Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Urgensi Kekuatan Adidaya Baru untuk Mengakhiri Imperialisme di Palestina

Minggu, 27 Oktober 2024 | 13:06 WIB Last Updated 2024-10-27T06:06:47Z

TintaSiyasi.id -- "Saat-saat terakhir Sinwar saat masih melawan musuh, duduk di sofa bergaya tahun 1950-an di sebuah rumah yang hancur, kepalanya berdarah, lengan kanannya putus, dan salah satu jari kirinya juga akan menjadi ikon seperti foto Che Guevara untuk generasi mendatang," tulis seorang pengguna media sosial di X, seperti dikutip The New Arab, Selasa (22/10/2024).

Sinwar diangkat menjadi pemimpin Hamas setelah pembunuhan pendahulunya, Ismail Haniyeh, di Teheran pada Juli 2024. Sinwar menjadi musuh nomor satu Israel setelah perannya dalam mengarahkan serangan kelompok itu pada 7 Oktober 2023 di Israel Selatan yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.

Aksi heroik Asy-Syahid Sinwar beserta para pejuang lainnya, baik itu HAMAS atau kelompok perjuangan lainnya menjadi ironi bagi dunia. Fakta perlawanan terhadap agresi Israel ke Gaza, hanya dilakukakan oleh kelompok pejuang bukan negara, terdengar sangat memilukan.

Kementrian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat, setidaknya lebih dari 42.000 orang tewas di Gaza atas agresi Israel ke Gaza pada Oktober 2023 yang sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak.


Mandulnya Peran Pemimpin Negara-Negara Muslim

Sebagaimana Asy-Syahid Sinwar beserta para pejuang dan kelompok perjuangan lainnya dalam melawan Zionis laknatullah, seharusnya negara-negara muslim lebih mampu memaksimalkan upaya penghentian genosida di Gaza dengan kekuasaan, kekuatan dan pasukan militernya.

Gaza bukan hanya butuh bantuan kemanusiaan, seperti makanan, obat-obatan, pakaian dan air, Gaza butuh tentara untuk mengusir Zionis laknatullah keluar dari tanah mereka. 

Secara geografis, Israel hanyalah negara kecil yang dikelilingi oleh negara-negara Islam. Ada 50 negara Muslim di dunia dengan jumlah penduduk muslim sekitar 2,02 miliar jiwa atau 25% dari penduduk dunia secara keseluruhan.

Negara-negara Muslim pun memiliki kekuatan militer dan alutsista yang mumpuni. Pakistan menduduki urutan ke-7 di dunia dalam peringkat Global Firepower, Turki menduduki urutan ke -11, Indonesia menduduki urutan ke-13, Mesir menduduki urutan ke-14 dan Iran menduduki urutan ke-17.

Sayangnya, populasi Muslim yang banyak serta kekuatan militer negara-negara Muslim tidak mampu menurunkan tentaranya ke Palestina, hanya beretorika dan menyaksikan genosida dari kejauhan. 

Negara Muslim terhambat restu dari negara Adidaya dan proxy-nya sehingga mandul melaksanakan perannya dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan terhadap saudara muslimnya di bumi Palestina.

Sekat nasionalisme membuat negara-negara Muslim disibukkan pada kepentingan domestik masing-masing. Palestina seolah pihak asing yang hanya diingat sekadarnya, dibantu sekadarnya, tidak dibela secara maksimal.

Padahal diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah bersabda, “Perumpamaan dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya.”

All Eyes On Gaza nampaknya tepat untuk melukiskan kondisi saudara Muslim kita di Gaza, semua hanya mampu memandang akibat tangannya terjajah oleh kepentingan dan kekuasaan negara Adidaya.

Mereka bilang Palestina terjajah, faktanya Palestina adalah satu-satunya yang merdeka melawan Imperialisme Sang Adidaya dibalik agresi Zionis laknatullah.


Resolusi Jihad atas Agresi Israel

Solusi dua negara atas permasalahan Israel-Palestina bukanlah solusi holistik. Menjalankan solusi dua negara, berarti mengakui Israel adalah sebuah negara, padahal Palestina adalah tanah kharajiyah milik kaum Muslim.

Tidak ada jalan lain dalam menghentikan Imperialisme Zionis laknatullah selain jihad fii sabilillah. Sebagaimana Rasulullah SAW ketika memimpin sebuah negara, beliau beserta para sahabat dan para khalifah setelahnya berjihad untuk membela dan memerdekakan kaum muslimin dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia.

Diriwayatkan Ibnu Hisyam ra, Rasulullah SAW semasa kepemimpinannya melakukan ghazwah (perang yang beliau ikuti) sebanyak 27 kali dan sariyah (ekspedisi militer tanpa beliau) sebanyak 38 kali.

Jihad melawan kaum imperialis juga menjadi dasar perang 10 November 1945. Melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan Hasyim Asy’ari, 22 Oktober1945, arek-arek Suroboyo dengan semangat yang tinggi dan berani mati melawan sekutu demi mepertahankan kemerdekaan Indonesia.

Jika seluruh penduduk muslim bersatu dengan pasukan-pasukan militer negara Muslim, akan terbentuk kekuatan adidaya baru. Persatuan umat di bawah naungan sebuah Negara Islam sebagaimana negara yang dibangun dan dijalankan pada masa Rasulullah SAW. 

Palestina adalah padang Mahsyar dan Mansar umat muslim, siapa saja yang mempersembahkan amal dakwahnya bagi Palestina akan memperoleh pahala terbaik di sisi Allah SWT. 

Ini bukan hanya kejahatan manusia, tapi kepentingan kita akan akhirat. Membela Palestina bukan hanya kewajiban Hamas atau kelompok perjuangan lainnya tapi kewajiban kita semua kaum Muslim. Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Ressy Nisia
Pemerhati Pendidikan dan Keluarga

Opini

×
Berita Terbaru Update