TintaSiyasi.id -- Dai Muda sekaligus Influencer Ustaz Felix Siauw menuturkan untuk menjadikan Islam sebagai referensi dalam menyelesaikan persoalan pernikahan.
"Jadikanlah Islam sebagai referensi dalam menyelesaikan persoalan pernikahan," tuturnya dalam Ngobrolin KDRT di kanal YouTube Felix Siauw, Kamis (15/8/2024).
Dunia di zaman sekarang katanya, telah mendidik orang-orang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya. Jadi pelaku-pelaku KDRT tersebut adalah korban sekaligus penjahat di waktu yang sama karena mungkin referensi-referensi penyelesaian masalahnya yang seperti itu, yakni KDRT.
"Seperti yang banyak diketahui bahwasanya yang namanya kekerasan dalam rumah tangga itu seringkali bermula dari keluarga yang bermasalah. Berarti ada masalah di keluarga di atasnya lagi. Misalnya di keluarga orang tuanya. Mungkin bapak atau ibunya mencontohkan atau tontonan dan lingkungan juga mencontohkan seperti itu," ujarnya.
Ia mencontohkan, jika seorang ayah melihat keributan anak-anak di rumahnya, tidak perlu langsung marah atau menggampar, karena ternyata ia tidak harus marah atau memukul maupun melakukan perkara-perkara ekstrem karena nanti bisa menimbulkan penyesalan.
"Bagi orang normal yang memiliki nurani, jika melakukan kesalahan, misalnya memukul orang lain, minimal punya rasa menyesal. Maka, di situlah letak agama," lugasnya.
Sehingga menurutnya, letak agama itu adalah ketika seseorang tahu ada batasan mana yang tidak boleh dilewati. Misalkan, ketika ada seorang lelaki kemudian ia menikahi seorang perempuan, walaupun dia merasa belum bisa dan merasa jauh sekali untuk menjadi teladan, tetapi minimal dia tahu bahwa teladannya ada Rasulullah SAW, dan Rasulullah tidak pernah memukul istrinya. Dan dia mengetahui Rasulullah SAW ketika tidak menyukai istrinya, beliau akan mencari kebaikan-kebaikan yang lain dari istrinya. Ia juga mengetahui kalau Rasulullah SAW merasa disakiti atau dibuat malu oleh istrinya di depan umum, maka Rasulullah SAW akan memberikan respons-respons terbaik kepada istrinya.
"Jadi, meskipun ia belum bisa menjadi teladan, tetapi minimal Rasulullah SAW menjadi teladannya. Sehingga, seorang suami tidak sampai punya referensi-referensi untuk memukul, mencekik atau menjambak istrinya. Di situlah batasan-batasan yang diatur dalam agama," imbuhnya.
Melatih Emosional
Sedangkan kata Felix, emosional berfungsi untuk melatih amarah diri. Misalkan pada kasus KDRT Armor, ketika istrinya memergoki suaminya menonton video porno di handphone, ada opsi-opsi yang sebetulnya bisa dilakukannya. Misalnya istighfar, diam atau teriak-teriak sambil marah, keluar rumah, dan opsi selain itu adalah agama.
"Namun, penguasaan emosilah yang membuat seseorang bisa untuk berhenti sejenak, lalu berpikir tentang opsi yang mana. Ada opsi mudah, tetapi hasilnya tidak bagus dan ada opsi yang susah, tetapi hasilnya bagus. Itulah gunanya emosional, yaitu untuk memilih," terangnya.
Ia menyebut, agama tahu mana yang benar, mana yang salah. Sedangkan emosional, bagaimana cara memilih yang benar. Di situlah di dalam pernikahan kita dilatih. Namun masalahnya, sekarang tidak seperti itu.
"Maka, kalau kita melihat seseorang bermasalah dalam pernikahannya, biasanya circle nya juga bermasalah, karena cara berpikirnya dan referensinya itu satu paket," ucapnya
Ia mengajak, yang harus benar-benar dilakukan adalah bagaimana caranya untuk mengetahui agama yang benar itu seperti apa. Terutama untuk laki-laki karena jarang ditemukan perempuan melakukan KDRT.
"Maka dari itu kalau seseorang lebih memahami Islam dan lebih tertata emosinya, seharusnya lebih less problematic, dan jika dia memiliki circle yang bagus, tentunya dia juga mempunyai referensi-referensi yang bagus pula," tandasnya [] Nurmilati