TintaSiyasi.id -- Sungguh tragis nasib ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ketua OSIS yang berinisial FN, 18 tahun, meninggal dunia akibat tersengat listrik setelah diceburkan ke kolam di sekolah saat perayaan ulang tahunnya pada Senin, 8 Juli 2024. (Tempo.co, 10-7-2024)
Berita ini menjadi viral dan disesalkan banyak pihak. Tentu saja, tidak ada yang berharap tren kejutan ulang tahun yang sudah biasa dilakukan generasi hari ini bakal berujung kematian. Dan meskipun keluarga telah mengikhlaskan tragedi ini sebagai sebuah musibah, tetapi patut menjadi pembelajaran berharga bagi generasi muda.
Tren kejutan ulang tahun sudah menjadi kebiasaan dilakukan setiap ada teman yang berulang tahun. Perilaku kejutan itu di antaranya menaburi tepung, menyiram air, dilempar telur, diceburkan ke kolam, dan prank kejutan lainnya. Dari perilaku tersebut, hanyalah dengan tujuan memperoleh kesenangan.
Perilaku generasi yang hanya mengejar kesenangan tanpa berpikir mendalam akan munculnya dampak perbuatannya, yang kerap spontan atas dorongan hawa nafsu, tentu perlu didalami akar permasalahannya. Terlebih, generasi memiliki peran penting dalam keberlangsungan peradaban di masa datang.
Apa peran penting generasi muda?
Bagaimana tren kejutan ultah dapat berakhir tragis?
Bagaimana strategi mencetak generasi Tangguh yang tidak terpengaruh sekularisme liberal?
Peran Penting Generasi Muda
Generasi muda memiliki peran yang penting dalam “Agent of Change”. Melalui tangan-tangan pemuda lah perubahan niscaya dapat diwujudkan. Pemuda juga sebagai tonggak bagi kemajuan dan pembangunan bangsa. Generasi muda menjadi komponen penting keberlangsungan sebuah peradaban.
Oleh karena itu, keberadaan generasi muda sudah seharusnya sangat diperhatikan. 'Wajah' pemuda masa kini, akan menampakkan seperti apa masa depan peradaban. Generasi muda yang rapuh, lemah, dan rusak akan mencerminkan masa depan peradaban yang suram. Sebaliknya, generasi muda yang tangguh akan mewujudkan sebuah peradaban yang gemilang.
Peran penting pemuda yang vital dalam mewujudkan perubahan, kerap menjadi sasaran pembajakan oleh pihak-pihak yang ingin melemahkan generasi muda, terutama generasi Muslim. Padahal, melalui peran penting generasi Muslim inilah diharapkan perubahan masa depan peradaban Islam yang gemilang dapat diwujudkan.
Peran penting pemuda sebagai agent of change mewajibkan pemuda Muslim memiliki kepribadian Islam. Ini karena, dengan kepribadian Islam menjadikan pola pikir generasi muda akan bersandar pada Islam. Begitu pula dengan pola sikapnya sudah barang tentu mencerminkan karakter seorang Muslim yang segala perbuatannya didasarkan pada Islam.
Kejutan Ultah Berakhir Tragis: Tren Gaya Hidup Sekularisme Liberal Generasi Masa Kini
Harapan generasi muda Muslim masa kini dapat berperan sebagai agen perubahan dengan memiliki kepribadian Islam sepertinya masih menjadi PR besar bagi semua pihak, baik itu keluarga, masyarakat, dan negara.
Kasus perayaan kejutan ultah yang berakhir tragis menunjukkan pola pikir generasi masa kini tak terkontrol. Dorongan kesenangan, sekadar seru-seruan tanpa menjadikannya berpikir panjang akan adanya resiko atas perbuatannya. Terlebih, akan adanya pertanggungjawaban atas seluruh perbuatan nampak tidak tergambar dalam pemikiran generasi masa kini.
Sebagai generasi Muslim, mereka melupakan perannya sebagai hamba yang harus menyandarkan setiap perbuatannya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Penanaman akidah Islam ini telah luntur, bahkan sudah teracuni oleh akidah yang lain.
Akar permasalahannya adalah akidah sekuler yang menjadi asas sistem kehidupan hari ini, yakni sekulerisme liberal. Sekuler mengajarkan manusia untuk menjadikan agama hanya sekadar ibadah ritual, selebihnya dalam kehidupan agama tidak diberi ruang untuk mengatur kehidupan manusia. Dari akidah sekuler ini telah melahirkan perilaku liberal, perbuatan apapun boleh dilakukan asalkan dapat memberikan kesenangan, sekadar kepuasan hawa nafsu semata. Terlebih, semua ini diperparah oleh sistem pendidikan yang berbasis sekuler.
Kejutan ultah yang berakhir tragis, menjadi tren gaya hidup sekularisme liberal generasi masa kini. Perbuatan mereka dilakukan atas dorongan spontanitas tanpa berpikir mendalam adanya akibat yang akan ditimbulkan. Inilah realitas generasi dalam sekularisme liberal.
Strategi Mencetak Generasi Tangguh yang Tidak Terpengaruh Sekularisme Liberal
Mengembalikan generasi untuk berpikir dan berperilaku yang shahih sesuai tuntunan Islam adalah suatu keharusan. Mengingat peran penting generasi sebagai penopang peradaban di masa mendatang. Peradaban rusak ataukah peradaban gemilang yang ingin diwujudkan, ditentukan bagaimana kita hari ini mendidik generasi. Sebagaimana harapan Indonesia emas 2045, akankah menjadi kumpulan generasi Muslim tangguh ataukah generasi Muslim yang berperilaku merusak.
Oleh karena itu, pemikiran sekuler yang mendasari gaya hidup liberal harus dikikis bahkan dicabut dari tengah-tengah umat. Dengan menjadikan masyarakat termasuk generasi muda untuk berpikir sesuai dengan akidah Islam akan menuntun pada perilaku yang mencerminkan karakter hakiki seorang Muslim.
Akidah Islam akan menyadarkan peran manusia sebagai hamba, bahwa tujuan penciptaannya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Keyakinan akan adanya pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatannya akan menyadarkan untuk lebih berhati-hati dalam berbuat. Setiap perbuatan akan disandarkan pada keimanan dan ketakwaan, menyadari hubungannya dengan Penciptanya dalam kondisi apapun.
Strategi untuk mewujudkan ini membutuhkan peran semua pihak, yakni peran keluarga, masyarakat, dan negara. Peran keluarga mewajibkan orang tua, terutama ibu, menjadi madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Orang tua menanamkan akidah Islam semenjak dini.
Peran orang tua ini tidak bisa berdiri sendiri, dibutuhkan dukungan dari lingkungan. Untuk itu, peran masyarakat yang harus mengkondisikan adanya suasana lingkungan yang sesuai dengan Islam. Masyarakat tidak membiarkan adanya perilaku yang menyimpang dari syariat Islam.
Namun, peran orang tua dan peran masyarakat ini tidak biasa terwujud nyata tanpa adanya dukungan dari peran negara. Negara harus menerapkan sistem pendidikan Islam di semua jenjang pendidikan. Memfilter pemikiran Islam dari paham-paham lain seperti sekuler, liberal, dan lainnya yang dapat meracuni akidah Islam generasi. Terutama, negara juga harus menerapkan Islam secara kaffah di seluruh bidang kehidupan.
Peran maksimal keluarga, masyarakat, dan negara dalam mendidik generasi akan mampu mencetak generasi tangguh yang berkepribadian Islam. Pemikiran yang didasarkan pada keimanan dan ketakwaan akan tercermin dari perilakunya yang senantiasa berusaha berada dalam koridor syariat Islam.
Strategi mencetak generasi tangguh yang tidak terpengaruh pemikiran sekuler liberal tidak mungkin terwujud ketika negara menerapkan sistem kehidupan sekularisme liberal. Peran keluarga, masyarakat, dan negara dalam mewujudkan harapan ini hanya dapat terwujud dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam kehidupan. Sehingga tidak akan ada lagi tren gaya hidup sekularisme liberal, seperti kejutan ultah yang berakhir tragis. []
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst
Oleh: Dewi Srimurtiningsih
Dosol Uniol 4.0 Diponorogo