapat terwujud sesuai tempatnya.

Posisi ayah bertugas untuk menafkahi, dan ibu fokus mendidik anak juga mengurus rumah, serta anak pun bekerja keras mengejar cita-cita. Semua itu insyaallah bisa direalisasikan jika sistem yang diterapkan di tengah masyarakat adalah sistem pemerintahan Islam atau khilafah.

Dalam sistem pemerintahan Islam atau khilafah, negara adalah pelayan rakyat, yang artinya akan mengurusi dan melayani rakyat dengan tulus. Khilafah juga memiliki Baitul mal, Baitul mal berisi sumber pemasukan negara yang berasal dari fai, Kharaj, ghanimah, dan aset sumber daya alam.

Sumber pemasukan tersebut wajib dipelihara juga dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk kesejahteraan seluruh warga negara. Dengan demikian, semua masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup dan hidup sejahtera. Wallahu'alam bishshowwab.[]

Oleh: Gien Mutiara Giovanka Salsabila
(Aktivis Muslimah)


Opini

×
Berita Terbaru Update