Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pengamat Politik: Pemerintah Tidak Tegas terhadap Penjajah Israel atas Palestina dan Zionisme

Rabu, 24 Juli 2024 | 06:26 WIB Last Updated 2024-07-23T23:26:12Z

Tintasiyasi.ID -- Menyikapi peristiwa gegernya kunjungan lima pemuda Nahdhatul Ulama (NU) ke Israel, Pengamat Politik Internasional Hasbi Azwar mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak tegas terhadap penjajah Israel atas Palestina dan zionisme.

 

“Dari sisi pemerintah sendiri tidak tegas terhadap penjajah Israel atas Palestina dan zionisme,” ungkapnya dalam Fokus: Geger!! Kunjungan 5 hu Pemuda NU ke Israel, Ahad (21/07/2024) di kanal YouTube UIY Official.

 

Hasbi menyebut, jika pemerintah Indonesia tegas terhadap penjajah Israel, mestinya segala bentuk hubungan dengan Israel dan kelompok-kelompok yang pro terhadap Israel harus dihentikan.

 

“Meskipun tertulis di Peraturan Menteri Luar Negeri tentang panduan umum hubungan luar negeri oleh pemerintah daerah, Indonesia tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel dan menentang penjajahan atas Palestina, namun secara implisit dapat dipahami bahwa Indonesia tidak melarang orang-orang Israel datang ke Indonesia,” ungkapnya.

 

Hasbi mengherankan sikap pemerintah Indonesia yang justru memberi panggung para aktivis-aktivis pro Israel dengan mengundang mereka di acara-acara televisi. Menurutnya, Israel sudah nyata jelas melanggar hukum dan peradilan internasional.

 

“Tidak seharusnya aktivis-aktivis Israel berbicara di depan publik Indonesia dan melakukan propaganda. Media-media yang justru memberi panggung terhadap aktivis-aktivis tersebut itu kan bagian dari propaganda Israel juga sebenarnya,” jelasnya.

 

Hasbara

 

Hasbi mengatakan bahwa diundangnya lima pemuda NU ke Israel tidak terlepas dari politik luar negeri Israel. Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah Hasbara yang tujuannya sebenarnya sama, yakni menciptakan opini positif Israel di negara-negara lain dengan pendekatan yang lebih ke publik.

 

Hasbi menyebut, pendekatan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti pendekatan media, LSM dan tokoh-tokoh, pertukaran pelajar diskusi, beasiswa dan turis wisata serta lainnya. Termasuk mengundang lima pemuda intelektual Indonesia ke Israel.

 

“Mereka (Israel) mengundang para tokoh intelektual Indonesia ke negaranya, karena jika mereka datang ke Indonesia akan susah. Jadi, mereka menggunakan pihak ketiga yang bukan Israel langsung, tetapi melalui lembaga NGO LSM yang tersamar yang sebenarnya berafiliasi dengan Israel. Jika kita tidak jeli, maka akan terperangkap juga,” jelasnya.

 

Menurutnya, yang disasar Israel bukan masyarakat umum, melainkan menyasar para tokoh dan intelektual. Hal tersebut dikarenakan para tokoh dan aktivis punya kemampuan bersuara di depan publik.

 

“Setelah Israel mengundang para tokoh dan akademis untuk datang ke sana, mereka pulang ke Indonesia menjadi suara, penyambung suara dari Israel di satu sisi. Yang kedua yaitu akan menjadi pintu buat Israel untuk datang ke Indonesia untuk berdiskusi dan membawa proyeksi kepentingan Israel dengan munculnya pendapat objektif Israel dalam perspektif Israel,” tutupnya.[] Mustaqfiroh


 


Opini

×
Berita Terbaru Update