TintaSiyasi.id -- Israel Sekutu Strategis Amerika Serikat
Dukungan Amerika Serikat kepada Israel diberikan sebelum negara Yahudi itu dideklarasikan. Dukungan tersebut diberikan setelah Deklarasi Balfour, tepatnya pada tanggal 3 Maret 1919. Pada saat itu, Presiden Woodrow Wilson berkata, “Negara-negara sekutu dengan persetujuan penuh dari pemerintah dan rakyat kita sepakat bahwa di Palestina akan diletakkan fondasi Persemakmuran Yahudi.” Kemudian, pada tahun 1922 dan 1944, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan resolusi yang mendukung Deklarasi Balfour. Negara Paman Sam itu adalah negara pertama yang mengakui berdirinya Israel pada tahun 1948. Tidak berselang lama, dengan segera pengakuan itu terbit dalam 11 menit setelah Israel dideklarasikan. Amerika Serikat juga negara pertama yang mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel pada tahun 2017.
Amerika Serikat memainkan peran khusus dalam membantu Israel dengan menyerap dan mengasimilasi banyak imigran dalam waktu singkat. Setelah berdirinya Israel, Presiden Truman menawarkan pinjaman sebesar $135 juta untuk membantu Israel mengatasi kedatangan ribuan pengungsi akibat Holocaust. Dalam tiga tahun pertama berdirinya Israel, jumlah imigran meningkat lebih dari dua kali lipat dari populasi Yahudi di negara tersebut.
Amerika Serikat juga berperan dalam mempromosikan hubungan baik antara Israel dan negara-negara tetangga, utamanya Yordania, Lebanon dan Mesir. Di sisi lain Amerika Serikat menahan permusuhan dari Suriah dan Iran. Pada gilirannya, Israel menyediakan pijakan strategis bagi Amerika di wilayah tersebut serta kemitraan intelijen dan teknologi canggih baik di dunia sipil maupun militer. Selama Perang Dingin, Israel merupakan penyeimbang penting terhadap pengaruh Soviet di wilayah tersebut. Hubungan dengan Israel merupakan faktor penting dalam keseluruhan kebijakan luar negeri pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah. Terlebih lagi Kongres Amerika Serikat telah menempatkan kepentingan yang demikian besar bagi pemeliharaan hubungan yang saling mendukung.
Amerika Serikat telah menjadikan negara Zionis itu sekutu strategis di kawasan Timur Tengah dan sekaligus memperkuat pengaruh Amerika Serikat di kawasan tersebut. Senator Partai Republik, Jesse Helms biasa menyebut Israel sebagai “kapal induk Amerika di Timur Tengah,” ketika menjelaskan mengapa Amerika Serikat memandang Israel sebagai sekutu strategisnya.
Lebih lanjut, Amerika Serikat dan Israel tidak memiliki pakta pertahanan bersama, sebagaimana Amerika Serikat dengan sekutu seperti Jepang dan sesama anggota Pakta Pertahanan Atlantiik Utara (NATO). Namun, Israel termasuk dalam “sekutu utama non-Nato”. Sebagai sekutu utama non-Nato, Israel mendapatkan pasokan senjata yang demikian besar. Lebih dari 70 persen impor senjata Israel berasal dari Amerika Serikat. Dengan kata lain Israel sampai saat ini adalah negara yang paling banyak menerima suplai senjata tercanggih dari Amerika Serikat. Terdapat anekdot, “senjata tercanggih yang dibuat Amerika Serikat hari ini, keesokan hari sudah ada di Israel.” Israel adalah juga kekuatan nuklir yang tidak dideklarasikan, namun tidak pernah menghadapi pengawasan atau penolakan global. Hal itu berkat perlindungan oleh Amerika Serikat.
Menurut data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, peran Amerika Serikat dalam memasok senjata ke Israel sudah berlangsung lama dan terus meningkat, terutama di tengah ketegangan geopolitik yang terus berkembang di Timur Tengah. Senjata buatan Amerika Serikat telah digunakan dalam sejumlah serangan di Gaza yang menyebabkan korban jiwa dari kalangan warga sipil. Namun, otoritas Amerika Serikat menolak untuk memberikan konfirmasi rinci mengenai penggunaan spesifik senjata mereka dalam serangan tersebut.
William M. Arkin dalam bukunya, “Code Names: Deciphering U.S. Military Plans, Programs and Operations in the 9/11 World,” mengungkapkan sejauhmana kehadiran militer Amerika Serikat di Israel. Arkin memaparkan informasi tentang setidaknya terdapat lima pangkalan Angkatan Darat Amerika Serikat di lokasi rahasia di seluruh Israel. Menurutnya, Amerika Serikat telah mempersiapkan kendaraan, peralatan militer, bahkan rumah sakit dengan 500 tempat tidur, untuk pesawat tempur dan pembom Marinir, Pasukan Khusus, dan Angkatan Udara di setidaknya enam lokasi di Israel. Peralatan tersebut dimiliki oleh Amerika Serikat dan untuk digunakan oleh pasukan Amerika di Timur Tengah, tetapi juga dapat ditransfer untuk penggunaan Israel selama masa krisis.
Arkin menyebut beberapa situs militer yang berlokasi di Bandara Ben Gurion, Nevatim, pangkalan udara Ovda, dan di Herzliya Pituah. Situs-situs tersebut diberi nomor sebagai "situs 51," "situs 53," "situs 54," "situs 55" dan "situs 56." Beberapa depot berada di bawah tanah, yang lainnya dibangun sebagai hanggar terbuka. Situs 51 menyimpan amunisi dan peralatan di depot bawah tanah. Situs 53 adalah penyimpanan amunisi dan kendaraan cadangan perang di pangkalan Angkatan Udara Israel, situs 54 adalah rumah sakit militer darurat dekat Tel Aviv dengan 500 tempat tidur, dan situs 55 dan 56 adalah depot amunisi. Semuanya itu merupakan bagian dari kerjasama strategis Amerika Serikat-Israel.
Diketahui bahwa Israel telah menjadi penerima kumulatif terbesar bantuan luar negeri Amerika Serikat sejak negara itu didirikan, dengan total bantuan ekonomi dan militer sekitar $310 miliar (disesuaikan dengan inflasi). Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi yang cukup besar kepada Israel dari tahun 1971 hingga 2007, tetapi hampir semua bantuan Amerika Serikat saat ini digunakan untuk mendukung militer Israel. Amerika Serikat telah menyetujui sementara melalui nota kesepahaman untuk memberikan Israel $3,8 miliar per tahun hingga tahun 2028.
Sejak dimulainya perang Israel dengan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023, Amerika Serikat telah memberlakukan undang-undang yang menyediakan setidaknya $12,5 miliar dalam bantuan militer kepada Israel, yang mencakup $3,8 miliar dari RUU pada Maret 2024 – sesuai dengan MOU saat ini – dan $8,7 miliar dari undang-undang alokasi tambahan pada April 2024.
Presiden Joe Biden, dalam pernyataannya setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, menegaskan bahwa Amerika Serikat menawarkan dukungan yang sangat kuat dan tidak tergoyahkan kepada Israel. Dia berujar, “seperti yang telah kami lakukan sejak Amerika Serikat menjadi negara pertama yang mengakui Israel, 11 menit setelah negara itu didirikan, 75 tahun yang lalu.”
Joe Biden baru-baru ini menyetujui penjualan trailer tank berat dan peralatan terkait senilai 164,6 juta dolar AS kepada Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan eskalasi kekerasan di Tepi Barat. Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Amerika Serikat telah memberi tahu Kongres mengenai potensi penjualan ini, dengan rencana pengiriman yang diperkirakan dimulai pada 2027.
Dalam pernyataannya, badan tersebut menegaskan bahwa hal itu sejalan dengan kepentingan nasional Amerika Serikat, yang bertujuan untuk membantu Israel mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang tangguh dan siap. Joe Biden mengatakan, "Amerika Serikat berkomitmen terhadap keamanan Israel, dan sangat penting bagi kepentingan nasional Amerika Serikat untuk membantu Israel mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang kuat dan siap. Penjualan yang diusulkan sejalan dengan tujuan tersebut.”
Selain penjualan trailer tank ini, pada bulan sebelumnya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga menyetujui penjualan jet tempur dan peralatan militer lainnya dengan nilai mencapai 20 miliar dolar AS kepada Israel.
Presiden Biden menutup mata atas tewasnya warga Palestina yang demikian banyak. Sejak awal konflik pada 7 Oktober 2023, lebih dari 41.000 warga Palestina dilaporkan tewas di Jalur Gaza akibat serangan udara Israel. Serangan lintas batas yang dipimpin oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada bulan Oktober 2023 menjadi pemicu perang saat ini. Serangan itu sendiri menyebabkan kematian 1.139 orang di wilayah Israel.
Beberapa kelompok hak asasi manusia dan mantan pejabat Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah mendesak pemerintahan Biden untuk menangguhkan transfer senjata ke Israel. Mereka berargumen bahwa serangan Israel di Gaza telah melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia. Kelompok-kelompok ini menyoroti penggunaan senjata buatan Amerika Serikat dalam serangan-serangan yang menyebabkan korban jiwa di kalangan warga sipil. Namun, Israel menolak tuduhan tersebut dan bersikeras bahwa tindakan militernya bertujuan untuk mempertahankan diri dari ancaman kelompok bersenjata di wilayah tersebut.
Para pengamat dan aktivis juga mempertanyakan kebijakan pemerintahan Biden yang tetap memberikan bantuan militer besar-besaran kepada Israel meskipun ada bukti-bukti pelanggaran hak asasi manusia yang terus meningkat. Mereka menuntut agar Amerika Serikat mempertimbangkan ulang pendekatan militernya terhadap konflik Israel-Palestina dan mengeksplorasi langkah-langkah yang lebih diplomatis untuk mengakhiri kekerasan di wilayah tersebut.
Kebijakan Amerika Serikat tersebut semakin menunjukkan berkelanjutan dukungan terhadap Israel. Keterlibatan Amerika Serikat dalam mendanai dan mempersenjatai Israel di tengah konflik yang telah memakan banyak korban jiwa tidak menghalangi ikatan kerjasama strategisnya dengan negara Zionis itu. Perlu dicatat, bahwa dukungan militer Amerikat Serikat tidak saja untuk memperkuat kemampuan pertahanan Israel, namun juga menjadikan Israel sebagai sekutu strategis di kawasan Timur Tengah. Dengan demikian keduanya menjadi digjaya di kawasan Timur Tengah.
Presiden Amerika Serikat Anggota Freemasonry
Hubungan Amerika Serikat dan Israel sudah berlangsung sedemikian lama. Kajian historis menunjukkan bahwa Zionisme sudah memiliki kedekatan emosional dengan para pembentuk negara Amerika. Bahkan Presiden pertama Amerika Serikat, George Washington adalah Freemasonry.
Selain Washington, beberapa Presiden Amerika Serikat di bawah ini adalah anggota Freemasonry, sebagai berikut:
1. George Washington (1732–1799). Lodge No. 4, Fredericksburg, Virginia. Dipilih sebagai Worshipful Master pada tanggal 20 Desember 1788.
2. James Monroe (1758–1831). Lodge No. 6, Williamsburg, Virginia pada usia 17 tahun saat ia belajar di College of William & Mary.
3. Andrew Jackson (1767–1845). Lodge No. 1, Nashville, Tennessee. Terpilih sebagai Grand Master Tennessee pada tanggal 7 Oktober 1822, dan menjabat hingga tanggal 4 Oktober 1824.
4. James K. Polk (1795–1849). Lodge No.31, Columbia, Tennessee.
5. James Buchanan (1791–1868). Lodge No. 43, Lancaster, Pennsylvania. Ditunjuk sebagai Wakil Kepala Distrik untuk daerah Lancaster, Lebanon, dan York pada tahun 1824.
6. Andrew Johnson (1808–1875). Lodge No. 119, Greenville, Tennessee.
7. James A. Garfield (1831–1881). Lodge No. 20, Columbus, Ohio dan diangkat pada tanggal 22 November 1864 di Columbus Lodge No. 30. Bergabung dengan Garrettsville Lodge No. 246, Garrettsville, Ohio pada tahun 1866 dan menjadi pendeta selama tahun 1868-1869. Anggota Piagam Pentalpha Lodge No. 23, Washington, DC.
8. William McKinley (1843–1901). Lodge No. 21, Winchester, Virginia. Bergabung dengan Canton Lodge No. 60, Canton, Ohio pada tahun 1867. Anggota pendiri Eagle, Lodge No. 431, juga di Canton.
9. Theodore Roosevelt (1858–1919). Lodge No. 806, Oyster Bay, New York. Diangkat menjadi Master Mason pada tanggal 24 April 1901.
10. William H. Taft (1857–1930). Lodge No. 356, Cincinnati, Ohio.
11. Warren G. Harding (1865–1923). Lodge No. 70, Marion, Ohio. Dibesarkan pada tanggal 27 Agustus 1920 di Lodge tersebut.
12. Franklin D. Roosevelt (1882–1945). Lodge No. 8, New York City. Diangkat menjadi Prophet-at-Sight di Tri-Po-Bed Grotto pada tanggal 30 Oktober 1931. Diangkat sebagai Honorary Grand Master of the Order of DeMolay pada tanggal 13 April 1934.
13. Harry S. Truman (1884–1972). Lodge No. 450, Belton, Missouri. Worshipful Master Pertama Grandview Lodge No. 618, Grandview, Missouri pada tahun 1911. Terpilih sebagai Grand Master Missouri pada tanggal 25 September 1940 dan menjabat hingga tanggal 1 Oktober 1941. Menerima Gelar ke-33 dari Ritus Skotlandia pada tanggal 19 Oktober 1945. Diangkat menjadi Grand Master Kehormatan Ordo DeMolay pada tanggal 18 Mei 1959.
14. Lyndon B. Johnson (1908-1973). Lodge No. 561 di Johnson City, Texas.
15. Gerald Ford (1913–2006). Lodge No. 465, Grand Rapids, Michigan. Disahkan pada tanggal 20 April 1951 dan diangkat pada tanggal 18 Mei tahun itu di Columbia Lodge No. 3, Washington, DC. Menerima Gelar ke-33 pada tanggal 26 September 1962. Diangkat sebagai Honorary Grand Master of the Order of DeMolay pada bulan April 1975.
Selain nama-nama yang disebutkan di atas, Ronald Reagan diangkat menjadi Freemason kehormatan. Bill Clinton adalah anggota kelompok pemuda Masonik Order of DeMolay. George HW Bush dan George W. Bush merupakan alumni dari perkumpulan Skull and Bones, yang juga dikenal sebagai The Order, Order 322 atau The Brotherhood of Death. Suatu perkumpulan rahasia mahasiswa tingkat akhir di Universitas Yale di New Haven, Connecticut.
Adapun Joe Biden ditengarai sebagai bagian dari Iluminati, sebab dia menggunakan Massonic Illuminaty Bible (kitab setan) dalam sumpahnya menjadi Presiden. Biden bahkan pernah menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Zionis, di depan PM Israel Benjamin Netanyahu, "Saya tidak percaya seseorang harus menjadi Yahudi untuk menjadi Zionis, dan saya seorang Zionis".
Menjadi jelas bahwa Presiden Amerika termasuk di antara banyak orang paling berkuasa di negara itu yang menjadi anggota Freemason. Gerakan Freemasonry-Illuminati oleh Adam Weishaupt pada masa awal pemerintahan Amerika Serikat telah mengantarkan Zionis Internasional yang digagas oleh Theodor Herzl mencapai tujuannya.
Kekuatan Lobi Zionis terhadap Amerika Serikat
Secara historis, Israel telah menikmati dukungan hampir bulat di Kongres Amerika Serikat, dan sebagian besar orang Amerika memiliki pandangan yang baik tentang Israel. Yahudi Amerika dan Kristen evangelis adalah dua kelompok yang kuat dan aktif secara politik di Amerika Serikat. Mereka adalah konstituen penting bagi kedua partai dan mereka berdua pro-Israel. Kekuatan lobi Yahudi dalam membentuk kebijakan Amerika Serikat sudah berlangsung sedemikian lama dan itu dengan sepengetahuan pemimpin Israel. Mantan Presiden Israel Ariel Sharon pernah mengatakan mengenai pengaruhnya terhadap Presiden Bush, “kita memiliki Amerika Serikat dalam genggaman kita.”
Kekuatan lobi memobilisasi mayoritas anggota Kongres. Pihak lobi memiliki 150 fungsionaris tetap yang bekerja untuk Komite Urusan Publik Amerika-Israel (American-Israel Public Affairs Committee/AIPAC). AIPAC adalah organisasi yang paling penting dalam memengaruhi hubungan Amerika Serikat dengan Israel. Keberadaannya sebagai salah satu kelompok lobi paling kuat di Washington DC, organisasi ini bertindak sebagai agen pemerintah Israel di Kongres Amerika Serikat.
AIPAC mampu mengundang para pemimpin tinggi dari kedua negara (Presiden, Senator, dan Perdana Menteri), untuk pertemuan tahunannya. Kelompok pro-Israel juga mendukung kedua partai di Amerika Serikat secara finansial. Misalnya, selama kampanye 2020, kelompok pro-Israel menyumbang lebih dari $30 miliar, sebanyak 63% di antaranya diberikan kepada Demokrat dan sisanya kepada Republik. Keberadaan lobi pro-Israel mampu memastikan konsensus kelembagaan di Amerika Serikat tentang hubungannya dengan Israel, terlepas dari partai atau Presiden yang berkuasa di Washington DC.
AIPAC juga didukung dengan berbagai lembaga lobi lain yang juga merupakan organisasi besar Yahudi, antara lain Anti-Defamation League, B’nai Brith, American Jewish Committee. Kesemuanya itu tergagung dalam Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations sebagai pucuk organisasinya, yang membawahi 49 organisasi pro-Israel. Keberadaan organisasi yang menjalankan lobi tersebut didukung oleh Federasi Yahudi di seluruh negeri, regional dan lokal. Mereka sangat aktif dalam hal kebijakan dan pendapat lokal atas Israel. Mereka juga mengusulkan serta mendanai kandidat legislatif berdasarkan kepatuhan mereka pada pihak lobi.
Basis kekuatan lobi Israel berakar dari proporsi keluarga Yahudi yang sangat besar di antara keluarga-keluarga terkaya di Amerika Serikat. Menurut Forbes, 25 hingga 30 persen multi-jutawan dan miliuner Amerika Serikat adalah orang-orang Yahudi. Belum lagi sumbangan pihak lobi oleh miliuner Yahudi-Kanada dengan aset bernilai lebih dari 30 persen Pasar Modal Kanada. Dapat dibayangkan cakupan dan cengkeraman kekuatan lobi untuk mendikte kebijakan Timur Tengah pada Kongres dan Eksekutif Amerika Serikat. Kekuatan Israel juga didasarkan pada jaringan-jaringan Yahudi yang terstruktur dan kuat secara politik dan ekonomi. Dari jaringan-jaringan luar negerinya, Israel dapat secara langsung ikut campur dan menetapkan parameter bantuan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah.
Amerika Serikat tidak mampu membendung kemampuan lobi-lobi Zionisme. Berbagai kebijakan politik Amerika Serikat selalu menguntungkan Israel dari semenjak negara Yahudi itu berdiri hingga saat ini. Amerika Serikat sangat sulit terbebas dari ideologi Zionisme yang sudah berurat dan berakar semenjak lama. Mendukung Israel merupakan syarat guna pemenangan dalam pemilu. Hal itulah yang menyebabkan kubu Republik dan kubu Demokrat cenderung berada pada frekuensi yang sama apabila berbicara soal isu Israel. Tegasnya, setiap kandidat Presiden Amerika Serikat akan selalu menunjukan keberpihakan dan dukungannya terhadap Israel. []
Pusat Pemikiran Al-Fatih
Jakarta, Senin 16 September 2024
Dr. H. Abdul Chair Ramadhan, S.H., M.H.
(Ahli Hukum & Pemerhati Zionisme)