Tintasiyasi.ID -- Pengeboman tidak henti-hentinya terjadi demi mencegah militer Israel menyerang benteng tradisional Hizbullah di Selatan dan Timur Lebanon. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu menginstruksikan kepada militernya untuk terus menyerang dengan seluruh kekuatan.
Meskipun demikian, Israel juga mengupayakan secara
maksimal untuk percobaan dan memanfaatkan meja negosiasi.
“Tidak ada pihak yang menginginkan perang habis-habisan, dan Israel tidak ingin terseret dalam situasi
perang darat berkepanjangan yang jelas-jelas akan merugikannya. Israel akan
tidak suka menyaksikan kemenangan Hizbullah, yang tentu saja kemenangan itu telah
dipersiapkan selama menjelang dua dekade. Sehingga Israel juga sedang mencoba
untuk bersiap dan bangkit,” ujar Andreas Krieg, King’s College London.
Tekanan situasi perang membuat Israel membentuk persiapan
pasukan cadangan untuk kemungkinan terjadinya serangan darat yang tidak
terduga.
Tujuannya dikatakan
kepada militer Israel adalah agar mampu mengembalikan penduduk ke pemukiman
mereka di wilayah utara Israel.
Tetapi banyak yang mempercayai bahwa Israel tidak
tertarik adanya gencatan senjata. Israel hanya menginginkan perjanjian damai sepanjang wilayah
perbatasan dan terus mengupayakannya.
“Netanyahu
menginginkan adanya perubahan keseimbangan kekuatan di sepanjang wilayah
perbatasan utara Israel. Keinginan itu didorong untuk memukul mundur militer Hizbullah. Itulah keinginan yang
tidak dapat diraih oleh Israel selama perang
tahun 2006,” kata Hasan Choukair, Analis Politik.
Perang Israel–Lebanon juga dipicu ketika Komando Hizbullah
dihina hingga membuat kelompok tersebut
melemah. Serangan presisi itu akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait
jumlah intelijen Israel yang telah membentuk organisasi rahasia. Serangan ini
merupakan serangan keempat di wilayah pinggiran selatan Beirut dalam kurun waktu tidak
kurang dari satu minggu, dan Israel menargetkan Hizbullah dalam serangan di
distrik ini.
Serangan dilancarkan dengan menembakkan roket-roket oleh
kelompok militer Israel di wilayah utara, tetapi fasilitas umum serta
pusat keramaian masih tersisa.
“Bahwa balistik dan rudal telah dikirim dalam 24 jam
terakhir. Hizbullah ingin
menunjukkan bahwa ini hanyalah permulaan, karena milisi khusus belum ambil
bagian perang ini. Tetapi akan segera menjadi bagian ini,“ jelas Elijah Magnier, Analis Militer.
Kelihatannya, krisis kemanusiaan kembali terjadi, dan konflik
yang menjadi pemicu terlihat seperti baru menyatakan permulaan, dilihat dari
tindakan Hizbullah sendiri yang melayani serangan Isarel.
Hizbullah memang mengakui ketegangan akan berkurang dalam dua minggu terakhir. Hizbullah juga
menyatakan siap untuk membuka diri
mengakhiri peperangan.
Hizbullah diketahui tidak melakukan negosiasi terhadap
serangan Israel. Hanya saja, mereka secara terbuka telah menahan diri dari
serangan yang lebih besar membalas Israel.[] M. Siregar
Sumber berita: Al Jazeera English, Israel
Intensifies Bombardment of Lebanon: No Casefire With Hezbollah, Netanyahu Says, Jumat (27/09/2024)