Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Penerapan Demokrasi Cenderung Menciptakan Kerusakan Multidimensi

Sabtu, 28 September 2024 | 22:46 WIB Last Updated 2024-09-28T15:46:17Z

Tintasiyasi.ID -- Menanggapi rapor merah indeks demokrasi sepuluh tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Direktur Mutiara Umat Institute Ika Mawarningtyas membeberkan penerapan demokrasi cenderung menciptakan kerusakan multidimensi.

 

"Walaupun demokrasi memiliki jargon dari, oleh, dan untuk rakyat, tetapi faktanya tidak demikian. Demokrasi cenderung menciptakan kerusakan multidimensi dan kecacatan dalam praktiknya," tuturnya dalam Kritik ke-34: Menyoal Rapor Merah Indeks Demokrasi, Kamis (26/09/2024) di YouTube TintaSiyasi Channel.

 

Menurutnya, ketika negeri ini menerapkan sistem pemerintahan demokrasi, siapa pun pemimpinnya akan memproduksi kerusakan multidimensi. "Sebaik apa pun hasil survei yang dikeluarkan untuk memuji demokrasi tidak akan mempan menutupi kesengsaraan struktural yang dihadirkan demokrasi," jelasnya.

 

Ia memaparkan, seharusnya inilah yang menjadi catatan umat, bukan malah berpikir bahwa demokrasi yang diterapkan belum sempurna. "Sesempurna apa pun menerapkan demokrasi, korupsi tidak akan bisa ditumpas, dinasti politik akan tetap ada, dan yang sejahtera hanyalah oligarki semata," tegasnya.

 

Menurutnya, tidak mungkin demokrasi menciptakan aturan yang memihak rakyat, hampir di seluruh negara yang menerapkan demokrasi telah melahirkan oligarki, elit politik, dan politik dinasti. "Sehingga, pernyataan penerapan demokrasi belum sempurna hanyalah tong kosong nyaring bunyinya. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat hanyalah jargon omong kosong, demokrasi yang tidak akan mungkin diterapkan di negara mana pun. Rakyat hanyalah tumbal memuaskan keserakahan oligarki," urainya.

 

Tiga Catatan

 

Ada tiga catatan yang dijelaskan Ika menyoal kerusakan multidimensi yang diakibatkan penerapan sistem pemerintahan demokrasi. Pertama, dalam aspek politik, demokrasi berpeluang melahirkan politik yang dikendalikan dinasti oligarki.

 

Kedua, dalam aspek ekonomi, demokrasi hanya mengakomodasi kepentingan kapitalis dengan sistem ekonomi kapitalismenya. "Badai PHK melanda, ancaman krisis, kebutuhan pokok dikendalikan pasar. Lagi-lagi rakyat yang menderita," ujarnya.

 

Ketiga, dalam aspek hukum, hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. "Penerapan hukum dikendalikan oleh mereka yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, sehingga kasus kriminalitas atau kejahatan sulit ditumpas," ucapnya.

 

Menurutnya, tata kehidupan yang serba bebas yang dijamin demokrasi telah mengeluarkan manusia dari fitrahnya. "Di sinilah demokrasi memproduksi manusia-manusia yang serba bebas dan sulit diatur. Aturan apa pun yang dibuat akan dilanggar karena asas kebebasan yang dilindungi demokrasi," pungkasnya.[] Titin Hanggasari

Opini

×
Berita Terbaru Update