Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ustazah Iffah: Jemaah Haji Jadi Agen Pembaharu dan Tonggak Perubahan Politik di Nusantara

Senin, 10 Juni 2024 | 21:59 WIB Last Updated 2024-06-11T05:52:31Z
TintaSiyasi.id -- Aktivis Muslimah Ustadzah Iffah Ainur Rochmah menyebutkan, jemaah haji menjadi agen pembaharu dan tonggak perubahan politik di nusantara. "Jemaah haji yang pulang dari dua tanah suci menjadi agen pembaharuan dan agen perubahan di komunitas mereka masing-masing, bahkan menjadi tonggak terjadinya perubahan politik untuk konteks umat Islam di wilayah nusantara ini," ujarnya Kata Islam: Peranan Haji dalam Perubahan Politik, di YouTube Muslimah Media Hub (MMH), Sabtu (08-06-2024).

“Seorang haji menjadi seorang pemimpin masyarakat, bahkan menjadi tokoh yang berpengaruh.  Minimal di daerah mereka masing-masing, bahkan di seantero wilayah nusantara,” jelasnya menambahkan. 

Ia menjelaskan, jemaah haji sepulang dari dua tanah suci mengobarkan semangat jihad fisabilillah. “Interaksi antara para haji di dua tanah suci mengobarkan semangat jihad fisabilillah, membangkitkan semangat perjuangan dan perlawanan yang lebih besar terhadap penjajahan,” paparnya. 

Ia menyatakan, tokoh misionaris Kristen C Ponsen mengungkapkan bahwa tanah Arab bukan hanya merupakan pusat untuk menyatukan jemaah haji yang taat. Namun juga merupakan pusat untuk menyatukan politisi-politisi dan pemimpin-pemimpin berbagai bangsa-bangsa Islam yang berkumpul di sana, untuk membicarakan kepentingan-kepentingan dan rencana-rencana politik mereka.

“Mereka membawa pemahaman Islam yang lebih utuh. Memperkuat semangat untuk menjalankan perintah syariat.  Mereka bergerak memperbaiki sistem sosial dan memperbaiki sistem politik. Sekaligus memperbaiki keadaan serta nasib mereka, yang saat itu sedang terjajah oleh kolonial Belanda,” paparnya.

“Di sanalah mereka tukar-menukar pendapat dan jemaah-jemaah haji yang pulang dibekali dengan kitab-kitab yang meningkatkan perasaan agama dan kesadaran beragama,” tambahnya.

Kolonial Memperketat Haji

Melihat jemaah haji yang membawa perubahan politik di nusantara, “Pemerintaah kolonial membuat kebijakan-kebijakan yang memperketat perjalanan haji dan memberikan pengawasan kepada mereka sepulang dari tanah suci, untuk membungkam sikap kritis mereka,” sahutnya.

Ia menjelaskan, Belanda  khawatir dengan Interaksi yang sudah terjadi antara para haji, akan membangkitkan semangat perjuangan dan perlawanan yang lebih besar lagi terhadap penjajahan. Tentu ini  memberikan hambatan atau menghalangi penyebaran pemahaman Islam dan juga semangat melawan penjajahan yang dimiliki oleh para haji. 
 
“Sikap kritis dan pemahaman mereka yang utuh tentang ajaran Islam, menjadi modal utama mereka untuk melakukan perubahan positif atau perkembangan yang positif bagi perbaikan masyarakat. Tentu bagi pemerintah kolonial ini adalah sinyal bahaya, ini adalah tantangan bagi  mereka, bahkan hambatan bagi mereka, untuk melanjutkan kolonialisasi mereka,”  ungkapnya.

“Namun, semangat dan tekad umat Islam untuk menunaikan ibadah haji terus meningkat. Ini adalah satu legacy spirit yang semestinya bisa dimiliki oleh umat Islam di negeri kita, dari zaman dulu hingga sekarang,” lanjutnya.

Ia mengharapkan, para jamaah haji tidak hanya prihatin terhadap genosida saudara–saudara kita di Palestina. Adanya haji, mampu mendorong pemimpin-pemimpin negeri muslim, berani mengerahkan tentara dan menyuarakan jihad fisabilillah. Namun, pelaksanaan jihad hanya akan terwujud jika ada khalifah, yang meerapkan hukum-hukum syariat. []Yesi Wahyu I.

Opini

×
Berita Terbaru Update