Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Sistem di Indonesia adalah Sistem yang Bermasalah

Sabtu, 28 September 2024 | 22:44 WIB Last Updated 2024-09-28T15:44:35Z

Tintasiyasi.ID -- Menyikapi ramai berita tentang postingan-postingan Indonesia Darurat, Dai Muda dan Pemengaruh (Influencer) Ustaz Felix Siauw (UFS) menyatakan bahwa sistem yang ada di Indonesia adalah sistem yang bermasalah.

 

"Indonesia darurat adalah sebuah pesan eror, sebuah pesan bahwasanya ini adalah sesuatu yang salah. Bahwasanya sistem yang ada di Indonesia adalah sistem yang bermasalah," tegasnya di akun YouTube Ingin Baik bertajuk Indonesia Sedang Darurat?, Kamis (19/09/2024).

 

Menurut UFS, dinamakan Indonesia darurat sebenarnya dipicu daripada sikap pemimpin negeri ini. “Jokowi yang berada di tengah-tengah pusaran kekuasaan yang akhirnya menunjukkan sebuah sikap preferensi yang sangat kuat atau sebuah usaha yang sangat-sangat terstruktur dan tersistematis untuk menjadikan kekuasaan ini dipegang oleh segelintir orang atau bahkan segelintir keluarga,” bebernya.

 

Ia katakan, semua orang sudah paham bahwa kepemimpinan itu penting. Jika pemimpinnya baik, maka  semua akan jadi baik. Jika pemimpinnya buruk maka semua akan jadi buruk. "Itu tidak salah, itu betul." tandasnya.

 

"Tetapi dalam sistem Islam ternyata Rasulullah saw. menggaris bawahi juga tentang satu hal yang lain, yaitu yang dinamakan dengan sistem kepemimpinan. Makanya kemarin ketika kita berbicara apakah tentang Pilpres atau Pilkada ataukah yang lain, itu kan analoginya seperti kita memilih imam salat," tuturnya.

 

Memilih Pemimpin

 

UFS menuturkan, andaikan diadakan audisi memilih imam salat, kemudian misalnya terpilih lima orang yang akan terpilih menjadi imam salat, karena yang memilih tahunya yang dipilih untuk jadi imam salat, tentu saja kualitas-kualitas yang dipilih adalah kualitas yang menuju kepada imam salat itu. Misal jika ada yang enggak menutup aurat, jelas tidak akan jadi imam salat.

 

"Jika misalnya, justru dia itu bukan Muslim, jelas ia katakan, enggak akan dipilih jadi imam salat. Yang pasti terpilih adalah yang mendekati kriteria-kriteria menjadi imam salat yang diperlukan. Misal dia Muslim, laki-laki, balig, merdeka, dan tambahan-tambahan lainnya adalah hafal dan bacaan Al-Qur'annya bagus, hafal hadis dan mengerti tentang agama, serta suaranya mumpuni, maka dia dipilih jadi imam salat," jelasnya.

 

"Tetapi andaikan audisinya adalah pemilihan imam salat tapi aktivitas yang dilaksanakan bukan salat, tapi nge-DJ, ya itu seperti di-prank. Artinya itu sama saja seperti dalam suatu sistem. Sistemnya buruk tapi memilih pemimpin yang baik, ya enggak nyambung. Malah kasihan orang yang dipilih itu," tambahnya.

 

"Jadi andaikan orang cuma berpikir tentang bahwa semuanya bisa berubah hanya karena pemimpin, kita masih terjebak pada problem yang sama. Ingat enggak tahun 2014 ketika Jokowi menjadi pemimpin? Apa yang ditawarkan? Yang ditawarkan adalah perubahan, yang ditawarkan adalah wong cilik, yang ditawarkan adalah orang yang merakyat, sederhana enggak neko-neko. Tetapi justru akhirnya jadi seperti ini," lanjutnya lagi.

 

Ia tegaskan bahwa orang-orang yang baik itu perlu dimasukkan perlu didukung oleh sistem yang baik. Sebagaimana sistem yang baik itu harus dijalakan oleh orang-orang yang mumpuni.

 

"Gampangnya kalau kita bicara tentang sistem itu, kayak operating system, kalau kita bicara tentang orang, berarti orang yang bisa mengoperasikan operating system itu. Artinya keduanya itu (sistem dan orang) adalah sesuatu yang nyambung, sesuatu yang terhubung satu sama lain," pungkasnya.[] Lanhy Hafa

Opini

×
Berita Terbaru Update