“Peringkat terendah Malaysia
dalam hal dominasi dan keterlibatan perempuan di bidang politik sebagaimana
tercantum dalam World Econonic Forum
Report (WEF 2023) bukanlah suatu hal mengherankan, karena masih banyak
perempuan yang kurang mengerti tentang makna dan aktivitas politik yang
sebenarnya, sehingga merasakan politik itu tidak penting,” ungkapnya.
"Malaysia berada pada level terendah
dalam bidang politik di posisi 134 dari 146 negara dalam Indeks Kesenjangan
Gender Global 2024 oleh World Econonic Forum. Malaysia mengulangi
sejarahnya pada tahun 2023 ketika berada di posisi terbawah di antara negara-negara
ASEAN dalam hal politik, " jelasnya di akun Facebook Muslimah HTM
bertajuk Wanita Celik Politik Tegak Khilafah, Rabu (22/01/25).
Ia mengatakan, hal itu merupakan
salah satu dampak runtuhnya khilafah sebagai institusi politik Islam.
"Kesadaran politik Islam terbenam dalam diri umatnya, termasuk para
perempuan. Islam hanya digunakan dalam urusan individu dan sebagian kecil
urusan kemasyarakatan, " ujarnya.
“Politik tidak lagi diatur dengan
Islam, malah diatur dengan sistem demokrasi buatan kufar Barat,”
lugasnya.
“Aktivitas politik yang
sebenarnya dikaburkan dengan perjuangan sebatas negara bangsa dan perjuangan
gender. Kedua hal tersebut bersifat sementara. Situasi ini medorong perempuan
untuk bangkit dan belajar memahami semula tentang politik," tegasnya.
Ia menyitat pendapat Syeikh
Taqiyuddin an-Nabhani di dalam kitabnya Mukadimah Ad-Dustur bahwa politik
(siyasah) menurut istilah atau syarak adalah ri’ayah asy-syu’un
al-ummah dakhiliyyan wa kharijiyan, yang artinya mengatur atau memelihara
urusan umat baik dalam atau luar negeri.
“Makna ini diambil daripada
beberapa hadis Rasulullah saw. yang menggunakan kata siyasah untuk
menunjukkan arti mengurus urusan umat,” tandasnya
HR Bukhari dan Muslim, lanjutnya,
menyebutkan, “Adalah Bani Israel dahulu yang mengatur urusan mereka adalah
nabi-nabi (tasusuhum al-anbiya’). Ketika seorang Nabi meninggal, maka
digantikan oleh Nabi berikutnya.
Sesungguhnya tidak akan ada lagi Nabi setelahku melainkan ada khulafa dan
jumlahnya banyak. Para sahabat bertanya, ‘Lalu apa yang engkau perintahkan
kepada kami?’ Nabi bersabda, ‘Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja,
berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta
pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus/kelola.”
"Berdasarkan hadis tersebut
kita dapat memahami bahwa Rasulullah saw. adalah politikus dan mengajak umatnya
untuk berpolitik, termasuklah para wanita," tuturnya.
Syamsiyah menerangkan, dengan pemahaman
yang benar tentang makna dan aktivitas politik, sudah tentu berbondong-bondong
para perempuan bergabung dalam aktivitas politik dan bergabung dalam gerakan
yang memperjuangkan penerapan Islam dan tegaknya kembali khilafah.
"Ia juga menjadi tanggung jawab
Perempuan, yang bergelar ibu, untuk mendidik anak-anak dengan pemahaman yang
benar tentang politik, karena anak-anak masa kini adalah bakal pemimpin pada
masa depan. Maka, masa depan generasi yang akan datang berada di tangan para
perempuan pada hari ini, " pungkasnya.[] Hidayah Muhammad