tintasiyasi.id.com--Derita Gaza tak kunjung usai. Hingga detik ini, kedinginan karena tempat tinggal yang telah hancur lebur, makanan yang tak terjamin, kesehatan, hingga ancaman jiwa terus membayangi.
Di tengah kesedihan yang teramat sangat, Iman mereka memang tak pernah pudar, bahkan rasa syukur terus terucap meski di uji dengan sedemikian dahsyatnya. Mereka paham betul, bahwa akan ada akhir dari tiap masa, dan akan ada penutup kehidupan, ialah akhirat.
Kuatnya iman mereka, harusnya juga menyentuh iman kaum muslimin di seluruh dunia, siapapun ia, termasuk para penguasa dan tentaranya yang hebat. Fakta demikian terbuka lebar dan sudah cukup menggambarkan penderitaan mereka di Gaza.
Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), pada selasa (24/12/2024), setiap jam satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel. Setidaknya, 14.500 anak Palestina telah meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023
(beritasatu.com, 25/12/2024).
Israel sendiri nampaknya semakin jumawa. Komisioner Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini pada Minggu, (22/12) mengatakan, Israel telah melanggar semua peraturan perang di Jalur Gaza.
Bahkan disebutkan, bulan lalu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Israel Yoaf Gallan, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel pun juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait perang di Gaza. (tirto.id, 23/12/2024)
Korban Bayi dan Anak-anak
Banyak bayi Gaza yang bisa meninggal katena cuaca dingin dan ketiadaan tempat perlindungan, bahkan kiriman perlengkapan musim dingin seperti selimut dan kasur tertahan selama berbulan-bulan menunggu persetujuan Israel untuk memasuki Gaza.
Israel telah memblokade wilayah kantong Palestina secara tidak manusiawi. Israel telah menyerang Rumah Sakit Kamal Adwan, hingga melumpuhkan fasilitas kesehatan utama terakhir di Jalur Gaza Utara, bahkan disebutkan bahwa 60 tenaga kesehatan dan 25 pasien kritis termasuk yang menggunakan ventilator, dilaporkan masih berada di RS itu (Khazanah.Republika.co.id, 29/12/2024).
Solusi yang selama ini ditawarkan adalah solusi parsial, tidak berujung pada upaya menghilangkan penjajahan Yahudi dari Bumi Palestina. Pun solusi dua negara (two state solution) seperti yang ditawarkan Amerika, perdamaian yang digagas oleh negara Barat, hingga normalisasi hubungan dengan penjajah Yahudi yang dilakukan oleh para penguasa Arab adalah solusi palsu. Bukannya menghilangkan penjajahan, justru melegitimasi keberadaan penjajah Yahudi.
OKI yang digadang-gadang memberikan solusi komprehensif bagi Palestina, ternyata juga jauh dari harapan. Kenyataannya, OKI merupakan kumpulan para penguasa yang mayoritas tunduk kepada Amerika yang jelas-jelas membela Yahudi sebagai harga mati. Bagaimana dengan PBB?
Ternyata juga mustahil. Karena setiap keputusan PBB yang dianggap akan merugikan penjajah Yahudi akan diveto oleh Amerika
Solusi Kepemimpinan Islam
Kehilangan Junnahnya menjadikan kaum muslimin tercerai berai, terkotak-kotak dalam batas nasionalisme semenjak runtuhnya kepemimpinan Islam, Kekhilafahan Islam.
Berbagai penderitaan melingkupi kaum muslimin di seluruh belahan dunia, tanpa terkecuali bencana di Gaza. Kaum muslim telah kehilangan penyatu dan pelindungnya, yakni sebuah kepemimpinan yang sistem politiknya berdiri atas dasar akidah Islam, dan konsep politiknya adalah, "Kedaulatan berada di tangan Syara'", yang memprioritaskan kemaslahatan rakyat.
Di dalam Islam, kaum muslim disatukan dalam negeri yang satu dan mengurusi segala urusan mereka, mulai dari kebutuhan per individu (sandang, pangan, papan) dan kebutuhan dasar kolektif (pendidikan, kesehatan dan keamanan).
Syariat Islam diterapkan dalam segala sendi kehidupan manusia. Islam sangat menjaga jiwa-jiwa manusia, apalagi sampai mereka dibunuh tanpa hak. Jika ada yang terbunuh tanpa hak, akan diberlakukan hukum qishash.
Begitu juga dalam masalah Palestina, wajib untuk menyatukan pendapat bahwa Palestina adalah tanah kharajiyah sampai hari kiamat. Oleh karena itu, tanah Palestina adalah tanah kaum muslim sehingga Zionis Yahudi tidak memiliki hak sedikitpun atas tanah tersebut.
Penguasaan Zionis terhadap Palestina menyebabkan penderitaan penduduk Gaza hingga kelaparan dan meninggal dunia. Seorang Khalifah, akan menurunkan pasukan terbaiknya untuk menghentikan kejahatan mereka dan mengusirnya dari tanah Palestina, tidak akan terjadi pembiaran atau berlarut-larutnya kekejaman Zionis Yahudi hingga membunuh jiwa-jiwa kaum muslim.
Kekuatan militernya tak tertandingi oleh negeri manapun, sebab memiliki pengaturan yang berlandaskan pada akidah Islam, mulai dari sistem ekonomi, sistem politik, sistem administrasi, sistem jihad hingga yang lainnya.
Di tambah lagi dengan adanya kekuatan keyakinan akan Allah Swt sebagai penyelamat menjadi senjata kuat dalam diri mereka. Demikian pula adanya ikatan akidah Islam yang menancap kuat dalam jiwa kaum muslim akan menambah semangat untuk turun ke medan jihad, tidak takut akan kematian di medan perang sebab ganjaran surga bagi yang syahid.
Oleh karena itu, kaum muslim harus menyatukan pemikiran dan perasaan Islam. Para pemuda, khususnya di wilayah Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim dan bergerak membebaskan Palestina.
Tidak lain, aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam Ideologis, untuk memimpin umat, serta membina para pemuda dengan tsaqofah Islam dan pemikiran politik Islam.
Para pemuda akan menjadi sosok berkepribadian Islam, hingga mampu membentuk kader dakwah yang mumpuni menghantarkan umat menuju perbaikan yang hakiki. Wallahua'lam bishshawwab.[]
Oleh: Linda Maulidia, S.Si
(Aktivis Muslimah)