TintaSiyasi.id -- Menyikapi kasus pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) disuruh lepas jilbab saat pengukuhan, Direktur Pamong Institute Wahyudi Al Maroky, menilai itu bukti rezim anti Islam berkedok Pancasilais.
“Dicopot jilbab, itu bukti dari rezim yang zalim anti islam, rezim yang berkedok pancasilais,” tegasnya di Kanal YouTube Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Paskibraka Copot Jilbab: Anti Islam Berkedok Pancasilais?, Jum’at (16/08/2024).
Wahyudi menilai, aturan lepas jilbab bagi Paskibraka ada niat jahat dan ada upaya sistematis dari Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ingin mengubah tradisi lama memakai kerudung yang tidak ada masalah sepanjang ini.
“Justru di tahun ini di akhir-akhir masa jabatan rezim ini menampakkan perubahan yang signifikan. Menampakkan dia anti terhadap jilbab, anti terhadap ajaran Islam dan anti kebinekaan,” ujarnya.
Menurutnya, aturan dari kepala BPIP itu bukan sekadar mengidap islamofobia terhadap Islam dan ajaran-ajarannya, namun sudah sampai pada level membenci dan bahkan anti terhadap Islam.
“Jadi bukan sekedar perkataan, tetapi sudah mengeluarkan aturan, menggunakan kewenangannya untuk membuat aturan dan memaksa orang yang mengikuti aturan itu, dipaksa menandatangani materai 10.000,” jelasnya.
“Nah itu menandakan bahwa dia sudah menggunakan ucapannya, kewenangannya dan tindakannya untuk menunjukkan bahwa dia memang benci dengan syariah Islam terutama jilbab,” tambahnya.
Selain itu menurut Wahyudi, pimpinan BPIP Yudian Wahyudi terketegori sebagai kepala pimpinan lembaga, kemudian di atas ada atasannya langsung yaitu Presiden, menurutnya, itu menunjukkan bahwa aturan lepas Jilbab bukan kebijakan dari kepala BPIP sendiri tetapi kebijakan rezim (penguasa).
Menurutnya, yang pasti rezim sekarang anti Islam dengan berkedok wajah pancasilais yang selalu mereka teriak-teriak “saya pancasilais” ternyata begitu kelakuannya melecehkan kehormatan seorang Muslimah bahkan adik-adik para anggota paskibraka.
“Saya berharap ini jangan diulangi lagi ke aturan-aturan yang bertentangan tadi, segera dicabut kemudian minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan kemudian terutama kepada kaum Muslim,” terangnya.
Oleh karena itu menurutnya, kalau hari ini rezim berani mempersoalkan jilbab, bahkan memaksa adik-adik Paskibraka membuka jilbabnya, berarti menurutnya, mereka (rezim) yang selama ini anti Islam, itu lama-lama bukan hanya persoalan jilbab, ajaran-ajaran agama yang lain mereka persoalkan juga, mungkin sampai persoalan azan, shalat, zakat dan haji dipersoalkan.
“Saya pikir ini kita harus waspada, karena nampaknya rezim ini memang rezim yang bukan sekedar Islamofobia, tetapi sudah sampai kepada anti Islam, walaupun berkedok pancasila dan ini yang menjadi catatan kita sehingga kaum Muslim harus waspada, terus memantau kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh rezim hari ini,” tutupnya. []Aslan La Asamu