TintaSiyasi.id -- Dalam Islam, konsep toleransi sangat dihargai dan ditekankan, namun toleransi ini bukan berarti mencampuradukkan ajaran agama. Toleransi dalam Islam berkaitan dengan sikap saling menghormati dan memberikan kebebasan kepada orang lain untuk menjalankan keyakinannya, tanpa harus melanggar prinsip-prinsip keyakinan Islam itu sendiri.
1. Islam Mengajarkan Toleransi dalam Berinteraksi dengan Umat Beragama Lain
Islam mengakui keberadaan agama-agama lain dan memberikan hak kepada pemeluk agama lain untuk menjalankan kepercayaan mereka. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( QS. Al-Baqarah (2) : 256 )
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat..." (QS. Al-Baqarah: 256).
Ayat ini menegaskan bahwa dalam Islam, tidak boleh ada paksaan dalam hal keyakinan atau agama. Setiap individu bebas memilih kepercayaannya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa umat Islam harus mencampuradukkan ajaran agama mereka dengan ajaran agama lain. Toleransi beragama lebih kepada sikap saling menghormati keyakinan masing-masing tanpa merusak atau melemahkan keimanan seseorang.
2. Toleransi Tidak Berarti Mengorbankan Prinsip Agama
Toleransi dalam Islam memiliki batas-batas yang tegas, yaitu tetap menjaga akidah dan tidak mencampuradukkan keyakinan dengan yang lain. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an menegaskan pentingnya berpegang teguh pada agama Islam tanpa ada kompromi dalam hal keyakinan:
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku." (QS. Al-Kafirun: 6).
Ayat ini menunjukkan sikap tegas bahwa setiap agama memiliki prinsip dan aturan masing-masing yang tidak boleh dicampuradukkan. Umat Islam diperintahkan untuk tetap kokoh dalam keyakinan mereka, meskipun mereka menghargai dan menghormati pemeluk agama lain.
3. Toleransi Berbeda dengan Sinkretisme
Sinkretisme adalah upaya mencampuradukkan ajaran-ajaran dari berbagai agama atau kepercayaan yang berbeda. Islam sangat jelas menolak konsep ini. Meskipun Islam mendorong sikap saling menghormati antarumat beragama, hal ini tidak boleh merusak kemurnian akidah dan ajaran Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, seorang Muslim bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama. Mereka bisa bekerja sama dalam bidang kemanusiaan, sosial, dan ekonomi. Namun, dalam hal ibadah, akidah, dan prinsip-prinsip dasar agama, seorang Muslim harus tetap teguh dan tidak boleh mengikuti ajaran atau praktik keagamaan yang bertentangan dengan Islam.
4. Peran Rasulullah SAW sebagai Teladan dalam Toleransi
Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam menunjukkan sikap toleransi yang benar. Beliau hidup berdampingan dengan orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kelompok-kelompok lainnya di Madinah. Rasulullah SAW selalu bersikap adil, ramah, dan menghormati hak-hak mereka sebagai non-Muslim, namun tetap tegas dalam keyakinan dan ibadah kepada Allah SWT.
Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari oleh kaum Quraisy untuk menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun sebagai syarat agar mereka mau menyembah Allah selama satu tahun juga, beliau menolak tawaran tersebut dengan tegas. Inilah contoh bahwa meskipun ada interaksi sosial yang baik, akidah tetap harus dijaga.
5. Kolaborasi Sosial Tanpa Melanggar Prinsip Agama
Islam menganjurkan umatnya untuk berkolaborasi dengan siapa pun dalam hal kebaikan dan keadilan, tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip agama. Allah SWT berfirman:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al-Maidah: 2).
Ayat ini memberikan panduan jelas bahwa umat Islam bisa bekerja sama dengan siapa pun, termasuk non-Muslim, selama kerja sama tersebut dalam rangka kebajikan dan tidak melanggar ajaran agama.
6. Islam dan Keragaman Agama
Islam mengakui adanya keragaman agama dan tidak memaksa siapapun untuk memeluk Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan:
"Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu." (QS. Hud: 118-119).
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai keyakinan, dan ini adalah bagian dari kehendak-Nya. Tugas seorang Muslim adalah menghargai perbedaan ini, namun tetap kuat dalam keyakinan.
Kesimpulan:
Toleransi dalam Islam berarti menghormati keberagaman keyakinan dan memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk menjalankan agamanya, namun bukan berarti mencampuradukkan ajaran Islam dengan agama lain. Islam menekankan pentingnya menjaga kemurnian akidah, namun pada saat yang sama memerintahkan umatnya untuk hidup damai, saling menghormati, dan menjalin hubungan baik dengan semua orang. Toleransi bukan berarti mengkompromikan prinsip-prinsip dasar agama, melainkan menekankan pada sikap saling menghargai dan memperlakukan orang lain dengan adil dan penuh kasih sayang.
Toleransi dalam Al-Qur'an Gunakan Prinsip QS Al-Kafirun.
Toleransi dalam Islam dapat dipahami secara mendalam melalui surah Al-Kafirun (QS. Al-Kafirun: 1-6). Surah ini menegaskan prinsip toleransi yang jelas dalam hubungan antara umat Islam dan pemeluk agama lain, yaitu menghormati keyakinan masing-masing tanpa mencampuradukkan agama. Berikut adalah penjelasan prinsip toleransi berdasarkan QS. Al-Kafirun:
Teks Surah Al-Kafirun:
1. قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,"
2. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah.
4. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
5. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.
6. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.
Prinsip Toleransi dalam QS. Al-Kafirun:
1. Pengakuan atas Perbedaan Keyakinan.
Surah ini dimulai dengan penegasan perbedaan keyakinan antara umat Islam dan kaum kafir. Ayat ini menunjukkan bahwa Islam mengakui adanya perbedaan agama dan keyakinan. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk memilih keyakinannya sendiri, tanpa ada paksaan. Dalam konteks toleransi, ini menunjukkan sikap hormat terhadap keyakinan agama lain, tanpa harus setuju atau mencampuradukkannya.
2. Penolakan terhadap Penyembahan yang Berbeda.
Ayat-ayat berikutnya dengan tegas menyatakan bahwa seorang Muslim tidak akan menyembah apa yang disembah oleh kaum kafir. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada toleransi dalam berinteraksi, akidah atau keyakinan seorang Muslim tetap tidak boleh dicampuradukkan dengan agama atau keyakinan lain. Ini adalah prinsip penting dalam menjaga kemurnian agama, sambil tetap memberikan ruang bagi perbedaan keyakinan di antara manusia.
3. Kebebasan Memeluk Agama.
Ayat terakhir, لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ("Untukmu agamamu, dan untukku agamaku"), adalah inti dari prinsip toleransi dalam Islam. Ayat ini menegaskan bahwa setiap orang bebas dalam memilih dan menjalankan agamanya. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa setiap orang berhak menjalankan kepercayaannya tanpa gangguan dari orang lain. Pada saat yang sama, umat Islam juga menegaskan bahwa mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan dan prinsip agama mereka sendiri.
Toleransi tanpa Sinkretisme
Meskipun Islam menekankan pentingnya menghormati keyakinan orang lain, QS. Al-Kafirun menegaskan bahwa toleransi tidak boleh diartikan sebagai menggabungkan atau mencampuradukkan ajaran agama. Islam menghormati keyakinan orang lain tanpa mengorbankan prinsip-prinsip akidahnya. Seorang Muslim tetap harus mempertahankan identitas agamanya, namun tetap menghargai dan tidak memaksakan agamanya kepada orang lain.
Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari:
• Hidup Berdampingan dengan Damai: Seorang Muslim dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dengan damai dan saling menghormati. Ini mencakup hubungan sosial yang baik, saling tolong-menolong dalam kebaikan, dan menghargai hak-hak masing-masing.
• Tidak Memaksakan Agama: Islam tidak mengajarkan pemaksaan dalam hal agama. Setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih agamanya. Surah Al-Kafirun menggarisbawahi pentingnya menghormati pilihan agama orang lain tanpa merendahkan atau memaksakan keyakinan.
• Ketaatan dalam Akidah: Meskipun ada toleransi, umat Islam tidak boleh mengikuti praktik keagamaan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, seorang Muslim tidak diperbolehkan ikut serta dalam ritual ibadah agama lain. Toleransi tetap ada, namun tanpa mencampuradukkan keyakinan.
Kesimpulan:
Toleransi dalam Islam, berdasarkan QS. Al-Kafirun, menekankan sikap saling menghormati dalam perbedaan keyakinan agama. Islam memberikan kebebasan beragama kepada setiap individu, tanpa paksaan atau penindasan. Namun, penting untuk dipahami bahwa toleransi ini tidak berarti mencampuradukkan atau menyamakan agama, melainkan menjaga kemurnian keyakinan Islam sambil tetap menghargai hak orang lain dalam menjalankan agama mereka. "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku" adalah prinsip dasar dalam konsep toleransi yang diajarkan Islam.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo