Tintasiyasi.ID -- Pimpinan Redaksi 5Pillarsuk.com, Dilly Hussain, mengungkapkan bahwa kondisi Bangladesh sungguh mencekam dan tidak terkendali. “Kondisi Bangladesh sungguh mencekam dan tidak terkendali. Situasi telah menewaskan setidaknya enam demonstran yang melakukan aksi protes terhadap kebijakan Sistem Kuota bagi pelajar dan pencari kerja yang diberlakukan oleh rezim berkuasa,” rilisnya di kanal 5Pillarsuk.com, Kamis (17/07/2024).
“Selama dua mingu terakhir telah terjadi aksi protes di Bangladesh
secara terus-menerus, dan setidaknya telah menewaskan enam bahkan lebih
demonstran dari kalangan mahasiswa. Serta banyak yang mengalami luka-luka akibat serangan
aparat keamanan yang seharusnya memberikan rasa aman,” ujarnya.
Padahal menurut Dilly Hussain, para demonstran yang memang
berasal dari kalangan mahasiswa tersebut tidak melakukan aksi kekerasan. Akan
tetapi, mereka diserang oleh aparat kepolisian serta ratusan mahasiswa lain
yang merupakan pendukung rezim Hasina.
“Sejumlah mahasiswa loyal atau pendukung rezim Hasina, yang
jumlahnya ratusan juga dikabarkan memasuki gedung-gedung universitas, lalu
menahan serta memukul yang melakukan aksi damai. Situasinya sungguh mengerikan,” lanjutnya
menjelaskan.
Pimpinan redaksi 5Pillarsuk.com itu mengungkapkan,
bahwa latar belakang awal terjadinya aksi protes damai adalah penolakan
terhadap kebijakan Sistem Kuota yang diberlakukan oleh rezim Hasina, karena
hanya menguntungkan para alumni dan keluarga ataupun anggota partai pendukung
rezim.
Partai penguasa (Awami) bersama koalisinya adalah pencetus
kebijakan Sistem Kuota yang tengah berjalan di pergutuan tinggi. Sehingga memberikan dampak
kerugian dan kesenjangan bagi mahasiswa lain yang bukan bagian rezim
penguasa.
“Partai Awami bersama koalisinya telah mencetuskan kebijakan
Sistem Kuota di perguruan tinggi. Ini membawa kerugian bagi
kalangan mahasiswa yang normal. Maksud saya yang tidak memiliki afiliasi dengan
pemerintah maupun partai penguasa secara langsung. Itulah alasannya mahasiswa
demo tetapi damai dan benar,” ungkap Dilly.
Lanjut katanya, bahwa peluang keberuntungan lapangan kerja di
Bangladesh sangat bergantung pada kebijakan Sistem Kuota. Sehingga, ketidakseimbangan perbandingan
jumlah antara alumni pendukung rezim dan bukan pendukung dalam mendapatkan pekerjaan sangatlah mencolok.
Ia menegaskan bahwa pemberlakuan
Sistem Kuota adalah turunan dari pemerintahan yang korup dan telah berdiri
selama 15 tahun di Bangladesh. “Sistem Kuota adalah satu sistem tambahan (turunan) dari hasil rezim korup
yang telah subur dalam negeri Bangladesh. Satu sistem partai yang berkuasa
selama 15 tahun terakhir,” imbuhnya lagi.
Oleh karena itu, Dilly mengajak kaum Muslim untuk
berpartisipasi memberikan dukungna terhadap warga Bangldes yang dikhiatai oleh
rezim berkuasa, melalui berbagai platform media sosial.
“Bangladesh adalah negara yang memiliki 170 juta jiwa
penduduk dengan jumlah mayoritas Muslim, dan merupakan salah satu negara dengan
jumlah Muslim terbanyak di dunia.
Sehingga apa yang diinginkan oleh saudara kita di Bangladesh adalah
kesadaran kita atas keadaan mereka,” lanjut Dilly.
Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh warga Muslim yang
ada di luar Bangladesh setidaknya adalah menyadari bahwa Muslin Bangladesh
ingin menyampaikan agar menolong mereka dengan cara menyebarluaskan dukungan
seperti Tweet, testimoni, video, dan gambar-gambar tentang situasi yang melanda
saat ini di Bangladesh.
“Kaum Muslim di Bangladesh
sadar sepenuhnya bahwa dunia Islam tengah fokus dengan situasi Rafah. Akan tetapi
secara bersamaan, kita juga perlu mengungkapkan dan mengangkat suara tentang
berbagai isu di beberapa tempat kaum Muslim berada dan mengalami tekanan,”
tegasnya.
Selanjutnya langkah kedua yang memungkinkan bisa dilakukan
untuk menolong situasi di Bangladesh menurutnya adalah menyerukan kepada kaum
Muslim yang berkewarganeraan Bangladesh dan berada di luar negeri seperti di
Eropa (UK), yang memiliki relasi semisal kekeluargaan atau bisnis dengan
tokoh-tokoh berpengaruh di Bangladesh, agar menyampaikan kepada rezim berkuasa
untuk menghentikan serangan brutal terhadap para demosntran.
“Dan himbauan pribadi dari saya yang tidak kalah penting
adalah bagi warga Bangladesh yang berada di luar negeri seperti UK, jika kalian
memiliki hubungan dengan beberapa tokoh berpengaruh di rezim berkuasa, maka
sampaikanlah bahwa warga telah dipukuli secara brutal,” pungkasnya.[] M.
Siregar