Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Aktivis Muslimah: Banyak Perempuan Kurang Mengerti Politik yang Sebenarnya

Sabtu, 25 Januari 2025 | 05:59 WIB Last Updated 2025-01-24T22:59:21Z

Tintasiyasi.ID -- Aktivis Muslimah Malaysia Syamsiyah Jamil menyatakan, peringkat terendah Malaysia dalam hal dominasi dan keterlibatan perempuan di bidang politik sebagaimana tercantum dalam  World Econonic Forum Report (WEF 2023) bukanlah suatu hal mengherankan, karena masih banyak perempuan yang kurang mengerti tentang makna dan aktivitas politik yang sebenarnya, sehingga merasakan politik itu tidak penting.

 

“Peringkat terendah Malaysia dalam hal dominasi dan keterlibatan perempuan di bidang politik sebagaimana tercantum dalam  World Econonic Forum Report (WEF 2023) bukanlah suatu hal mengherankan, karena masih banyak perempuan yang kurang mengerti tentang makna dan aktivitas politik yang sebenarnya, sehingga merasakan politik itu tidak penting,” ungkapnya.

 

"Malaysia berada pada level terendah dalam bidang politik di posisi 134 dari 146 negara dalam Indeks Kesenjangan Gender Global 2024 oleh World Econonic Forum. Malaysia mengulangi sejarahnya pada tahun 2023 ketika berada di posisi terbawah di antara negara-negara ASEAN dalam hal politik, " jelasnya di akun Facebook Muslimah HTM bertajuk Wanita Celik Politik Tegak Khilafah, Rabu (22/01/25).

 

Ia mengatakan, hal itu merupakan salah satu dampak runtuhnya khilafah sebagai institusi politik Islam. "Kesadaran politik Islam terbenam dalam diri umatnya, termasuk para perempuan. Islam hanya digunakan dalam urusan individu dan sebagian kecil urusan kemasyarakatan, " ujarnya.

 

“Politik tidak lagi diatur dengan Islam, malah diatur dengan sistem demokrasi buatan kufar Barat,” lugasnya.

 

“Aktivitas politik yang sebenarnya dikaburkan dengan perjuangan sebatas negara bangsa dan perjuangan gender. Kedua hal tersebut bersifat sementara. Situasi ini medorong perempuan untuk bangkit dan belajar memahami semula tentang politik," tegasnya.

 

Ia menyitat pendapat Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani di dalam kitabnya Mukadimah Ad-Dustur bahwa politik (siyasah) menurut istilah atau syarak adalah ri’ayah asy-syu’un al-ummah dakhiliyyan wa kharijiyan, yang artinya mengatur atau memelihara urusan umat baik dalam atau luar negeri.

 

“Makna ini diambil daripada beberapa hadis Rasulullah saw. yang menggunakan kata siyasah untuk menunjukkan arti mengurus urusan umat,” tandasnya

 

HR Bukhari dan Muslim, lanjutnya, menyebutkan, “Adalah Bani Israel dahulu yang mengatur urusan mereka adalah nabi-nabi (tasusuhum al-anbiya’). Ketika seorang Nabi meninggal, maka digantikan oleh Nabi  berikutnya. Sesungguhnya tidak akan ada lagi Nabi setelahku melainkan ada khulafa dan jumlahnya banyak. Para sahabat bertanya, ‘Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Nabi bersabda, ‘Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja, berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus/kelola.”

 

"Berdasarkan hadis tersebut kita dapat memahami bahwa Rasulullah saw. adalah politikus dan mengajak umatnya untuk berpolitik, termasuklah para wanita," tuturnya.

 

Syamsiyah menerangkan, dengan pemahaman yang benar tentang makna dan aktivitas politik, sudah tentu berbondong-bondong para perempuan bergabung dalam aktivitas politik dan bergabung dalam gerakan yang memperjuangkan penerapan Islam dan tegaknya kembali khilafah.

 

"Ia juga menjadi tanggung jawab Perempuan, yang bergelar ibu, untuk mendidik anak-anak dengan pemahaman yang benar tentang politik, karena anak-anak masa kini adalah bakal pemimpin pada masa depan. Maka, masa depan generasi yang akan datang berada di tangan para perempuan pada hari ini, " pungkasnya.[] Hidayah Muhammad

Opini

×
Berita Terbaru Update