TintaSiyasi.id -- Indonesia baru saja melantik Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Begitu pula perangkat kementeriannya telah siap untuk menjalankan tugas-tugasnya. Banyak masyarakat yang menggantungkan harapan pada perbaikan kondisi negeri ini.
Prabowo Subianto selaku Presiden RI telah menyampaikan pidato perdana selepas dilantik di Gedung MPR. Dalam pidatonya menyinggung berbagai hal, mulai dari potensi ancaman dan tantangan ke depan bagi Indonesia, upaya memerangi korupsi, mengajak konsolidasi seluruh komponen bangsa buat bersama-sama mewujudkan cita-cita Pancasila dan UUD 1945, sampai janji buat terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. (Kompas.com, 20/10/2024)
Selain itu, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka berencana membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN) untuk memusatkan pendapatan negara dari sektor pajak, non-pajak, dan bea cukai melalui satu pintu. Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% selama masa pemerintahannya. (liputan6.com, 20/10/2024)
Pergantian pemimpin ini dianggap sebagian orang sebagai harapan baru adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam anggapannya, keberhasilan berada di tangan individu pemimpin. Dari presiden pertama hingga presiden ke-8 masyarakat masih terus berharap pada kehidupan yang lebih baik. Apalagi, di saat sekarang ini kondisi Indonesia yang sangat jauh dari sejahtera serta berbagai kerusakan disegala aspek kehidupan tengah terjadi.
Padahal jika kita mau berfikir lebih mendalam, berulang kali mengganti kepemimpinan namun negeri ini belum juga berada pada kondisi baik bahkan semakin rusak. Tentu seharusnya membuat kita mengkaji lagi bahwa selama sistem yang dijalankan dari dahulu hingga saat ini masih sama, yaitu demokrasi kapitalisme maka tidak akan pernah mengalami perubahan.
Semua itu disebabkan sistem yang diterapkan di negeri ini adalah sistem yang cacat sejak lahir, sistem rusak dan merusak. Berbagai problem di dunia saat ini adalah akibat buruknya penerapan sistem demokrasi kapitalisme ini. Maka, jika sistem yang diterapkan selama ini adalah sistem yang rusak dan merusak seharusnya kita mencari sistem kehidupan yang baik dan membawa kebaikan jika diterapkan. Keberhasilan pemimpin sangat dipengaruhi oleh sistem yang digunakan dalam memimpin. Kebaikan hanya akan terwujud dalam naungan sistem shahih, yaitu sistem Islam yang datang dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT. Penerapan aturan Allah ini tentunya akan mendatangkan keberkahan dalam hidup. Maka, selama negeri ini masih terus mempertahankan demokrasi dan tidak memilih Islam sebagai jalan hidup, pasti harapan kebaikan yang dinanti-nanti hanya khayalan semata.
Islam menetapkan kriteria pemimpin sebuah negara harus memenuhi tujuh syarat in’iqad yaitu, Islam, laki-laki, baligh, berakal, merdeka, adil, dan mampu. Seluruh persyaratan ini wajib terpenuhi. Jika tujuh syarat tersebut sudah terpenuhi maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah memerintah dengan aturan syariat Islam yang sudah Allah SWT berikan. Bukan dengan aturan buatan manusia.
Islam juga menetapkan tugas pemimpin negara adalah melaksanakan sistem Islam secara kaffah dan berperan sebagai ra’in (pemelihara) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Pemimpin dalam Islam akan menerapkan seluruh syariat Islam secara sempurna dengan penuh tanggung jawab sebagai pemimpin dan sebagai hamba Allah yang wajib tunduk terhadap aturan nya. Dengan syariat Allah ini seluruh aturan kehidupan bersandar pada nya mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, sanksi dan lain-lain.
Dalam mekanisme penerapan sistem Islam inilah harapan kehidupan yang lebih baik dan juga keberkahan akan dapat diwujudkan.
Hal ini tentunya membutuhkan adanya perjuangan untuk mewujudkan tegak nya sistem Islam. Umat Islam harus bersatu berjuang bersama agar segera tegak khilafah untuk melawan dan menghancurkan dominasi sistem kufur yang telah sekian lama mencengkram negeri-negeri kaum Muslim. Hanya dengan penerapan syariat Islam kaffah dalam bingkai khilafah jutaan harapan umat terhadap perubahan akan terwujud.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Pipit Ayu
Aktivis Muslimah