Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Founder Yuk Nikah Syar'i Ungkap Kapitalis Memakai Simbol Agama sebagai Industri

Rabu, 10 Juli 2024 | 14:16 WIB Last Updated 2024-07-10T07:17:30Z
TintaSiyasi.com -- Menanggapi maraknya film atau sinetron yang menggunakan simbol keagamaan, Founder Yuk Nikah Syar'i Luky B. Rouf mengatakan, para kapitalis menjadikan simbol agama, misalnya hijab sebagai sebuah industri. 

"Para kapitalis memang telah dengan sengaja memakai simbol agama seperti hijab sebagai sebuah industri," tulisnya di Akun Instagram @lukyrouf, Ahad (30/6/2023).

Ia mencontohkan, salah satu film berjudul ipar adalah maut yang baru tayang dua pekan di bioskop telah berhasil meraup tiga juta penonton. Pemainnya menggunakan hijab namun ceritanya tentang perselingkuhan. 

"Film dengan simbol hijab adalah pencitraburukan Islam itu sendiri. Dan kita diam-diam saja dengan fakta dan fenomena seperti itu," sesalnya. 

Ia juga menyayangkan realitas miris, para artis yang di kehidupan nyata tidak menutup aurat, tetapi ketika mendapat tawaran untuk memerankan sebagai wanita muslimah berhijab, mereka mau melakukannya hanya demi pundi-pundi materi. Ia menilai, produser dan sutradaranya ikut bertanggung jawab.

"Demi mendulang pundi-pundi kapital, mulai dari produser, sutradara, hingga artisnya bertanggung jawab atas 'tindakan bodoh' itu. Lebih seremnya kalau itu disebut 'pembodohan umat," ujarnya. 

"Kenapa pembodohan umat? Karena para sineas paham banget bahwa apa yang mereka akan atau sudah tayangkan akan dengan tanpa sengaja, di bawah alam sadarnya, akan di copy paste oleh umat," tambahnya. 

Ia mengatakan, para kapitalis jelas makin kaya dengan memproduksi konten semacam itu, sementara generasi mendapatkan referensi yang membodohi. Menurutnya, film yang diproduksi dalam sistem kapitalis hari ini tidak ada yang bisa diharapkan lagi, begitu lancangnya menggunakan simbol agama seperti hijab hanya demi meraup keuntungan bukan untuk menyadarkan bahwa hijab sesungguhnya pakaian wajib seorang muslimah. 

"Kita dicolok pandangan kita dengan kenyataan, bahwa kita muslim, tapi hidup di era materialisme hedonisme. Layaknya ikan air tawar hidup di lautan bergaram," pungkasnya.[]Tenira

Opini

×
Berita Terbaru Update