Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kondisi Darurat, Umat Butuh Generasi Emas

Rabu, 20 November 2024 | 12:13 WIB Last Updated 2024-11-20T05:14:14Z
TintaSiyasi.id -- Ribuan massa demo “Darurat Indonesia” mengepung gedung DPR RI pada Kamis, 22 Agustus untuk mengawal keputusan MK dan menolak RUU pilkada yang dilakukan hanya satu hari setelah keputusan MK tersebut berlaku. Kendati rapat paripurna untuk pengesahan batal berlangsung karena tidak memenuhi kuorum, bau-bau kebijakan kental dengan kepentingan tertentu keburu terendus oleh penciuman netizen Indonesia. Menariknya, banyak mahasiswa hingga pelajar yang ikut serta hadir dalam demonstrasi tersebut.

Perlu kita apresiasi atas semangat yang ditunjukkan oleh para pemuda kita, baik pelajar maupun mahasiswa di tengah generasi remaja yang cuek dan mata terpaku pada layar smartphone. Ada loh kelompok remaja yang peka terhadap lingkungannya. Mereka tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi mereka mau mengeluarkan suara-suara mereka dengan lantang. Para pemuda ini berusaha keluar dari zona nyaman dan turun ke jalan. Berpanas-panasan, berdesak-desakan demi membela-yang mereka yakini-hal yang benar. Mereka berusaha untuk tidak menjadi mahasiswa yang apatis.

Tapi ada juga yang demo karena ikut-ikutan melihat lainnya demo. Nah, ini yang fatal. Betul, spirit mudanya udah oke. Naluri mereka yang secara fitrah menginginkan keadilan juga sudah bagus. Tetapi, mereka tidak tahu apa yang mendorong mereka untuk hadir disitu selain sebatas ikut-ikutan. Agar demo tidak sebatas FOMO ada dua hal sederhana yang harus dilakukan. Pertama, pahami apa yang menjadi akar permasalahan. Pahami apa putusan MK yang terjadi, apa dampaknya, lalu bagaimana revisi UU pilkada ini akan berpengaruh. untuk itu para pemuda ini harus melakukan riset, baca analisis politik, sehingga benar-benar paham  letak permasalahannya dimana.

Kedua, pahami bagaimana yang seharusnya terjadi. Dalam islam, pemimpin atau para penguasa itu diangkat dengan cara yang praktis, mudah, tanpa ribet dan untuk kepentingan umat. Berbeda dengan sistem demokrasi, dimana para penguasa yang naik tahta adalah para oligarki dan kapitalis yang sedang berebut jabatan, sehingga yang terjadi adalah konflik kepentingan yang tak berkesudahan. 

Nah, setelah paham apa yang menjadi masalah dan bagaimana kondisi yang seharusnya, tahap yang juga sangat penting adalah pahami bagaimana metode perjuangannya. Metode perjuangan untuk menegakkan keadilan ini bukan sekedar turun di jalan, tetapi didasari oleh mabda islam. metode perjuangan politik islam meliputi 3 tahap. Yang pertama, para pemuda yang semangat-semangat ini jangan hanya bermodal semangat, melainkan harus mengkaji islam secara dalam agar tahu solusi dan semua permasalahan yang terjadi adalah ketiadaan penerapan Islam. Yang kedua, berinteraksi dengan umat. Nah para pemuda yang sudah dikader melakukan aktivitas dakwah termasuk turun ke jalan. Tapi, tidak seperti lainnya yang membakar ban atau melempar batu, caranya lebih elegan dengan menyerang pemikiran dan mengkritisi kebijakan-kebijakan rezim dengan argumen yang tersusun rapi.

Setelah proses di atas sudah dilakukan. Maka langkah ketiga adalah menunggu kesadaran umat, sehingga umat sebagai pemilik kekuasaan dengan ikhlas akan menyerahkan agar Islam diterapkan di tengah-tengah mereka, sehingga permasalahkan dinasti politik dan lain-lain secara alami akan menghilang. Inilah perjuangan yang shahih, lurus dan bernilai mulia dihadapan Allah. Perjuangan politik yang merujuk pada apa yang dilakukan Rasulullah 14 abad silam. Dan ini tidak bisa tidak membutuhkan kader-kader khususnya para pemuda-pemuda kita.


Oleh: Rahma
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update