Tintasiyasi.id.com -- Gencatan senjata antara Zionis Yahudi - Palestina telah memasuki hari ke-24 pada 11 Februari 2025 dimana gencatan senjata ini mulai berlaku pada 19 Januari 2025 yang lalu.
Dikutip dari MediaIndonesia.com, mekanisme gencatan senjata Israel - Palestina akan dilaksanakan dalam 3 fase;
Fase pertama, fase ini memprioritaskan penghentian semua aksi militer kedua belah pihak seperti penghentian kekerasan, penarikan pasukan, pertukaran tahanan dan bantuan kemanusiaan.
Fase kedua, kedua belah pihak akan melakukan negosiasi termasuk didalamnya pembagian tanggung jawab pemerintahan di Gaza dan rekonstruksi awal yang dimulai setelah 16 hari pertama gencatan senjata.
Fase ketiga, jika kedua belah pihak berhasil mempertahankan stabilitas hingga fase ketiga maka langkah berikutnya adalah melakukan rekonstruksi secara menyeluruh dan pembebasan tahanan yang tersisa (17-01-2025).
Pelanggaran yang Dilakukan Zionis Yahudi
Meskipun telah bersepakat melakukan gencatan senjata, pihak Israel ternyata tidak menghentikan genosida yang mereka lakukan. Dilansir dari metronews.com, ada empat warga Gaza yang ditembak mati oleh tentara Zionis Yahudi.
Saksi mata menyatakan bahwa pasukan Zionis Yahudi, yang ditempatkan di perbatasan timur Kota Gaza, menembaki sekelompok warga Palestina yang sedang kembali ke wilayah mereka di sekitar Bundaran Kuwait.
Dalam pernyataan resminya, tentara Zionis Yahudi mengonfirmasi bahwa mereka telah melepaskan tembakan ke arah sekelompok orang yang mereka anggap sebagai "tersangka" di dekat Nahal Oz, sebelah timur Kota Gaza.
Namun, kesaksian warga setempat bertentangan dengan klaim tersebut, menyebut bahwa para korban hanyalah warga sipil yang ingin kembali ke rumah setelah pasukan Israel mundur (10-02-2025).
Mengutip media Tempo.co, tentara Israel telah banyak melakukan pelanggaran gencatan senjata yang telah disepakati. Salah satunya, tentara Zionis Yahudi menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Kantor media pemerintah Gaza mengatakan bahwa hingga 7 Februari, dari 12.000 truk bantuan yang seharusnya mencapai daerah kantong tersebut, hanya 8.500 truk yang sampai.
Hamas mengatakan, bahwa Israel memblokir masuknya 60.000 rumah mobil dan 200.000 tenda serta alat berat yang digunakan untuk membersihkan reruntuhan. Zionis Yahudi membantah tuduhan tersebut, dan mengatakan bahwa lebih dari 100.000 tenda telah masuk ke Gaza.
Namun, para pengemudi truk di perbatasan Mesir-Gaza mengatakan kepada Reuters bahwa bahan bangunan dan tenda-tenda telah dihalangi untuk masuk sejak dimulainya gencatan senjata. Persediaan medis, pakaian, dan minuman ringan juga dilaporkan tertahan, menunggu untuk masuk ke Gaza setelah pemeriksaan oleh pejabat Israel (13-02-2025).
Watak Zionis Yahudi
Dan masih banyak lagi pelanggaran yang dilakukan pihak Zionis Yahudi. Pelanggaran-pelanggaran ini menunjukkan bahwa Entitas kriminal Israel tidak menghormati perjanjian gencatan senjata dan tidak memiliki rasa kemanusiaan.
Dari sini bisa dipahami bahwa gencatan senjata tidak akan pernah menghentikan genosida yang mereka lakukan terhadap warga Gaza. Kekejian dan kebencian zionis Zionis Yahudi terhadap umat Islam termasuk warga Gaza sudah mendarah daging.
Terlihat dari penyerangan yang mereka lakukan, dengan pongahnya mereka melempar bom mematikan ke pemukiman warga sipil dan menembaki perempuan, anak-anak, lansia tanpa pandang bulu.
Solusi untuk Palestina
Bahasa yang dimengerti oleh zionis Israel hanyalah bahasa peperangan. Masalah di Gaza bukan hanya masalah mereka saja tetapi juga masalah umat Islam seluruhnya. Tanah Palestina adalah tanah Kharajiah dan warisan para Nabi serta merupakan kiblat pertama umat Islam.
Maka, Zionis Yahudi tidak punya hak untuk mengambil alih tanah suci Palestina. Tanah suci Palestina selamanya akan menjadi milik umat Islam. Untuk itu, tidak pantas jika pemimpin negeri-negeri Islam berdiam diri terhadap penjajahan Zionis Yahudi di Palestina.
Para pemimpin negeri-negeri Islam seharusnya mengirim pasukan militer untuk mengusir penjajah Israel dari bumi Palestina. Selain itu, umat Islam harus senantiasa memberikan bantuan baik itu obat-obatan ataupun makanan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama saudara muslim.
Solusi yang tak kalah penting yakni umat Islam harus segera bersatu dibawah satu komando negara yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Sejarah telah membuktikan bahwa kondisi umat Islam baik-baik saja, jauh dari penjajahan, saat mereka berada dibawah perlindungan daulah Islam. Wallahu a'lam bishshowwab.[]
Oleh: Misdalifah Suli
(Aktivis Muslimah)