TintaSiyasi.id -- Miris, akhir-akhir ini marak kekerasan yang dialami oleh anak, mulai dari kekerasan seksual, fisik, tak jarang berujung pada pembunuhan. Dan itu semua dilakukan oleh orang terdekat seperti orang tua, guru, keluarga.
Dilansir dari Detik.com (15/11/2024) dua bocah di Majalengka, Jawa Barat, juga mengalami leher dirantai dan digembok oleh orang tua. Sang ayah emosi karena menuduh dua siswa SD Majalengka itu mencuri uangnya Rp 50 ribu hingga ponsel tetangga.
Kepala Desa Jatiwangi, Yuda Henri Saputra mengatakan kedua anak tersebut 'dihukum' ayahnya setelah diduga kedapatan mencuri uang milik orang tuanya. Sang ayah diyakini sedang dalam masalah, sehingga punya emosi yang semakin memuncak.
Realita kehidupan saat ini, ketika anak tidak lagi dipandang sebagai ahli surga, membuat orang tua seenaknya saja melakukan kezaliman kepada anaknya.
Sehingga ketika anak melakukan kesalahan kecil orang tua langsung main pukul, tendang, cubit dan membunuhnya. Apakah orang tua lupa bahwa anak adalah titipan Allah yang harus dijaga bukan disakiti bahkan dirusak.
Bagaimana jika kelak di akhirat anak menuntut orang tua karena pengasuhan dan pendidikan yang diberikan selama ini zalim? Apakah sudah siap?
Kekerasan yang dialami oleh anak akan menjadi trauma tersendiri baginya, tidak jarang anak akan melakukan hal yang sama pada teman disekitarnya. Anak bisa menjadi pelaku pembunuhan, kekerasan seksual.
Dilansir dari Tribunnews.com (13/11/2024). Seorang ibu di Sidoarjo, Suwati, tewas di tangan anak kandungnya, Hendrikus (30), Rabu (13/11/2024).
Pembunuhan ini mengejutkan masyarakat setempat dan diduga dipicu oleh rasa sakit hati pelaku yang meminta dibelikan ponsel, namun tidak dituruti oleh ibunya.
Orang tua yang seharusnya melindungi, memberikan teladan, saling berkasih sayang satu sama lain kini fungsi orang tidak berjalan bahkan fungsi keluarga sudah hilang. Ini tidak lain karena sistem kehidupan saat ini adalah sekularisme kapitalisme.
Dalam sistem ini kita bebas melakukan perbuatan apa saja untuk melampiaskan kemarahan, hawa nafsu. Perilaku mereka bukan lagi bersandar pada halal haram. Karena itu mereka tidak takut pada dosa, jangankan dosa hukuman di dunia saja mereka tidak takut jika sudah emosi, ataupun hawa nafsunya muncul
Ini sangat berbeda sekali dengan sistem Islam. Dalam Islam anak adalah investasi akhirat, anak akan menjadi syafaat bagi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua akan mendidiknya dengan ilmu agama, bukan hanya orang tua. Dibutuhkan juga lingkungan yang kondusif yang mana anak merasa aman ketika bermain dan belajar, selain itu dibutuhkan peran negara yang mengatur rakyatnya.
Negara memiliki peran penting dalam mencerdaskan generasinya, ia akan merancang kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Anak akan diajarkan bagaimana cara menghormati orang tua, guru, dan teman. Begitu juga orang tua akan diberikan ilmu bagaimana cara mendidik anak yang sesuai zamannya, mengkontrol emosi sehingga tidak mudah melakukan kekerasan pada anak.
Itu semua hanya bisa diwujudkan ketika Islam diterapkan dalam bingkai negara yakni Daulah Islam kaffah. Selama Islam tidak diterapkan maka akan terus berjamuran kekerasan yang menimpa anak.
Oleh: Alfia Purwanti
Analis Mutiara Umat Institute