TintaSiyasi.id -- Palestina sebuah negeri yang Allah berikan banyak keistimewaan. Di sana terletak kiblat pertama umat Muslim. Palestina negerinya para Nabi kini sedang dirundung duka. Tiap hari merah saga, darah tertumpah, dari Gaza hinga Rafah. Meskipun semua mata tertuju padanya, nyatanya Palestina tetap terjajah.
Genosida penjajah Zionis Yahudi terus terjadi, khususnya di wilayah Gaza. Lebih dari delapan bulan serangan penjajah Zionis telah menewaskan lebih dari 36.690 ribu warga sipil, 86 ribu lainnya luka-luka. (Tintasiyasi.com, 6/6)
Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) mencatat bahwa 36.171 korban jiwa berada di Jalur Gaza, dan 519 korban jiwa terdapat di Tepi Barat. Korban anak-anak dilaporkan mencapai 15.162 jiwa, dan 10.018 jiwa dari kaum wanita, serta 7.000 lainnya dilaporkan hilang. Selain itu, 492 tenaga kesehatan, 246 tenaga pendidik, 147 jurnalis juga menjadi korban kekejaman penjajah Zionis Yahudi. (1/6)
All Eyes on Rafah
Semua mata kini tertuju pada Rafah. Atas nama kemanusiaan banyak negara mengutuk genosida yang dilakukan Zionis. Segala cara dilakukan, dari mengirim bantuan hingga boikot Israel dan produknya. Nyatanya Palestina tetap terjajah, darah tetap tertumpah, dari Gaza hingga Rafah mereka hidup dalam genosida penjajah.
Berpuluh, beratus, beribu, bahkan berjuta kecaman dilayangkan kepada perampok sekaligus penjajah Zionis Yahudi. Nyatanya tidak satu pun digubris, karena mereka selalu dibela dan dilindungi oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat.
Gelombang penolakan dari ratusan juta umat manusia di negeri-negeri kaum muslim maupun di negeri-negeri Barat, termasuk di puluhan kampus di Amerika Serikat dan negara-negar Eropa tak kuasa menekan dan mengurungkan niat penjajah Zionis Yahudi untuk terus melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.
Fenomena ini menunjukkan bahwa sebenarnya dunia membenci kekejaman yang dilakukan oleh Zionis. Banyak negara dan warga di dunia yang sudah merasa muak dengan tingkah polah Zionis terhadap Muslim Palestina.
Kaum Zionis yang sering mengemis simpati dunia dengan menceritakan sejarah korban genosida Nazi, Jerman, nyatanya tindakan mereka terhadap rakyat Palestina lebih kejam dan mengerikan.
Merekalah kaum yang suka menyalakan permusuhan dan peperangan sepanjang zaman sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 64 yang artinya:
"Kami menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai hari kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkan api peperangan itu. Mereka berusaha menciptakan kerusakan di bumi sementara Allah tidak menyukai kaum pembuat kerusakan."
Penjajah Zionis Yahudi Makin Rapuh
Tanpa bantuan Amerika Serikat entitas Zionis Yahudi adalah negara yang rapuh. Serapuh sarang laba-laba. Mereka bukan negara besar apalagi adidaya, terlebih agresi militer yang mereka lancarkan makin memperlihatkan kerapuhan Zionis Yahudi tersebut. Inilah makar Allah yang telah diperlihatkan untuk kaum kafir dan Zionis sebagaimana yang termaktub dalam surah Ali-Imron ayat 54 yang artinya:
"Mereka kaum kafir membuat tipu daya. Allah pun membalas tipu dayanya mereka. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya."
Nyatanya tindakan kejam dan brutal yang dilakukan oleh Zionis di Rafah berakibat berkurangnya dukungan As terhadap Zionis penjajah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden AS yang mengancam tidak akan lagi memberi bantuan senjata pada entitas Yahudi, karena serangan yang dilakukan terhadap Rafah merupakan sebuah "kesalahan besar".
Hal ini jelas membuat entitas Yahudi makin terkucil. Berbanding terbalik dengan Palestina yang mendapatkan dukungan sebanyak 143 negara di majelis umum PBB dari total 193 negara anggota.
Usir Penjajah dengan Khilafah
Sedemikian rapuhnya Zionis Yahudi. Namun nyatanya belum mampu membuat krisis yang terjadi di Palestina selesai. Karena sejatinya solusi pembebasan Palestina ada di tangan umat muslim sedunia. Bukan berasal dari PBB. Persoalan Gaza dan Rafah hanya akan selesai dengan tuntas dengan diterapkannya hukum Islam secara kaffah, bukan dengan undang-undang buatan manusia termasuk solusi dua negara yang ditawarkan Amerika Serikat dan sekutunya.
Karena solusi ini bisa jadi hanya menjadi perangkat-perangkat untuk umat Muslim, khususnya rakyat Palestina. Karena bukan kemerdekaan yang didapat namun, justru bentuk baru penjajahan.
Karena sejatinya musibah besar umat hari ini adalah ketiadaan penguasa Muslim yakni Khilafah. Banyaknya penguasa Muslim di sekitar Palestina, nyatanya tidak mampu menyelamatkan saudaranya. Mereka hanya mampu mengirimkan bantuan logistik yang jauh dari kecukupan, bahkan sering dihadang oleh penjajah sebelum bantuan itu sampai pada rakyat Palestina.
Sehingga saat ini, hal yang sangat diperlukan adalah persatuan para penguasa Muslim dunia dalam satu komando. Karena penjajahan yang dilakukan Zionis tidak akan selesai selama para penguasa dunia Islam terutama para pemimpin Arab dan Turki masih menjadi alas kaki kepentingan barat dan kepentingan nasionalisme mereka.
Negara-negara Arab dan Turki itulah yang sesungguhnya menjadi penjaga eksistensi negara Zionis. Oleh Karena itu diperlukan sebuah solusi hakiki. Karena genosida terhadap Gaza adalah persoalan kaum Muslim di seluruh dunia.
Maka sebagai umat Islam seharusnya menyampaikan dengan lantang, jika solusi tuntas penjajahan Zionis Yahudi terhadap Palestina adalah jihad dan Khilafah.
Sebagaimana hal ini yang disampaikan oleh Aliansi Muslim Bela Palestina di Surabaya pada Ahad, 1 Juni 2024. Mereka menyeru dengan seruan yang isinya di antaranya adalah:
1) Persoalan Palestina bukanlah persoalan rakyat Palestina saja, tapi sejatinya adalah persoalan kaum Muslim seluruh dunia. Karena di sana ada Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama umat Islam dan sekaligus masjid suci ketiga umat Islam, setelah Masjidil Haram di Makkah al Mukarramah dan Masjid Nabawi di Madinah al Munawwarah.
2) Pelanggaran oleh perampok sekaligus penjajah Zionis Yahudi laknatullah atas puluhan Resolusi PBB yang dihasilkan selama kurun waktu puluhan tahun telah menunjukkan bahwa mekanisme penyelesaian Palestina melalui PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) sudah terbukti tidak efektif tidak solutif.
3) Solusi dua negara atau Two State Solution adalah solusi yang tidak masuk akal.
Karena justru akan melindungi perampok sekaligus penjajah Zionis Yahudi laknatullah dari kejahatan aneksasi wilayah Palestina, dan terlebih lagi bagi umat Islam, hal itu merupakan bentuk pengkhianatan yang nyata atas perjuangan dan amanah leluhur-leluhur umat ini, yang telah membebaskan wilayah Palestina dengan jihad.
4) Berbagai Kecaman dan kutukan terhadap perampok sekaligus penjajah Zionis Yahudi laknatullah tak bisa dipahami oleh mereka.
Karena yang dipahami oleh mereka hanyalah bahasa perang. Maka jihad-lah solusi yang paling utama untuk melenyapkan entitas Yahudi dari Bumi Palestina.
5) Seruan Jihad global dari berbagai negeri-negeri kaum Muslim tidak mungkin diwujudkan oleh penguasa-penguasa yang sejatinya mereka adalah boneka negara-negara Kafir Barat. Tapi hanya bisa dilakukan oleh seorang Khalifah dalam sistem Khilafah _'Ala minhajnubuwah_, inilah solusi paripurna atas persoalan Palestina. (Tintasiyasi 6/6)
Dengan melakukan jihad fisabilillah yang dikomandoi Khilafah, maka pasukan Muslim akan dikerahkan menolong warga Gaza dan mengusir entitas Yahudi selamanya dari tanah Palestina. Dan solusi ini hanya bisa dilakukan ketika kaum Muslim bersatu di bawah institusi Khilafah Islamiyah, inilah solusi yang harus dipikirkan dan diperjuangkan umat. Karena tidak ada yang lain hanya ini satu-satunya. Karena tanpa Khilafah, Palestina akan terus dijajah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Isty Da'iyah
(Analis Mutiara Umat Institute)