Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Umat Islam Terkotak-kotak oleh Nation state

Rabu, 19 Juni 2024 | 20:30 WIB Last Updated 2024-06-19T13:31:17Z
TintaSiyasi.com -- Menyikapi perbedaan umat Islam merayakan hari raya IdulAdha 1445 H, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menegaskan bahwa penyebabnya umat Islam sekarang sudah terkotak-kotak oleh nation state.

“Masalahnya itu adalah bahwa umat Islam sekarang ini sudah terkotak-kotak oleh apa yang disebut nation state,” ujarnya dalam, Fokus Spesial UIY: Idul Adha: Keimanan, Ketaatan dan Perjuangan di kanal YouTube UIY Official, Ahad (16/6/2024). 

Dia mengatakan persatuan dan kesatuan umat hanya tampak dalam ibadah haji di tanah suci, namun tidak tampak diluar tanah suci. Sebagaimana puasa, umat Islam diperintahkan untuk melihat hilal, hilalnya juga satu, tetapi pada kenyataannya penetapan waktu-waktu penting, dimulai dari satu Zulhijah, itu tidak satu.

“Pasti muncul pertanyaan, kenapa? Kalau coba kita ringkas sebenarnya ini bukan soal perbedaan dalil, karena dalilnya sudah sangat jelas. Meskipun mungkin ada beberapa keterangan yang tidak lengkap dipahami. Juga bukan soal pemahaman terhadap ilmu yang terkait dengan hilal,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa menetapkan atau memutuskan kapan tanggal satu Zulhijah adalah sesuatu yang berkaitan dengan fakta, dia tidak berkaitan dengan batas-batas satu negara.

“Saya ambil contoh misalnya ini hari kita bilang hari Ahad di Indonesia, kalau kita bergeser ke timur Papua Nugini juga hari Ahad. Kemudian kalau kita bergeser ke arah Barat juga hari Ahad. Tidak ada batas-batas itu, karena ini adalah sesuatu yang berkenaan dengan fakta,” bebernya.

Begitu juga, lanjutnya semestinya ketika berbicara tentang hilal sebagai penanda dari bulan baru, itu juga tidak terkait sesungguhnya. Tetapi yang ada sekarang justru orang itu seperti memaksakan bahwa kita harus melihat. "Nah kita ini siapa, kita itu ya warga dari sebuah negara,” lanjutnya.

Oleh karena itu menurutnya, perbedaan tersebut menunjukkan bahwa hal itu persoalan politik bukan soal agama, bukan soal fikih, jadi itu soal nasionalisme. Lebih lanjut menurutnya, bahwa umat saat ini memaksakan hilal itu harus terlihat di negeri mereka, ketika hilal terlihat di Makah atau di negara lain, mereka tidak menerima.

“Bila keadaan seperti ini, maka ini akan selamanya akan terus terjadi sepanjang atau selama kita selalu terperangkap kepada pemikiran yang nasionalistik,” pungkasnya. [] Aslan La Asamu

Opini

×
Berita Terbaru Update