TintaSiyasi.id -- Kaum Muslim senantiasa memperingati momentum Maulid Nabi Muhammad SAW, kelahiran sosok agung pembawa risalah Islam yang diutus Allah SWT, untuk seluruh umat manusia (Lihat QS. Saba’ ayat 28) dan sebagai rahmat alam (Lihat QS. Al-Anbiya ayat 107) wujud kecintaan pada Rasullullah adalah dengan mengikutinya dan meneladaninya secara totalitas, tanpa memilih mana yang sesuai dengan hawa nafsu manusia atau tidak.
Adapun fakta hari ini sungguh menyakitkan. Sebagian orang mengaku mewarisi kerahmatan Rasulullah, mengkampanyekan kerahmatan Islam, tetapi mereka keras dan memusuhi sesama Muslim, dan sebaliknya mereka berkasih sayang dengan orang kafir. Padahal, karakter umat Muhammad adalah keras kepada orang kafir dan lemah lembut di antara kaum Muslim.
Jadi seharusnya makna mencintai Nabi SAW, yakni mencintai syariatnya secara keseluruhan. Mencintai Syariatnya terwujud dengan menghidupkan sunnahnya dengan mengupayakan tegaknya Islam secara kaffah dalam kehidupan. Kecintaan itulah yang mengantarkan seorang Muslim berada di barisan pejuang yang memperjuangkan tegaknya kehidupan Islam.
Seandainya dalam menerapkan perilaku manusia di dunia ini tanpa didasari Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka akan hancur karena Al-Qur’an dan As-Sunnah, hakekatnya “Jalan” untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin selain syariat Allah SWT. Maka turunlah firman Allah SWT, ”Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat -Ku bagi kalian dan telah Aku ridai Islam sebagai agama kalian.“ (TQS.Al-Maidah: 3). []
Oleh: Rahma
Praktisi Pendidikan