Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Islam Solusi soal Pengangguran Gen Z

Selasa, 18 Juni 2024 | 10:02 WIB Last Updated 2024-06-18T03:02:18Z

TintaSiyasi.id -- Bonus demografi dengan dominannya jumlah generasi produktif dan Gen Z menjadi tantangan besar untuk mengkonversinya menjadi keunggulan bangsa, umat dan negara. Namun masalah krusial sedang dihadapi bangsa ini, yaitu gejala tingginya angka pengangguran pada Gen Z. 

Data BPS tahun 2023 menyebutkan bahwa sebanyak 9.896.019 usia 15 - 24 tahun tidak sedang menjalani apapun baik pekerjaan, maupun pendidikan dan pelatihan atau terkategori NEET atau Not in Employment, Education and Training. Artinya hampir 10 juta usia muda tanpa kegiatan sama sekali (narasi.tv, 14/06/2024).

Jika dirinci, ada 6,46 juta yang sudah lulus sekolah atau kuliah dan sedang mencari kerja, sedangkan selebihnya mereka yang mestinya masih harus sekolah di bangku SMA atau kuliah, namun putus sekolah dan tidak kuliah serta menganggur. 

Tentu fakta generasi tanpa kegiatan ini sangat memprihatinkan. BPS sendiri menyampaikan bahwa persoalan ini harus mendapat perhatian khusus. Merespon masalah ini, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai bahwa masalah pengangguran di kalangan anak muda masih belum terpecahkan. Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut fakta terjadinya penurunan lapangan kerja di sektor formal. Gen Z harus beralih ke sektor non formal atau berwirausaha. 

Berdasarkan data, jumlah pencari kerja 6 kali lipat dari lowongan kerja yang terdaftar. Meskipun pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 68 tahun 2022 mengenai revitalisasi pendidikan vokasi dan pelatihan, justru lulusan SMK adalah persentase terbesar dari angka pengangguran. Mengapa realita ini terjadi? Apakah semata gagalnya link and match pendidikan dengan dunia industri? 


Mengandalkan Industri Kapitalis

Sistem hari ini memang mengandalkan industri yang dibangun oleh investasi kapitalis untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Namun industri sendiri bertumpu pada keuntungan. Mereka akan membuka usaha yang menguntungkan secara bisnis, bahkan demi untung besar mereka lazim melakukan efisiensi dengan mengurangi pekerja atau mengganti dengan robot atau mesin. Industri padat modal dengan penggunaan mesin dan teknologi lebih dituju oleh kapitalis karena mereka memiliki kekuatan modal. 

Sehingga orientasi pendidikan untuk link and match dengan industri berbahaya bagi pendidikan dan tidak menyelesaikan masalah mempekerjakan rakyat. Akan banyak rakyat yang tidak bekerja. 

Karenanya memberdayakan generasi muda, membuat mereka berkegiatan dan bekerja memerlukan perubahan persepsi dan tata kelola khususnya dalam aspek ekonomi. Pengangguran bukan sekedar kualitas SDM dan pendidikan yang miss-match. Lapangan kerja sebenarnya sangat luas jika melihat kualitas hidup masyarakat yang masih rendah. Artinya dalam upaya meraih kesejahteraan sebenarnya diperlukan tenaga kerja yang banyak untuk barang dan jasa. Namun tatanan sistem sekuler kapitalisme yang mengandalkan Investasi dan industri kapitalis akan menyisakan problem pengangguran dan kesenjangan. 

Berkegiatan dan bekerja akan menjadi kepastian dalam sistem Islam. Sistem Islam akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha yang luas. Sehingga pencari kerja khususnya para laki-laki akan bisa bekerja karena mereka wajib bekerja untuk bisa memberi nafkah. 

Ekonomi suatu daerah akan tumbuh dan dikembangkan sesuai dengan potensi daerahnya. Islam menutup celah berkembangnya ekonomi non riil seperti saham dan investasi ribawi. Sebaliknya, Islam mendorong ekonomi ril. Prinsip ini akan menumbuhkan sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja seperti industri manufaktur, sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perdagangan. 

Tumbuhnya sektor-sektor diatas akan terdorong karena negara berfokus pada industri berat terlebih dahulu, yaitu industri yang bisa menciptakan mesin-mesin dan instalasi besar. Ini adalah prinsip kedua. Industri berat sendiri didukung dengan ketentuan syariat tentang kewajiban negara mengelola pertambangan barang tambang yang berdeposit berlimpah dan barang-barang hajat publik seperti hutan, energi dan air. 

Prinsip lain yang mempengaruhi terserapnya tenaga kerja adalah kewajiban negara Islam untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan fisik dan non fisik per individu rakyat yaitu, pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan serta kebutuhan publik lainnya. Dengan kewajiban menjamin ini maka negara memang harus merekrut tenaga kerja seperti tenaga dan ahli dalam bidang kesehatan, pendidikan, transportasi, komunikasi dan sejenisnya. 

Negara juga bisa merekrut banyak tenaga kerja dalam sektor-sektor padat karya, misalnya dalam menjaga lingkungan, pembangunan infrastruktur dan sebagainya. Belanja pemerintah sebagai roin, pengurus rakyat ditunjang oleh sistem keuangan baitul mal dari 3 jenis kepemilikan, kepemilikan individu, umum dan negara. 

Hanya dengan sistem Islam di bawah kekuasaan yang menerapkan Islam secara menyeluruh generasi ter berdayakan dengan optimal, menjadi generasi unggul dan mulia.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Harmiyani Moidady
Pemerhati Generasi

Opini

×
Berita Terbaru Update