Tintasiyasi.ID -- Menyikapi ramai berita tentang postingan-postingan Indonesia Darurat, Dai Muda dan Pemengaruh (Influencer) Ustaz Felix Siauw (UFS) menyatakan bahwa sistem yang ada di Indonesia adalah sistem yang bermasalah.
"Indonesia darurat adalah sebuah pesan eror, sebuah
pesan bahwasanya ini adalah sesuatu yang salah. Bahwasanya sistem yang ada di
Indonesia adalah sistem yang bermasalah," tegasnya di akun YouTube
Ingin Baik bertajuk Indonesia
Sedang Darurat?, Kamis (19/09/2024).
Menurut UFS, dinamakan Indonesia darurat sebenarnya dipicu
daripada sikap pemimpin negeri ini. “Jokowi yang berada di tengah-tengah
pusaran kekuasaan yang akhirnya menunjukkan sebuah sikap preferensi yang sangat
kuat atau sebuah usaha yang sangat-sangat terstruktur dan tersistematis untuk
menjadikan kekuasaan ini dipegang oleh segelintir orang atau bahkan segelintir
keluarga,” bebernya.
Ia katakan, semua orang sudah paham
bahwa kepemimpinan itu penting. Jika pemimpinnya baik, maka semua akan jadi baik. Jika pemimpinnya buruk
maka semua akan jadi buruk. "Itu tidak salah, itu betul." tandasnya.
"Tetapi dalam sistem Islam ternyata Rasulullah saw. menggaris bawahi juga tentang satu
hal yang lain, yaitu yang dinamakan dengan sistem kepemimpinan. Makanya kemarin
ketika kita berbicara apakah tentang Pilpres atau Pilkada ataukah yang lain, itu kan analoginya seperti kita memilih
imam salat," tuturnya.
Memilih Pemimpin
UFS menuturkan, andaikan diadakan audisi memilih imam salat,
kemudian misalnya terpilih lima orang yang akan terpilih menjadi imam salat,
karena yang memilih tahunya yang dipilih untuk jadi imam salat, tentu saja
kualitas-kualitas yang dipilih adalah kualitas yang menuju kepada imam salat
itu. Misal jika ada yang enggak menutup aurat, jelas tidak akan jadi imam
salat.
"Jika misalnya, justru dia itu bukan Muslim, jelas
ia katakan, enggak akan dipilih jadi imam salat. Yang pasti terpilih adalah
yang mendekati kriteria-kriteria menjadi imam salat yang diperlukan. Misal dia
Muslim, laki-laki, balig, merdeka, dan tambahan-tambahan lainnya adalah hafal
dan bacaan Al-Qur'annya bagus, hafal hadis dan mengerti tentang agama, serta
suaranya mumpuni, maka dia dipilih jadi imam salat," jelasnya.
"Tetapi andaikan audisinya adalah pemilihan imam salat
tapi aktivitas yang dilaksanakan bukan salat, tapi nge-DJ, ya itu
seperti di-prank. Artinya itu sama saja seperti dalam suatu sistem.
Sistemnya buruk tapi memilih pemimpin yang baik, ya enggak nyambung. Malah kasihan
orang yang dipilih itu," tambahnya.
"Jadi andaikan orang cuma berpikir tentang bahwa
semuanya bisa berubah hanya karena pemimpin, kita masih terjebak pada problem yang sama. Ingat enggak tahun 2014
ketika Jokowi menjadi pemimpin? Apa yang ditawarkan? Yang ditawarkan adalah
perubahan, yang ditawarkan adalah wong cilik, yang ditawarkan adalah orang yang
merakyat, sederhana enggak neko-neko. Tetapi justru akhirnya jadi seperti
ini," lanjutnya lagi.
Ia tegaskan bahwa orang-orang yang baik itu perlu dimasukkan
perlu didukung oleh sistem yang baik. Sebagaimana sistem yang baik itu harus
dijalakan oleh orang-orang yang mumpuni.
"Gampangnya kalau kita bicara tentang sistem itu, kayak operating
system, kalau kita bicara tentang orang, berarti orang yang bisa
mengoperasikan operating system itu. Artinya keduanya itu (sistem dan
orang) adalah sesuatu yang nyambung, sesuatu yang terhubung satu sama
lain," pungkasnya.[] Lanhy Hafa