TintaSiyasi.id -- Dai asal kota Semarang Jawa Tengah Ustaz Oscar Kaeni menegaskan akar permasalahan Palestina adalah penjajahan.
"Sudah sangat jelas bagi kita bahwa akar permasalahan Palestina ini adalah penjajahan," pekiknya saat orasi Mashirah Kubro, Aksi Bela Palestina di Depan Gedung DPRD Kota Semarang, Ahad (02/02/2025).
Ia mengungkapkan dari tahun 1948 sampai sekarang, tujuh puluh tahun lebih kondisi umat Islam di Palestina dalam penderitaan. Occupation (pendudukan) yang dilakukan oleh entitas Zionis Yahudi yang terus menerus mengalami pembiaran dari para pemimpin negeri-negeri Muslim. Para pemimpin negeri-negeri Muslim yang sudah diracuni pemikirannya dengan demokrasi, sudah dipenjara dengan nasionalisme.
"Wahai pemimpin negeri-negeri Muslim, wahai para tentara-tentara kaum Muslim sadarkah bahwa kalian sudah diracuni dengan demokrasi, kalian dipaksa terbiasa untuk menjauhi, menyingkirkan hukum aturan Allah? Sehingga lupa dengan kewajiban kita untuk membela saudara kita yang terzalimi," serunya.
Ia menuturkan bahwa para pemimpin Muslim terpenjara oleh nasionalisme sehingga mereka tidak janggal melihat Amerika dan para penyokong Zionis Israel mengirimkan senjata, mengirimkan berton-ton bahan peledak. Sementara umat Islam di negeri lainnya hanya sanggup mengirimkan doa dan bantuan. Itu pun untuk membuka akses pintu gerbang Rafah harus seizin Amerika dan Tel Aviv. Ia menilai hal itu sungguh sangat janggal.
"Bahkan gerombolan Yahudi Zionis ini jumlahnya tidak ada seperenam dari jumlah kita di Jawa Tengah saudara-saudaraku. Tetapi bisa mengangkangi dua miliar kaum Muslim sedunia. Karena apa?
Yang tujuh juta itu didukung dan disokong, mereka bersatu, sementara kita yang dua miliar tercerai-berai, terpecah-belah," ujarnya.
Ia meminta kepada peserta mashirah kubro memperhatikan kalimat indah dari Sultan Abdul Hamid II ketika Theodore Herzl penggagas negara Yahudi hendak meminta sejengkal tanah Palestina sembari membawa uang 150 juta poundsterling. "Andai tanah yang ku injak ini tembus sampai belahan dunia di bagian sana berubah menjadi emas semua. Lalu engkau berikan kepadaku niscaya tidak akan pernah sejengkal tanah pun akan kuberikan kepada engkau Theodore Herzl".
Kemudian, ia menegaskan sikap seorang pemimpin Muslim harusnya seperti Sultan Abdul Hamid II. Melindungi setiap jengkal tanah kaum Muslim. Apalagi yang akan merebut itu adalah penjajah yang sudah jelas tegas memerangi kaum Muslim.
Namun, lanjutnya, usaha Theodore Herzl tak cukup sampai di penolakan Sultan Abdul Hamid II. Theodore herzl ini sudah sangat tahu dan menyadari bahwa selama khilafah masih ada, upayanya untuk merebut tanah Palestina, membuat negara Yahudi tidak akan pernah berhasil dilakukan.
"Maka dengan kasak-kusuk konspirasi dibantu oleh Perancis, negara-negara Eropa seperti Inggris, Amerika, khilafah berhasil diruntuhkannya," ujarnya.
Ia menegaskan hingga tahun 1948 Yahudi Israel mulai masuk, mulai okupasi kependudukan, perampasan paksa, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan penghancuran bahkan genosida.
Dua Negara
"Saudara-saudaraku kita tidak usah menerima solusi-solusi tawaran yang menganggap diri kita ini bodoh. Apakah tawaran dua negara (two nation state) itu adalah tawaran yang masuk akal?" tanya dia.
Dia menganalogikan, apabila ada gedung Polda kemudian ada ormas yang tidak punya kantor, selanjutnya ormas tersebut numpang di gedung polda. Pelan-pelan terjadi keributan-keributan, ormas itu semakin membesar.
"Kemudian kita memberikan saran kepada Pak Kapolda, dibagi dua saja kantornya. Kira-kira masuk akal atau tidak?" imbuhnya.
Ia pun kembali meyakinkan kepada masa bahwa seluruh sumber solusi bagi umat hanya aturan dari Allah SWT dan tuntunan Rasulullah SAW.
"Maka solusi yang jelas dan shahih bagi saudara-saudara kita di Palestina hanya satu turunkan tentara-tentara kaum Muslim untuk jihad ke Palestina membebaskan Palestina. Yang kedua tegakkan khilafah. Karena dengan runtuhnya khilafah mereka bisa masuk, maka dengan tegaknya khilafah mereka akan terusir dari negeri Palestina," tutupnya.[] Heni