Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begini Penjelasan Hukum Loyalitas kepada Penjajah

Kamis, 21 November 2024 | 14:54 WIB Last Updated 2024-11-21T07:55:47Z



Tintasiyasi.ID -- Pengasuh Majelis Taklim Darul Hikmah Ustaz Muhammad Taufik N.T. menjelaskan bagaimana hukum loyalitas kepada penjajah. “Begini hukum loyalitas kepada penjajah,” bebernya di rubrik Live YouTube Khilafah News dengan tema Haram Berharap kepada Penguasa Barat Imperialisme Pelindung Zionis! pada Jumat (15/11/2024).
 
“Jangankan loyalitas memberikan jalan untuk penjajah, menghegemoni kaum Muslim saja hukumnya haram. Jangankan kaum muslimin menghegemoni penjajah sama non-Muslim sesama manusia itu pun juga haram,” tegasnya.

Lalu ia menyebut firman Allah QS An-Nisa ayat 141 yang artinya Allah sekali-kali tidak akan menjadikan jalan bagi orang non-Muslim untuk menguasai kaum Muslim.

Ustaz Taufik mantapkan lagi, walaupun bentuknya ikhbar, tetapi ini menuntut kaum Muslim jangan memberi jalan orang lain untuk menghegemoni kaum Muslim. “Bukan hanya itu, bahkan misi Islam adalah untuk menghilangkan penjajahan. Menerapkan Islam dengan Islam itu, penjajahan akan hilang,” paparnya. 

Kemudian ia menjabarkan kisah sebagaimana di dalam Tarikh At-Thobariy, "Ketika Rib’i bin Amir utusan kaum Muslim diutus oleh sayidina Sa’ad bin Abi Waqash untuk bertemu Rostam panglima Persia. Ditanya, 'Apa yang membawa kalian datang ke sini? Apa misi kalian?' Maka Rib’i menjawab, 'Allah memutus kami, Allah mendatangkan kami atas izin kehendak iradah Allah, Allah kirimkan kami ini. Untuk mengeluarkan siapa hamba Allah yang dikehendakinya.' 'Dikeluarkan dari mana?' "Jawabnya, dikeluarkan dari penghambaan kepada sesama hamba. Kepada penghambaan Allah semata." 

“Mengeluarkan manusia dari sempitnya hidup di dunia. Menjadi lapang hidup di dunia ini. Dari kesewenang-wenangan sistem kehidupan, agama-agama yang merusak kebahagiaan umat manusia kepada keadilan Islam,” urainya

“Jadi misi Islam itu begitu, enggak peduli yang dijajah ini Muslim apa tidak, mesti itu diselesaikan,” imbuhnya. 

Sampai kapan?, tanyanya, sampai berharap Allah datangkan pertolongan. Pertolongan itu Allah berikan kalau kita ini, mempersiapkan diri. 

Dalam kitab An-Nashru Sababuhul I’dad disebutkan pertolongan Allah itu sebabnya adanya di i’dad (persiapan). "Yang perlu disiapkan adalah ketakwaan kaum Muslim dan persatuan, jangan mau terpecah belah," tegasnya

“Lidi kalau satu aja tidak bisa buat membersihkan ruangan, tapi kalau dikumpulkan dan disatukan maka insyaallah nanti itu bisa membersihkannya. Walaupun kecil-kecil bisa membersihkan ruangan,” katanya. 

“Begitu juga kasus Israel dan Amerika. Umat Islam ini banyak tetapi kalau bersatu, Israel itu masalah kecil. Tetapi ini yang terjadi masalah mereka tercerai-berai dalam puluhan negeri-negeri kecil, mungkin besar dari sisi jumlahnya, tapi dari masing-masing kepala-kepala negaranya itu tunduk kepada penjajah. Enggak berani, maka jangankan berkelahi beraninya itu kadang cuma mengecam,” sindirnya.

Lalu disebutnya, kalau dulu mengecam para raja dulu itu mereka enggak sekadar marah tapi mengirim pasukan. Kalau sekarang mengecam tapi perdagangan tetap jalan. Mengecam, marah, mengecam Israel, tetapi perdagangan meningkat. Minyak tetap dikirimi.

“Ini khianat kepada umat, insyaallah kalau kaum Muslim ini sadar mereka punya tugas, punya tanggung jawab, mereka siap untuk bersusah payah menjalankan perintah Allah Swt. menyatukan negeri-negeri kaum Muslim maka, sebetulnya jihad perang secara fisik itu bisa di kebelakangkan,” tegasnya.

Ustaz Taufik menyakinkan, "Diplomasi bisa insyaallah. Catatannya, umat ini kuat sebagaimana dulu. Misalnya Khalifah Abdul Hamid, cukup beliau marah saja selesai. Marah mengancam selesai. Karena apa? Umat kuat. Orang enggak berani."

Tetapi sekarang lanjutnya, seribu kali mengecam Israel, jangankan dikecam oleh pemimpin kaum Muslim yang dinyatakan oleh lembaga internasional menghukumi itu ilegal pengadilan internasional, itu Israel nggak ada masalah, PBB enggak bergigi menghadapi Israel. Karena diasuh oleh Amerika di vetonya. 

“Ini kenapa? Karena umat lemah. Solusinya umat ini harus bersatu, tidak ada solusi lain,” tegasnya.

Lanjut dikatakan, untuk menyatukan perlu wadah. Dalam Islam sebutannya bisa khilafah, amirul mukminin, atau al-imamah al-udzma. Prinsipnya kebijakan politik kaum Muslim disuarakan oleh satu orang. Diurus oleh satu orang. Menyatukan suara kaum muslimin. 

“Insyaallah kalau begitu selesai persoalan Palestina dengan izin Allah,” yakinnya. 

Penghalang

“Yang menghalangi banyak pemahaman mafahim, yang tidak sesuai dengan Islam,” sebutnya.

Sederhananya, urainya, kayak pemahaman kebangsaan bahwa itu persoalan negara lain, persoalan bangsa kita saja banyak. 

“Kalau semua orang pikirnya begitu, akhirnya ya tidak akan selesai. Persoalan Palestina adalah persoalan bangsa di sana saja,” lontarnya. 

Lalu urainya, persaudaraan kaum Muslim, sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Perumpamaan orang yang beriman dalam cinta kasih sayang, empati, perhatian itu seperti satu tubuh. 

Disebutkan dalam Al-Qur’an, "Allah menyukai orang-orang yang beriman ini berperang di jalannya berjihad di jalannya, berbaris-baris dalam satu barisan seolah-olah seperti bangunan yang saling memperkuat." 

“Nah ini kan terhalangi oleh nasionalisme tadi. Ini yang ditancapkan oleh penjajah. Sehingga masing-masing itu menganggap itu urusan negara orang lain,” tambahnya. 

“Padahal itu adalah bagian tubuh mereka yang mestinya tubuh yang lain itu merasakan sakitnya, melakukan pembelaan, Tapi itu tidak dilakukan atau dilakukan sekadar basa-basi atau gimmick. Ini yang problem utamanya di situ,” tutupnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update